Senin, 13 Februari 2017

ringkasan mata kuliah s3 lingkungan.



RINGKASAN MATERI KULIAH S3
ILMU LINGKUNGAN

1.        Matakuliah : Etika Lingkungan Hidup (bagian I)
a.         Pengertian
1.      Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari system alam semesta. ... Jadi, dalam model antroposentrisme yang memiliki nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya.
2.      Biosentrisme adalah suatu keyakinan bahwa kehidupan manusia memiliki hubungan yang sangat erat dengan kehidupan seluruh kosmos. Dalam Biosentrisme manusia dianggap sebagai salah satu makhluk hidup dari alam semesta yang mempunyai rasa saling ketergantungan dengan makhluk hidup lainnya di alam semesta. Biosentrisme merupakan teori yang memiliki suatu pandangan yang menempatkan alam sebagai yang memiliki nilai tertinggi yang lepas dari kepentingan manusia. Jadi biosentrisme bertolak belakang dengan teori antroposentrisme yang menyatakan bahwa hanya manusia dan kepentingannya lah yang mempunyai nilai tertinggi. Teori biosentrisme juga dapat di katakan teori yang memiliki pandangan bahwa makhluk hidup bukan hanya manusia saja.
3.      Ekosentrisme adalah merupakan lanjutan dari biosentrisme yang merupakan teori bahwa makhluk hidup mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri. Sebagai lanjutan, ekosentrisme sering disamakan dengan biosentrisme baik dari sudut pandang maupun dari pengertiannya sendiri, karena adanya banyak kesamaan di antara Biosentrisme Dan Ekosentrisme. Kedua teori Biosentrisme Dan Ekosentrisme sangat bertolak belakang dengan cara pandang teori antroposentrisme yang merupkan teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta.
4.      Ekofeminisme adalah merupakan sebuah bentuk telaah lingkungan yang ingin menggugat dan medobrak cara pandang dominan yang berlaku pada masyarakat modern dan sekaligu menawarkan sebuah cara pandang dan prilaku baru untuk mengatasi krisis lingkungan sekarang ini. Ekofeminisme menawarkan sebuah telaah krisis atas akar dari semua krisis lingkungan dewasa ini. Ekofeminisme juga menawarkan visi-visi alternatif masa depan yang lebih ramah lingkungan.
5.      hak azazi alam adalah klaim atas yang dimiliki dan di kuasai sejak awal mula, yaitu sejak adanya entitas. Jadi hak asasi manusia adalah hak manusia yang dimiliki sejak lahir. Demikian pula pola makluk hidup lainnya, sejauh mana menerima bahwa mereka memiliki hak asasi, itu berarti hak tersebut dimiliki sejak mereka lahir, tumbuh dan ada di dalam alam semesta ini. Ini berarti hak tersebut tidak diberikan sehingga tidak boleh dirampas atau di tiadakan oleh siapapun, termasuk oleh pemerintah (negara). Tidak ada pihak  lain, termasuk negara, yang boleh merampas hak asasi itu.
b.      Perbedaan masing-masing teori etika lingkungan
-          Antroposentrisme menyatakan manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta.
-          Biosentrisme  menyatakan manusia adalah bagian dari alam semesta sehingga manusia memiliki hubungan timbal balik dengan seluruh kosmos (saling ketergantungan). Jadi biosentrisme menolak teori antroposentrisme yang menyatakan manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta.
-          Ekosentrisme menyatakan setiap makhluk hidup memiliki nilai dan berharga pada dirinya sendiri. Menolak teori antroposentrisme dan merupakan kelanjutan dari teori biosentrisme.
-          Ekofeminisme sebuah telaah krisis atas akar dari semua krisis lingkungan dewasa ini juga menawarkan visi-visi alternatif masa depan yang lebih ramah lingkungan.
-          Hak azazi alam menekankan kepada hak yang dimiliki sejak lahir/sejak adanya entitas setiap makhluk hidup.
c.       Faktor penyebab kerusakan lingkungan di negera ini adalah :
-            Kerusakan lingkungan akibat peristiwa alam
Kerusakan lingkungan bisa terjadi karena faktor alam. Perubahan kondisi udara, air, tanah dan berbagai faktor abiotik lainnya bisa saja menyebabkan kerusakan lingkungan. Berikut ini beberapa peristiwa alam yang bisa mengakibatkan kerusakan lingkungan, antara lain:
·           Peristiwa gunung berapi, yaitu aktivitas vulkanisme yang mengakibatkan letusan dan membuat berbagai komponen dalam gunung seperti asap, abu, lahar, lava, debu dan lainnya keluar hingga mengganggu lingkungan hidup di sekitarnya.
·           Peristiwa gempa bumi, yaitu aktivitas pergerakan lempengan bumi yang menyebabkan getaran dengan kapasitas tertentu dan bisa menyebabkan tanah longsor, bangunan roboh, tsunami dan berbagai kerusakan lainnya.
·           Peristiwa badai dan angin topan.
-            Kerusakan lingkungan akibat ulah manusia
Selain disebabkan oleh faktor-faktor gejala alam, perilaku dan ulah manusia juga menjadi faktor penyebab kerusakan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap lingkungan hidup sekitar kita.
Beberapa perilaku seperti penebangan hutan secara liar, pemanfaatan lahan yang tidak tepat, aktivitas industry perusahaan yang membuang limbah sembarangan, asap knalpot kendaraan bermotor yang menyebabkan polusi dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut secara langsung dan tidak langsung berdampak pada rusaknya lingkungan hidup di sekitar kita dan mengganggu kehidupan di masa depan.
d.      Solusi kerusakan lingkungan di negara ini adalah :
-          Upaya pelestarian lingkungan hidup
Agar kehidupan yang seimbang dan berjalan dengan baik bisa dirasakan hingga kemudian hari, maka kita perlu mengupayakan pelestarian lingkungan hidup dengan maksimal. Caranya yaitu dengan:
·           Menghindari berbagai perilaku yang dapat mencemari lingkungan.
·           Membuang sampah pada tempatnya atau mendaur ulang bahan-bahan sampah yang dapat dijadikan berbagai jenis barang berguna.
·           Mengurangi pemakaian kendaraan bermotor untuk mencegah polusi dan pencemaran udara.
·           Melakukan penghijauan di berbagai tempat dan pusat kota.
·           Menanamkan sikap peduli dan prihatin terhadap kondisi lingkungan hidup sekitar pada keluarga supaya lebih menghargai dan mencintai lingkungannya.
-          Upaya penegakan hukum lingkungan hidup.
Khususnya kerusakan alam oleh ulang tangan manusia harus diberikan sanksi hukuman.
-          Pemerintah pusat atau pemerintah daerah harus mengeluarkan RTRW (Ruang Tata Ruang Wilayah) yang wajib dipatuhi oleh semua pihak.


2.        Matakuliah : Etika Lingkungan Hidup (bagian II)
Penerapan etika lingkungan dalam mengatasi permasalahan lingkungan hidup yang terus terjadi seperti banjir, kebakaran hutan, sampah dan limbah.
a.    Kerusakan Hutan
Upaya untuk memulihkan hutan yang rusak adalah sebagai berikut:
(1)     dalam jangka pendek adalah penegakan hukum. Hal ini sangat penting untuk     mencegah praktek-praktek ilegal logging dan perambahan hutan yang semakin luas.
(2)     Hendaknya kegiatan pembangunan memperhatikan aspek lingkungan. Hal ini seringkali dilanggar oleh pelaksana pembangunan.
(3)     Upaya penanaman kembali hutan yang telah rusak. Penghijauan telah dilakukan namun belum efektif memulihkan kondisi hutan.
(4)     Dalam jangka menengah dapat dilakukan sosialisasi dan pendidikan lingkungan pada orang dewasa terutama yang tinggal di sekitar hutan lindung dan konservasi.
(5)     Dalam jangka panjang pendidikan lingkungan menjadi salah satu pelajaran muatan lokal baik di SD, SMP, SLTA maupun di perguruan tinggi.
b.    Penurunan keanekaragaman hayati
Upaya untuk mencegah punahnya flora dan fauna langka tersebut antara lain adalah:
(1)     konservasi in-situ: upaya pelestarian flora dan fauna langka beserta ekosistemnya di kawasan konservasi. Contoh, Luas hutan konservasi di Bengkulu adalah 426.203,23 ha.
(2)     konservasi ex-situ: UNIB telah mencoba membiakan Raflesia alnordi dengan  menggunakan kultur jaringan, tapi belum berhasil.
(3)    program penangkaran satwa langka.
(4)    Penyuluhan tentang penangkaran satwa secara intensif.
(5)     Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang keanekaragaman hayati   dan manfaatnya bagi masyarakat.
(6)    Peningkatan kemampuan sumber daya manusia.
(7)     Memasukkan keanekaragaman hayati ke dalam kurikulum SD, SMP, SMU   serta perguruan tinggi.
(8)     Memperluas habitat satwa liar.



c.    Kualitas air
Pengolahan air di PDAM saat ini memerlukan cukup banyak tawas yang berfungsi sebagai pengikat partikel lumpur. Nilai zat padat tersuspensi dan nilai kekeruhan yang tinggi ini disebabkan oleh aktivitas lain di hulu sungai. Air yang digunakan oleh PDAM juga terindikasi tercemar batubara. Air sumur di daerah peternakan ayam mengandung banyak  Ecoli yang sangat tinggi. Praktek pemotongan liar juga masih marak dilakukan oleh masyarakat, sehingga dapat menurunkan kualitas air. Kerusakan hutan juga dapat menurunkan mutu air sebagai akibat peningkatan zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi serta kekeruhan. Kerusakan hutan juga disinyalir sebagai salah satu sebab turunnya volume air di danau Dendam.
d.    Pengaruh industri
·            Meskipun industri masih belum banyak tetapi perencanaan pembangunan industri selanjutnya harus memperhatikan aspek lingkungan. Selama ini, pembangunan industri kurang memperhatikan aspek lingkungan.
·            Aktivitas industri yang paling besar adalah penambangan batubara dan indutri pertanian (perkebunan). Penambangan batubara mempengaruhi mutu air di DAS Bengkulu-Lemau, DAS Seluma Atas dan DAS Dikit Seblat. Pengaruh industri batubara antara lain meningkatkan zat padat tersuspensi, zat padat terlarut, kekeruhan, zat besi, sulfat dan ion hidrogen dalam air yang dapat menurunkan pH. Masalah ini dapat dikurangi dengan cara pengolahan limbah yang standard dan minimisasi kebakaran.
·            Perkebunan terutama karet dan kelapa sawit. Akibat aktivitas ini terjadi peningkatan senyawa organik pada air, adanya sisa-sisa pestisida di DAS, peningkatan zat pada tersuspensi dan terlarut, peningkatan kadar amonia, peningkatan kadar minyak dan lemak, mempengaruhi pH dll. DAS yang terkena aktivitas ini adalah DAS Dikit Seblat, DAS Bengkulu-Lemau, badan sungai Pisang (Ipuh), sungai Betung (Muko-muko), sungai Simpang Tiga (Tais), sungai Bengkulu, dan sungai Sinaba (Ketahun).
e.    Persampahan
Solusi permasalahan sampah antara lain sebagai berikut:
(1)     Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah pemukiman. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, keadaan lingkungan permukimana.
(2)     Program pengelolaan sampah permukiman.
(3)     Dimasukkan ke dalam kurikulum SD, SPM, SMA.
Upaya yang telah dilakukan :
-                 lomba semacam bangunpraja tingkat desa.
-                 Pilot project pengolahan sampah. Sayang tidak berlanjut.
-                 Program adipura.
-                 Lokakarya tentang pengelolaan sampah kepada  kepala desa dan camat.
-                 Adanya Perda yang mengatur persampahan, tapi belum dijalankan secara efektif.
f.     Pelestarian lingkungan
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar masyarakat berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan antara lain:
(1)     tingkat pendidikan.
(2)     Peningkatan penghasilan.
(3)     Pengetahuan tentang kearifan lokal.
(4)     Penerapan sistem pertanian konservasi (terasering, rorak – tanah yang digali dengan ukuran tertentu yang berfungsi menahan laju aliran permukaan–, tanaman penutup tanah, pergiliran tanaman, agroforestry, olah tanam konservasi – pengolahan yang tidak menimbulkan erosi.
g.    Pemanasan global
Pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi. Sejak akhir abad 18 suhu rata-rata global bumi telah meningkat sekitar 0,4 – 0,8°C. Para ilmuwan memperhitungkan bahwa suhu rata-rata bumi akan meningkat menjadi 1,4 – 5,8°C pada tahun 2100. Nilai peningkatannya menjadi lebih besar dibandingkan dengan nilai-nilai peningkatan yang pernah terjadi sebelumnya.



3.        Matakuliah : Ekologi, Ekosistem lahan basah (Wetland) Bagian I
a.         Ekosistem lahan basah secara komprehensif adalah wilayah daratan yang digenangi air atau memiliki kandungan air yang tinggi, baik permanen maupun musiman. Ekosistemnya mencakup rawa, danau, sungai, hutan mangrove, hutan gambut, hutan banjir, limpasan banjir, pesisir, sawah, hingga terumbu karang. Lahan ini bisa ada di perairan tawar, payau maupun asin, proses pembentukannya bisa alami maupun buatan.
Lahan basah memiliki peran penting dalam kehidupan umat manusia. Ekosistemnya menyediakan air bersih, keanekaragaman hayati, pangan, berbagai material, mengendalikan banjir, menyimpan cadangan air tanah, dan mitigasi perubahan iklim.
b.         Fungsi ekosistem lahan basah :
-          Fungsi daerah resapan air
·         Memperbaiki kualitas air, dengan cara menahan unsur hara, sampah-sampah organik dan kiriman endapan yang terjadi akibat run off.
·         Mengurangi pengaruh buruk banjir, yang langsung ke muara dengan menahan air tersebut dan melepaskannya pada musim kering.
·         Melindungi daerah-daerah pinggiran atau pesisir dari kemungkinan erosi.
·         Memulihkan kembali persediaan air tanah yang berpotensi kekurangan air pada musim kering
·         Penyedia makanan dan produk lain, misalnya ikan untuk manusia baik untuk konsumen sendiri atau diperdagangkan.
·         Cagar alam, termasuk untuk jenis jarang dan terancam punah, tempat mencari makan, berkembang biak, dan tempat istirahat.
·         Menambah peluang untuk rekreasi, melihat burung, berburu burung laut, potografi dan pendidikan luar.
-          Fungsi keanakaragaman hayati
Keanekaragaman hayati atau biodiversitas bukanlah sekedar angka yang menunjukkan kekayaan jenis tumbuhan, hewan dan mikroorganisme, tetapi lebih luas mencakup variasi, variabilitas dan keunikan genetik (gene), jenis (spesies) dan ekosistemnya. Beragamnya agroekologi lahan rawa menyebabkan beragamnya keanekaragaman hayati termasuk flora dan memungkinkan tumbuhnya berbagai jenis tanaman, baik tanaman pangan, tanaman buah-buahan maupun tanaman obat-obatan. Hutan yang digenangi air bersifat musiman ataupun permanen ini memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya. Jenis flora yang sering terlihat memenuhi hutan perairan ini seperti ramin (Gonystylus sp), terentang (Camnosperma sp.), durian burung (Durio carinatus), kayu putih (Melaleuca sp), sagu (Metroxylon sp), pandan, palem-paleman, rotan dan berbagai jenis lainnya. Sedangkan faunanya yang tidak jauh berbeda dengan yang ada pada hutan di darat, seperti harimau (Panthera tigris), rusa (Cervus unicolor), buaya (Crocodylus porosus), Orang utan (Pongo pygmaeus), babi hutan (Sus scrofa), badak, musang air, gajah dan berbagai jenis ikan.
-          Fungsi rosot karbon
Gambut memendam karbon dalam berbagai bentuk senyawa organik, Seperti
selulose, hemiselulose, gula, protein, lignin, asam-asam organik, dan senyawa humik. Gambut dalam ekosistem berfungsi sebagai rosot (sink) karbon. Daya memendam C. berkaitan dengan laju pertumbuhan gambut. Makin cepat pertumbuhannya, makin besar daya gambut memendam C.
-          Fungsi pengelolaan limbah pencemar
1.     Menghilangkan logam berat yang mencemari tanah dan air tanah, seperti yang dilakukan di New Zealand, lokasi : Opotiki, Bay of Plenty. Membersihkan tanah yang tercemar cadmium (Cd oleh penggunaan pesticida) dengan menanam pohon poplar.
2.     Membersihkan tanah dan air tanah yang mengandung bahan peledak (TNT, RDX dan amunisi militer) di Tennese, USA, dengan menggunakan metode wetland yaitu kolam yang diberi media koral yang ditanami tumbuhan air dan kemudian dialirkan air yang tercemar bahan peledak tersebut.. Tumbuhan yang digunakan seperti: Sagopond (Potomogeton pectinatus), Water stargas (Hetrathera), Elodea (Elodea Canadensis) dan lain-lain.
3.     Pengolahan limbah domestik dengan konsep fitoremediasi dengan metoda Wetland, seperti yang diterapkan di beberapa tempat di Bali dengan sebutan wastewater garden (WWG) atau terkenal dengan Taman Bali seperti yang terlihat di Kantor Camat Kuta, Sunrise School, dan Kantor Gubernur Bali. Wetland ini berupa kolam dari pasangan batu kemudian diisi media koral setinggi 80 cm yang ditanami tumbuhan air (Hydrophyte) selanjutnya dialirkan air limbah (grey water dan effluent dari septictank). Air harus dijaga berada pada ketinggian 7 cm atau 10 cm dibawah permukaan koral agar terhindar dari bau dan lalat/serangga lainnya.
-          Fungsi penyanggah perubahan iklim
Pemeliharaan lahan basah sangat strategis dalam mengadaptasi terjadinya perubahan iklim akibat global warming yang disebabkan oleh kerusakan lahan basah. Pemerintah harus mempertahankan keberadaan lahan basah. Jika dibiarkan terbakar atau rusak maka akan melahirkan karbon beracun yang memicu global warming.
c.       Fungsi sosial ekonomi dari ekosistem lahan basah.
-          Pemeliharaan ikan pada lahan basah dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.
Mempertahankan lahan basah dan dimanfaatkan tempat pemeliharaan ikan memiliki nilai ekonomi kepada masyarakat sekitarnya.
-          Penanaman pohon sagu yang silih berganti dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.


4.        Matakuliah : Ekologi, Ekosistem lahan basah (Wetland) Bagian II
a.         Ekologi lahan basah
-          Definisi  lahan basah
wilayah daratan yang digenangi air atau memiliki kandungan air yang tinggi, baik permanen maupun musiman. Ekosistemnya mencakup rawa, danau, sungai, hutan mangrove, hutan gambut, hutan banjir, limpasan banjir, pesisir, sawah, hingga terumbu karang.
Menurut Poniman dkk (2006), wilayah lahan basah memiliki beberapa karakteristik yang
unik yaitu:
1.    Merupakan dataran rendah yang membentang sepanjang pesisir,
2.    Merupakan wilayah yang mempunyai elevasi rendah,
3.    Beberapa tempat dipengaruhi oleh pasang surut untuk di wilayah dekat dengan pantai,
4.    Dipengaruhi oleh musim yang terletak jauh dari pantai,
5.    Sebagian besar wilayah ini tertutupi dengan gambut.

-         Definisi Ekologi
ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya.
-         Fungsi ekologi lahan basah
Fungsi Ekologi Lahan Basah Cenderung Mengarah Pada Jasa
a.         Lahan basah sebagai HABITAT
Merupakan habitat berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang bernilai ekonomis (i.e padi; ikan arwana; dll)  Data menunjukkan, dari 179 spesies yang dilindungi, menurut Wetland Data Base PHPA/Wetland International, sebagian besar berhabitat di lahan basah. Daerah seperti mangrove merupakan tempat mencari makan burung migran yang singgah dan masuk dalam konvensi pelestarian spesies migran (Bonn convention)


b.        Lahan Basah sebagai PENGATUR FUNGSI HIDROLOGI
Tempat penampungan air (sumber air dan hujan). Pemasok air ke aquifer (kantung air), air tanah, dan lahan basah lain didataran lebih rendah – yang untuk selanjutnya sebagai penyedia air bagi kawasan sekitar dan menjaga tinggi kolom air tanah untuk dimanfaatkan sebagai sumur dangkal. Menjaga iklim mikro ekosistem sekitar lahan basah, dengan cara mempertahankan penguapan lokal untuk menjaga kelembaban dan turunnya hujan.
Mempertahankan keberadaan lapisan air tanah guna mencegah intrusi air laut ke daratan fungsi Lahan Basah di pesisir.
Kasus di Jakarta – intrusi air laut karena alih fungsi lahan basah berimbas intrusi air  laut hingga radius 15 km dari pantai.
Vegetasi lahan basah memberikan pengaruh dalam proses penguapan air dan mengurangi kecepatan aliran air permukaan sehingga melemahkan kekuatan air yang merusak.
c.         Lahan Basah untuk MENJAGA KUALITAS AIR.
Proses pengurangan kecepatan aliran air oleh vegetasi akan berpengaruh pada percepatan pengendapan sedimen dan penjernihan air. Vegetasi mampu menyerap unsur hara dan bahan pencemar yang berlebihan sehingga dapat menjaga kualitas air.
Di India, AS dan Kanada telah dibangun rawa buatan untuk mengolah limbah dari perkotaan dan industri agar supaya difungsikan sebagai penyerap pencemaran
d.        Lahan Basah sebagai PENCEGAH BENCANA ALAM
Danau atau situ, dam, rawa dan dataran banjir mempunyai kemampuan menyimpan kelebihan air yang dicurahkan saat musim hujan menjadi fungsi ganda untuk pencegahan banjir dan persediaan kemarau.
Mangrove, padang lamun dan terumbu karang mempunyai fungsi ekologis sebagai pelindung pantai dengan kemampuannya memecah kekuatan ombak dan arus, serta membantu mengikat sedimen dan menstabilkan substrat sehingga tidak mudah mengalami erosi.
e.         Lahan Basah untuk MENJAGA SISTEM DAN PROSES-PROSES ALAMI
Vegetasi di hutan gambut dan hutan rawa membantu proses penyerapan CO2 di udara melalui proses fotosintesis sehingga mencegah pemanasan global tetapi lahan gambut mempunyai resiko, dimana endapan karbon yang dikandungnya jika dilepaskan sekaligus atau dibakar akan mempercepat proses pemanasan global.
o    Terumbu karang dapat membentuk pulau karang dan pantai berpasir putih.
o     Mangrove dapat mempercepat proses sedimentasi yang pada akhirnya akan membentuk lahan baru di pesisir.

b.      Pra proposal disertasi (framework)
Bagian awal
-          Sampul proposal


Image result for lambang universitas riau
UNIVERSITAS RIAU


PRILAKU APARATUR SIPIL NEGARA KAMPAR SEHARI-HARI DALAM PENANGANAN SAMPAH



Proposal Penelitian



NURHADI
NIM. 1510348467



JENJANG DOKTOR
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN
PROGRRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU, FEBRUARI, 2017




 
 























-         
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL PENELITIAN


Judul Proposal                 : PRILAKU APARATUR SIPIL NEGARA KAMPAR SEHARI-HARI DALAM PENANGANAN SAMPAH
Nama                               : NURHADI
NIM                                : 1510348467
Program Pendidikan       : DOKTOR
Program Studi                 : ILMU LINGKUNGAN
Kekhususan                     : ILMU LINGKUNGAN

Proposal penelitian disertasi ini telah disetujui oleh Tim Pembimbing untuk diseminarkan dan di uji dihadapan Penguji pada Program Doktor Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Riau.


Menyetujui,


…………………………
Promotor


     …………………                                                           …………………
       Ko-Promotor I                                                               Ko-Promotor II

Mengetahui
Ketua Program Doktor (S3)
Program Studi Ilmu Lingkungan



Prof. Dr. Ir. H. Sukendi, M.Si
NIP. 196210131989031001




 
Halaman persetujuan






-          Bagian utama
Bab I Pendahuluan
Bab II Tinjauan Kepustakaan
Bab III Metodologi

c.       Perdagangan karbon
Dalam konteks perdagangan tentu ada penjual, pembeli dan barang dagangan itu sendiri, yang diperankan secara berturut turut adalah negara-negara pemilik hutan (penyerap karbon, carbon sink), negara-negara industri (penghasil karbon, emitor), dan karbon (dalam senyawa CO2). Jual-beli karbon ini akan dilakukan melalui suatu bentuk skim yang disepakati bersama secara standar internasional dan sebagai konsekwensinya negara penjual wajib mempertahankan dan menjaga kondisi hutannya.
Mengapa karbon diperdagangkan?
Pada awalnya timbul rasa ketidakpuasan dan ketidakadilan oleh negara-negara yang masih memiliki hutan dan umumnya miskin dan berkembang yang merasa selalu ditekan untuk tetap menjaga hutannya demi kepentingan internasional tanpa memperoleh kompensasi apapun. Di satu sisi negara-negara ini dipaksa untuk mempertahankan kondisi hutannya agar tetap berfungsi menyerap karbon di udara
sekaligus menjaga karbon yang ada di dalam tanah agar tidak lepas ke udara, tapi di sisi lain negara-negara industri kaya terus saja melepas CO2 melalui kegiatan industri mereka. Konon sekitar 85% emisi karbon yang ada di atmosfir berasal dari negara-negara ini. Sudah sepantasnya mereka inilah pihak yang paling bertanggung jawab dalam menciptakan pemanasan global. Nah, agar kita tidak hanya bertugas menjaga hutan saja maka disusunlah mekanisme perdagangan karbon yang dimaksudkan sebagai kompensasi tugas jaga tersebut.
Hubungannya dengan ekologi lahan basah.
Lahan basah harus dipertahankan oleh setiap negara dan membiarkan berkembangnya ekosistem terutama lahan gambut harus terjaga, hutan mangrov dan hutan lahan basah lainnya berguna untuk menyerap karbon, disamping fungsi lahan basah lainnya sebagai pencegah banjir dan persediaan air tawar.












5.        Matakuliah : Ekosistem dan keanekaragaman hayati (Bagian I)
-            Nilai penting biodiversitas bagi manusia
-            Faktor-faktor yang menyebabkan degradasi biodiversitas
Faktor Penyebab Menghilangnya Keanekaragaman Hayati 
1. Hilangnya Habitat
Daftar Merah IUCN (Internasional Union for Conservation of Nature) menunjukkan bahwa hilangnya habitat yang diakibatkan dari manajemen pertanian dan hutan yang tidak berkelanjutan yang menjadi penyebab terbesar dari hilangnya keanekaragaman hayati. Jumlah penduduk yang semakin bertambah menyebabkan semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Sedangkan lahan yang tersedia bagi hewan dan tumbuhan semakin sempit yang digunakan sebagai tempat tinggal penduduk, dibabak untuk lahan pertanian atau dijadikan lahan industri. 



2. Pencemaran Tanah, Udara, dan Air
Zat pencermar (polutan) merupakan produk buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia. Polutan mencemari air, udara, dan tanah. Polutan berbahaya bagi organisme. Nitrogen dan sulfur oksida yang dihasilkan dari kendaraan bermotor yang jika bereaksi dengan air maka membentuk hujan asam yang merupakan hujan yang merusak ekosistem. Berlebihan menggunaan chlorofluorocarbon (CFC) menyebabkan lapisan ozon yang terdapat di atmosfer berlubang. Dampak dari masalah tersebut adalah intensitas sinar ultraviolet yang masuk ke bumi semakin meningkat yang mengakitbakan berbagai masalah-masalah seperti berkurangnya biomassa fitoplankton di lautan yang menyebabkan terganggunya keseimbangan dari rantai makanan organisme. 
3. Perubahan Iklim
Sebagian penyebab dari perubahan Iklim adalah pencemaran udara oleh gas karbon dioksida (CO2) yang dapat menyebabkan efek rumah kaca. Menurut pendapat Raven (1995), efek rumah kaca yang meningkatkan suhu udara 1-3 C dengan jangka waktu sekitar 100 tahun. Kenaikan suhu tersebut menyebabkan es dikutub akan mencair dan menyebabkan kenaikan permukaan sekitar 1-2 m yang berakibat terjadinya perubahan struktur dan fungsi ekosistem lautan. 

4. Eksploitasi Tanaman dan Hewan 
Eksploitasi tumbuhan dan hewan secara berlebihan biasanya untuk komoditas yang nilai ekonomi tinggi, seperti kayu hutan untuk bahan bangunan dan ikan tuna sirip kuning yang berharga mahal dan banyak diminati, namun hal ini mengakibatkan efek negatif bagi kepunahan spesies, apalgi tidak diimbangi dengan usaha pengembangbiakkannya. 

5. Adanya Spesies Pendatang
Masuknya spesies dari luar ke suatu daerah seringkali mendesak spesies lokal yang sebenarnya merupakan spesies penting dan langka yang terdapat didaerah tersebut. Sebagian spesies asing tersebut dapat menajdi invasih dengan menguasai ekosistem. Contohnya ikan pelangi (Melanotaenia ayamaruensis) merupakan spesies endemik Danau Ayamaru, Papua Barat. Ikan pelangi terancam punah karena dimangsa oleh ikan mas (Cyprinus carpio) yang dibawa dari jepang dan menjadi spesies yang invasif di danau tersebut. 

6. Industrilisasi Pertanian dan Hutan
Umumnya para petani menanam tumbuhan atau memelihara hewan yang sifatnya unggul dan menguntunkan, sedangkan bagi tumbuhan dan hewan yang kurang unggul dan kurang menguntungkan akan disingkirkan. Selain dari itu, jika suatu lahan pertanian atau hutan industri umumnya hanya ditanami oleh satu jenis tanaman (monokultur), seperti karet, teh, dan kopi. Dampaknya akan menurunkan keanekaragaman hayati tingkat spesies. 

-            Langkah-langkah manajemen yang mesti ditempuh dalam pengendalian biodiversitas
Berikut ini upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan keanekaragaman hayati di Indonesia antara lain sebagai berikut:
1.        Perlindungan alam
Alam merupakan tempat manusia hidup sekaligus tempat untuk memperoleh bahan kebutuhannya. Dari alam, manusia mendapatkan makanan dan energi. Kebutuhan manusia yang diperoleh dari lingkungannya bukan hanya sesaat, melainkan selama spesies itu ada sehingga kebutuhan itu tetap ada, bahkan makin meningkat. Untuk dapat menyediakan kebutuhan hidup secara berkesinambungan itu, manusia harus selalu berusaha menjaga kelestarian keanekaragaman hayati. Perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia telah dilaksanakan semenjak pemerintahan Hindia Belanda, tepatnya tahun 1912, yang berpusat di Bogor. Setelah merdeka, perlindungan alam dilaksanakan oleh Departemen Kehutanan dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.
Perlindungan alam dapat dikelompokkan menjadi perlindungan alam umum dan perlindungan alam khusus.
a.    Perlindungan alam umum Perlindungan alam secara umum berarti melindungi semua komponen alam secara keseluruhan yang meliputi kesatuan flora, fauna, dan tanahnya. Perlindungan alam secara umum dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:
·           Perlindungan alam ketat adalah perlindungan alam yang tidak memperbolehkan campur tangan manusia dalam usaha perlindungannya. Biasanya daerah ini digunakan untuk kepentingan ilmiah atau penelitian, misalnya, Taman Nasional Ujung Kulon dan Pulau Panaitan
·           Perlindungan alam terbimbing adalah perlindungan alam di bawah bimbingan para ahli, misalnya di kebun raya dan taman nasional
·           Taman nasional. Biasanya meliputi daerah yang luas, tidak boleh ada bangunan tempat tinggal maupun industri, dan biasanya berfungsi sebagai tempat rekreasi. Beberapa contoh taman nasional yaitu Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (+ 15.000 ha), Taman Nasional Kerinci Seblat (+ 1,5 juta ha), dan Taman Nasional Meru Betiri (+ 50.000 ha). Ciri-ciri taman nasional, antara lain: (a) tersedianya kawasan yang cukup luas bagi pengembangan satu atau lebih ekosistem yang tidak banyak dijamah oleh manusia. Dalam kawasan ini berkembang jenis tanaman dan hewan yang memiliki nilai ilmiah; (b) karena kepentingannya yang khas bagi ilmu pengetahuan, pengelolaannya berada di tangan pemerintah; (c) karena memiliki unsur ilmu pengetahuan dan daya tarik ilmiah, kawasan ini dapat dikunjungi dan dikelola untuk kemanfaatan manusia, tanpa mengubah ciri-ciri ekosistem

b.    Perlindungan alam khusus Perlindungan alam khusus berarti melindungi unsur alam tertentu. Sebagai contoh perlindungan botani untuk melindungi tumbuhan tertentu; perlindungan zoologi untuk melindungi hewan tertentu; perlindungan geologi untuk melindungi formasi geologi tertentu; perlindungan antropologi untuk melindungi suku bangsa tertentu; dan perlindungan suaka margasatwa untuk melindungi hewan tertentu.

2.        Pengawetan hutan
Hutan adalah ciptaan Tuhan yang merupakan sumber keanekaragaman hayati yang sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya sehingga kita harus memelihara keaslian hutan tersebut. Akan tetapi, akhir-akhir ini manusia cenderung melakukan perusakan hutan. Hutan yang terpelihara dengan baik dapat memperkaya hidup manusia secara material dan spiritual sehingga manusia harus berusaha untuk memelihara semaksimal mungkin keanekaragam hayati tersebut. Adapun tujuan dari pengawetan hutan, antara lain, sebagai berikut.
-            Menjaga keanekaragaman hayati, baik flora maupun fauna, dengan mencegah tindakan manusia yang dapat merusak macam-macam flora dan fauna yang masih asli
-            Menjaga keseimbangan air di musim penghujan dan musim kemarau. Humus menggemburkan tanah. Tanah yang gembur mampu menahan air hujan. Selain itu, pada musim kemarau, sungai dan sumur tetap berair karena air-air tanah itu keluar sebagai mata air
-            Mencegah erosi. Permukaan tanah mudah tererosi. Tanah terlindung oleh humus dan terikat akar. Pada saat terjadi hujan humus akan menghambat terlemparnya butiran-butiran tanah permukaan dari tempatnya sehingga terhindarlah dari erosi
-            Mencegah banjir. Terjadinya erosi akibat hutan gundul menyebabkan berkurangnya humus serta pendangkalan sungai dan danau sehingga dapat terjadi banjir pada musim penghujan
-            Sumber perekonomian. Penyediaan kayu untuk berbagai industri terpentin dan rotan merupakan hasil hutan yang sangat besar pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia

Tindakan yang dapat dilakukan untuk pengawetan hutan diantaranya sebagai berikut:
-            Tidak melakukan penebangan pohon di hutan secara semena-mena, tetapi dilakukan dengan sistem tebang pilih
-            Mengusahakan agar penebangan pohon diimbangi dengan penanaman kembali
-            Mengadakan peremajaan hutan dan reboisasi, yaitu menanami kembali bekas hutan yang telah rusak
-            Mencegah kebakaran. Kerusakan hutan yang paling besar terjadi karena kebakaran. Jika terjadi kebakaran hutan, harus diusahakan pemadaman secepat mungkin

3.        Perlindungan margasatwa
Menjaga keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekosistem, harus diusahakan agar tidak ada satu atau lebih komponen ekosistem yang mengalami kepunahan. Oleh sebab itu, usaha pelestarian keanekaragaman hayati harus dilakukan secara terpadu, artinya dalam suatu pelestarian itu, seluruh komponen ekosistem harus dilestarikan secara keseluruhan. Sikap manusia sangat berpengaruh terhadap perlindungan satwasatwa langka yang mulai terancam kepunahan ini. Manusia harus sadar bahwa makhluk hidup apa pun jika telah punah, keberadaannya di alam tidak dimungkinkan lagi. Upaya untuk melestarikan hewan-hewan langka adalah sebagai berikut :
-            Membuat undang-undang perburuan dengan aturan-aturannya yang meliputi batas-batas daerah perburuan, masa berburu, jumlah hewan yang boleh diburu, jenis hewan, umur, jenis kelamin hewan, dan yang paling penting adalah hasil buruan tidak untuk diperjualbelikan
-            Membiakkan hewan-hewan langka yang hampir punah, misalnya dengan mengisolasi hewan-hewan tertentu, memelihara, dan membiakkannya kemudian dilepaskan kembali ke asalnya
-            Memindahkan hewan langka yang hampir punah ke tempat lain yang habitatnya lebih sesuai dan lebih aman
-            Mengambil telur hewan-hewan tertentu pada saat tertentu untuk kemudian menetaskannya, membiakkannya, dan mengembalikannya ke habitat semu


6.        Matakuliah : Ekosistem dan keanekaragaman hayati (Bagian II)
a.       Pengayaan spesies dengan variasi fenotip
Fenotipe ialah penyebab terjadinya variasi dalam satu jenis, fenotipe merupakan factor lingkungan dan factor gen, sehingga dapat dituliskan rumus :
F=G+L
·           F= Fenotipe atau sifat yang tampak
·           G= Genotipe atau sifat yang tidak tampak dalam gen
·           L= Lingkungan
-            Pengayaan spesies dengan variasi genotip
-          Variasi genetik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan variasi dalam urutan DNA di setiap genom. Variasi genetik yang membuat kita semua unik atau berbeda, baik dalam hal warna rambut, warna kulit atau bahkan bentuk wajah kita.
-          Variasi Genetik yaitu variasi yang dihasilkan oleh factor keturunan (gen) yang bersifat kekal dan diwariskan secara turun temurun dari satu sel ke sel yang lain. Jika gen berubah, maka sifat-sifat pun akan berubah. Sifat-sifat yang ditentukan oleh gen disebut genotif. Ini dikenal sebagai pembawa.
-          Variasi non genetik atau variasi lingkungan yaitu yang ditentukan oleh factor lingkungan seperti intensitas cahaya, kelembaban, pH tanah, dll. Keadaan factor-faktor lingkungannya sama dengan pohon yang pertama, sekalipun demikian hasil panennya berbeda. Pengetahuan yang memadai tentang komposisi lingkungan akan menentukan genotif yang sesuai untuk kondisis tertentu.
b.         Ekosistem service, perubahan hutan gambut primer menjadi kebun kelapa sawit skala besar.
Dampak negatif yang terungkap dari aktivitas perkebunan kelapa sawit diantaranyai:
1.      Persoalan tata ruang, dimana monokultur, homogenitas dan overloads konversi. Hilangnya keaneka ragaman hayati ini akan memicu kerentanan kondisi alam berupa menurunnya kualitas lahan disertai  erosi, hama dan penyakit.
2.      Pembukaan lahan sering kali dilakukan dengan cara tebang habis dan land clearing dengan cara pembakaran demi efesiensi biaya dan waktu.
3.      Kerakusan unsur hara dan air tanaman monokultur seperti sawit, dimana dalam satu hari satu batang pohon sawit bisa menyerap 12 liter (hasil peneliti lingkungan dari Universitas Riau) T. Ariful Amri MSc Pekanbaru/ Riau Online).   Di samping itu pertumbuhan kelapa sawit mesti dirangsang oleh berbagai macam zat fertilizer sejenis pestisida dan bahan kimia lainnya.
4.      Munculnya hama migran baru yang sangat ganas karena jenis hama baru ini akan mencari habitat baru akibat kompetisi yang keras dengan fauna lainnya. Ini disebabkan  karena keterbatasan lahan dan jenis tanaman akibat monokulturasi.
5.      Pencemaran yang diakibatkan oleh asap hasil dari pembukaan lahan dengan cara pembakaran dan  pembuangan limbah, merupakan cara-cara perkebunan yang meracuni makhluk hidup dalam jangka waktu yang lama.  Hal ini semakin merajalela karena sangat terbatasnya lembaga (ornop) kemanusiaan yang melakukan kegiatan tanggap darurat kebakaran hutan dan penanganan Limbah.
6.      Terjadinya konflik horiziontal dan vertikal akibat masuknya perkebunan kelapa sawit. sebut saja konflik antar warga yang menolak dan menerima masuknya perkebunan sawit dan bentrokan yang terjadi antara masyarakat dengan aparat pemerintah akibat sistem perijinan perkebunan sawit.
7.      Selanjutnya, praktek konversi hutan alam untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit seringkali menjadi penyebab utama bencana alam seperti banjir dan tanah longsor











7.        Matakuliah : Sosio Ekonomi Lingkungan
1.         A.   Perbedaan Ekonomi Lingkungan dan Ekonomi Sumberdaya
a.         Ekonomi lingkungan
ilmu yang mempelajari perilaku atau kegiatan manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) dan lingkungannya yang terbatas sehingga fungsi atau peranan SDA dan lingkungan tersebut dapat dipertahankan dan bahkan penggunaannya dapat ditingkatkan dalam jangka panjang atau berkelanjutan.
Dari sudut pandang ekonomi, masalah lingkungan timbul, karena biaya lingkungan tidak dimasukkan ke dalam biaya produksi, sehingga menyebabkan kerugian bagi orang lain atau pasar. Dalam hal ini, masalah lingkungan menyebabkan inefisiensi alokasi sumber daya alam dan lingkungan dalam proses produksi.
Dalam konteks tersebut, SDA dan lingkungan menjadi (1)penyedia bahan baku (2)penyedia fasilitas (3) wadah untuk limbah
Dampak pencemaran SDA dan lingkungan, yang menimbulkan biaya yaitu:
·            Menurunnya kuantitas SDA dan lingkungan sebagai penyedia bahan baku
·            Menurunnya kualitas SDA dan lingkungan sebagai fungsi dasar ekologis
·            Menimbulkan ketidaknyamanan pada manusia
·            Memberikan dampak yang buruk kepada kesehatan dan produktivitas
b.        Ekonomi Sumberdaya
-            Ekonomi sumber daya alam berkaitan dengan pasokan, permintaan, dan alokasi sumber daya alam bumi. Salah satu tujuan utama dari ekonomi sumber daya alam adalah untuk lebih memahami peran sumber daya alam dalam perekonomian dalam rangka mengembangkan metode yang lebih berkelanjutan dalam mengelola sumber daya tersebut guna memastikan ketersediaannya untuk generasi mendatang.
-            Ekonomi sumber daya alam adalah bidang transdisipliner penelitian akademis dalam ilmu ekonomi yang bertujuan untuk mengatasi hubungan dan saling ketergantungan antara ekonomi manusia dengan ekosistem. Fokusnya adalah bagaimana mengoperasikan ekonomi dalam batasan ekologi sumber daya alam. Ekonomi dan bidang kebijakan berfokus pada aspek manusia dari masalah lingkungan. Ekonomi sumber daya alam juga berkaitan dengan energi. Thermoeconomists berpendapat bahwa sistem ekonomi selalu melibatkan materi, energi, entropi, dan informasi. Thermoeconomics didasarkan pada proposisi bahwa peran energi dalam evolusi biologis harus didefinisikan dan dipahami melalui hukum kedua termodinamika tetapi dalam hal ekonomi seperti kriteria produktivitas, efisiensi, dan terutama biaya dan manfaat dari berbagai mekanisme untuk menangkap dan memanfaatkan energi yang tersedia untuk membangun biomassa dan melakukan kerja. Akibatnya, ekonomi sumber daya alam sering dibahas dalam bidang ekologi ekonomi, yang dengan sendirinya terkait dengan bidang keberlanjutan dan pembangunan berkelanjutan.
c.         Perbedaan ekonomi lingkungan dengan ekonomi sumberdaya
Pada ekonomi lingkungan mengkaji biaya-biaya yang timbul akibat pengeksploitasian SDA, sedangkan ekonomi sumberdaya alam semata-mata hanya mengkaji keuntungan yang didapatkan dari eksploitasi sumber daya alam guna untuk pembangunan berkelanjutan
B.   Ekonomi lingkungan tidak ramah pada ekonomi mikro
-            Ekonomi lingkungan
ilmu yang mempelajari perilaku atau kegiatan manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) dan lingkungannya yang terbatas sehingga fungsi atau peranan SDA dan lingkungan tersebut dapat dipertahankan dan bahkan penggunaannya dapat ditingkatkan dalam jangka panjang atau berkelanjutan.
Dari sudut pandang ekonomi, masalah lingkungan timbul, karena biaya lingkungan tidak dimasukkan ke dalam biaya produksi, sehingga menyebabkan kerugian bagi orang lain atau pasar. Dalam hal ini, masalah lingkungan menyebabkan inefisiensi alokasi sumber daya alam dan lingkungan dalam proses produksi.
Dalam konteks tersebut, SDA dan lingkungan menjadi (1)penyedia bahan baku (2)penyedia fasilitas (3) wadah untuk limbah


-            Ekonomi mikro
cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan harga-harga pasar dan kuantitas faktor input, barang, dan jasa yang diperjualbelikan. Ekonomi mikro meneliti bagaimana berbagai keputusan dan perilaku tersebut memengaruhi penawaran dan permintaan atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga; dan bagaimana harga, pada gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa selanjutnya.[1][2] Individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi secara optimal, bersama-sama individu lainnya di pasar, akan membentuk suatu keseimbangan dalam skala makro; dengan asumsi bahwa semua hal lain tetap sama (ceteris paribus).
Kebalikan dari ekonomi mikro ialah ekonomi makro, yang membahas aktivitas ekonomi secara keseluruhan, terutama mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran, berbagai kebijakan perekonomian yang berhubungan[1], serta dampak atas beragam tindakan pemerintah (misalnya perubahan tingkat pajak) terhadap hal-hal tersebut.[3]
-          Penjelasan
Ekonomi lingkungan tidak ramah terhadap ekonomi mikro.
Ekonomi mikro dalam jangka panjang pasti akan berdampak kepada kerusakan alam/lingkungan, oleh karena itu jelas tidak ramah terhadap ekonomi lingkungan. Konsep baru yang ditawarkan dari praktik ekonomi mikro harus mengacu kepada pembangunan berkelanjutan (swistainable development) yang merupakan hasil komprensi Rio de Jeneiro 1992. Semua negara berkembang harus melahirkan undang-undang lingkungan hidup yang tujuannya adalah ramah terhadap lingkungan.
2.         Eksternalitas dan penyebab munculnya
Eksternalitas adalah biaya yang harus ditanggung atau manfaat tidak langsung yang diberikan dari suatu pihak akibat aktivitas ekonomi.[1] Eksternalitas sering disinggung ketika muncul dampak negatif dari suatu aktivitas ekonomi.
Contoh eksternalitas yaitu pencemaran udara yang mengganggu kesehatan dan lingkungan dan semua itu harus ditanggung oleh masyarakat sendiri. Contoh eksternalitas yang positif yaitu individu yang alergi terhadap imunisasi diuntungkan oleh masyarakat yang telah diimunisasi karena penyebaran penyakit tidak sampai ke individu tersebut. Kredit karbon adalah salah satu mekanisme pembayaran atau mengambil keuntungan dari faktor eksternalitas.
Jika eksternalitas telah jelas terlihat, maka pelaku aktivitas ekonomi dapat diberikan pilihan atau diwajibkan untuk membayar dampak tersebut atau mengklaim keuntungan yang telah diberikannya melalui undang-undang yang berlaku. Atau pelaku aktivitas ekonomi dapat mengubah produk atau metode produksinya untuk meminimalisir dampak negatif eksternal.

Eksternalitas itu dapat terjadi dari empat interaksi ekonomi berikut ini :

1.    Efek atau dampak satu produsen terhadap produsen lain (effects of producers on other producers).
2.    Efek atau dampak samping kegiatan produsen terhadap konsumen (effects of producers on consumers)
3.        Efek atau dampak dari suatu konsumen terhadap konsumen lain (effects of consumers on consumers)
4.        Efek akan dampak dari suatu konsumen terhadap produsen (effects of consumers on producers)

3.         Hubungan antara ekonomi dan lingkungan
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan lingkungan secara umum dianggap ontroversial. Teori ekonomi tradisional memosisikan trade-off antara pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan. Sejak awal 1990-an, literatur empiris dan teoretis berkembang pesat pada Kurva Lingkungan Kuznets (EKC) yang hasilnya telah menyimpulkan bahwa hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan lingkungan bisa menjadi positif; dan karenanya pertumbuhan merupakan prasyarat untuk perbaikan lingkungan.
Dalam kegiatan ekonomi produksi dan konsumsi suatu barang dapat menimbulkan manfaat atau menghasilkan produk yang bernilai guna pada pemiliknya atau pada orang lain. Sebaliknya, kegiatan ekonomi juga dapat menghasilkan dampak yang merugikan atau menurunkan daya guna bagi orang lain. Keadaan suatu proses dapat menimbulkan manfaat maupun kerugian pada orang lain disebut eksternalitas (Grafton, et al., 2004).
Dalam konsep ekonomi pencemaran merupakan suatu eksternalitas yang terjadi jika satu atau lebih individu mengalami atau menderita kerugian berupa hilangnya kesejahteraan mereka (Monke & Pearson, 1989). Meskipun setiap kegiatan ekonomi dapat menimbulkan eksternalitas, ahli ekonomi tidak merekomendasikan untuk menghilangkan eksternalitas. Hal ini karena ekternalitas optimal tidak harus sama dengan nol. Pandangan bahwa bebas eksternalitas bukan merupakan keputusan yang optimal, dapat dijelaskan dengan dua hal, yaitu: pada dasarnya lingkungan itu cenderung memiliki kemampuan asimilatif sehingga pada tingkat pencemaran tertentu, lingkungan masih dapat mengatasi secara alamiah; dan kenyataan menunjukkan bahwa pada tingkat tertentu, kegiatan ekonomi masih mampu mengatasi persoalan pencemaran ini dengan menggunakan teknologi pembersih limbah (Turner & Pearce, 1991).













8.        Matakuliah : Filsafat ilmu dan isu-isu kontemporer
JURNAL PENELITIAN YANG SUDAH PENULIS BACA

No
Author, year
Title
Tools
Variables
Findings
Limitation
Conclusion and Discussion
Implication
Results
1
S.Elancheliyan 1, Dr J. Krishnakumar. 10 oktober 2013
Environmental noise from construction site  power systems and its mitigation.

Kebisingan lingkungan dari suara  genset  dan mitigasinya.
Noise intensity is measured in decibel units [1], [2]. The decibel
scale is logarithmic; each 10-decibel increase represents a tenfold increase in noise intensity
Power Generators, Noise Effects, Noise Mitigation
Engine exhaust Without an exhaust silencer, this ranges from 120 dB(A) to 130 dB(A) or more and is usually reduced
by a minimum of 15 dB(A) with a standard silencer.

Suara bising mesin tanpa peredam bunyi, berkisar dari 120(dB) sampai 130 (Db) atau lebih dan biasanya turun 15(dB) melalui pemasangan alat  standar peredam .
Generator noise.

Suara bisisng genset.
1. Perlu program perlindungan pendengaran dan kesadaran yang efektif.

2. Mitigasi thdp kebisingan genset adalah subjek penting.
 

Perlu diadakan peredam bunyi generator melalui alat perisai  generator.
-       
Penurunan kebisingan dapat dilakukan dengan memasang alat peredam suara pd mesin genset.
2















Linda Tondobala.
 Mei 2011
PEMAHAMAN TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA
DAN TINJAUAN TERHADAP KEBIJAKAN DAN PERATURAN TERKAIT
1.Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang.
2. Kawasan rawan  bencana  gempa bumi.  (indo, 240 gunung api.
70 gunung api aktif.)

Mitigasi Bencana dan Penyelenggaraan Penataan Ruang di sulawesi.

Sehubungan indonesia timur rawan gempa, perlu dilakukan penataan ruang sesuai UU no. 26 tahun 2007.
1. perlu   perencanaan pembangunan ekonomi wilayah dan kota.
2. Perlu pembangunan kependudukan, sosial dan budaya.
Rencana tata ruang, menghindari dampak bencana gempa bumi di sulawesi
1. Perlu diarsir peta resiko bencana di Sulawesi.
2. Perlu di rencanakan peta sumber daya
a. peta rencana pembangunan ekonomi dan kota
b. Peta renacana pembangunan penduduk sosial dan budaya

Untuk meminimalisir bencana alam, perlu diketahui ruang resiko bencana dan perlu direncanakan  dimana pembangunan ekonomi , perkotaan serta dimana rencana pembangunan kependudukan , sosial dan budaya.
Mitigasi bencana alam
3
Tri Joko Sri Haryono1, Toetik Koesbardiati, Sri Endah Kinasih.
2010
Model Strategi Mitigasi Berbasis Kepentingan Perempuan pada
Komunitas Survivor di Wilayah Rawan Banjir
Mitigation Strategic Model Based of Woman Needsr,in Survivor
Community At flood areas
komunitas survivor, mitigasi, manajemen bencana berbasis gender, penanganan bencana,
Mitigasi dan manajemen bencana berbasis gender,
Indonesia rawan bencana;
Bencana Geologi(gempa bumi, gunung api, longsor, tsunami)
Bencana Hidrometeorologi (banjir)
1) faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya bencana
banjir di Jawa Timur khususnya Kabupaten Lamongan dan Bojonegoro? 2) bagaimana pandangan
masyarakat (baik laki-laki maupun perempuan) terhadap bencana banjir? dan 3) bagaimana penyusunan
kebijakan mitigasi di Kabupaten Lamongan dan Bojonegoro, apakah sudah sesuai gender
Managemen Penanganan bencana  melibatkan laki dan perempuan.
Dalam penangan bencana agar jangan didominasi kaum pria, juga bisa melibatkan perempuan
Meminimalisir korban bencana dengan pemberdayaan  pria dan wanita
4
Jay R. Sklar.
2003
Interference Mitigation
Approaches for the Global
Positioning System
(Pendekatan pengaruh mitigasi dalam GPS)
The satellite-based Global Positioning System (GPS)

Satelit GPS
Interference Mitigation
Approache.for GPS

(pendekatan pengaruh mitigasi dengan GPS)
Evolusi GPS dalam meliter terus berkembang utk kegunaan sipil dan meliter seluruh dunia
GPS for mitigation
Satelit GPS menjadi suatu alat penting utk meliter dan sipil.

Performance Satelit GPS masa depan semangkin berkualitas tinggi, terhindar dari ganngguan gangguan, saat ini sedang diadakan perbaikan uji di laboratorium lincon
Penggunaan satelit GPS semangkin lancar
Teknologi Mempermudah manusia
5
Setya Winarno. Tahun 2011
House Seismic Vulnerability And Mitigation Strategies: Case Of Yogyakarta City

(kerentanan seismik terhadap rumah dan strategi mitigasi, kasus di jokjakarta)
Survey 402 rumah di Jogjakarta
kerentanan gempa rumah di Kota Yogyakarta sebagai salah satu bahaya gempa tinggi
84,8% rumah di Yogyakarta rentan terhadap gempa
Gempa jogjakarta
A. kerentanan gempa terhadap rumah jogjakarta  karena (1) kurangnya pengetahuan dengan pembangun, (2)
kurangnya kesadaran, dan (3) tidak adanya komitmen politik.
B. . Menonjol mitigasi

strategi adalah (1) komitmen politik yang lebih luas dari pemerintah dan legislatif papan, (2)

kesadaran berhubungan dengan gempa oleh semua pemangku kepentingan untuk proses pembangunan,

dan (3) pengetahuan yang diperlukan.  pembangun untuk memberikan

konstruksi akhir-produk tahan gempa 

Membangun rumah   kedepan harus menggunakan bahan resisten terhadap gempa.
peningkatan kinerja seismik rumah di kota-kota besar di Indonesia adalah
sangat diperlukan.
6
 Irianto Uno.
Tahun 2012
POTENSI BAHAN GALIAN DAN MITIGASI BENCANA ALAM
DI WILAYAH SULAWESI TENGAH
 Proses geologi, bahan galian, potensi bencana













optimalisasi terhadap pemanfaatan bahan galian dan secara bijak mengelola lingkungan
 proses geologi tersebut juga terkait dengan potensi bencana.
Bahan galian di sulawesi
Sulawesi meiliki potensi sumber daya galian A,B dan C.
Perlu dilakukan strategi penanggulanagan bencana merujuk pada
1. landasan global; ISDR
2.Asian agreement on disarter managemennt and emergency response
3.Rencana aksi Beijing
4. Strategi Yokohama
5. kerangka aksi hyogo
6.Landasan Nasional
Perlu disusun perencanaan penangulanagan bencana dan mitigasi
pada dasarnya proses yang terjadi di bumi ini disatu sisi memunculkan potensi sumber daya dan di sisi lainnya dapat menghadirkan potensi bencana.



RINGKASAN MATERI KULIAH S3
ILMU LINGKUNGAN

1.        Matakuliah : Etika Lingkungan Hidup (bagian I)
a.         Pengertian
1.      Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari system alam semesta. ... Jadi, dalam model antroposentrisme yang memiliki nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya.
2.      Biosentrisme adalah suatu keyakinan bahwa kehidupan manusia memiliki hubungan yang sangat erat dengan kehidupan seluruh kosmos. Dalam Biosentrisme manusia dianggap sebagai salah satu makhluk hidup dari alam semesta yang mempunyai rasa saling ketergantungan dengan makhluk hidup lainnya di alam semesta. Biosentrisme merupakan teori yang memiliki suatu pandangan yang menempatkan alam sebagai yang memiliki nilai tertinggi yang lepas dari kepentingan manusia. Jadi biosentrisme bertolak belakang dengan teori antroposentrisme yang menyatakan bahwa hanya manusia dan kepentingannya lah yang mempunyai nilai tertinggi. Teori biosentrisme juga dapat di katakan teori yang memiliki pandangan bahwa makhluk hidup bukan hanya manusia saja.
3.      Ekosentrisme adalah merupakan lanjutan dari biosentrisme yang merupakan teori bahwa makhluk hidup mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri. Sebagai lanjutan, ekosentrisme sering disamakan dengan biosentrisme baik dari sudut pandang maupun dari pengertiannya sendiri, karena adanya banyak kesamaan di antara Biosentrisme Dan Ekosentrisme. Kedua teori Biosentrisme Dan Ekosentrisme sangat bertolak belakang dengan cara pandang teori antroposentrisme yang merupkan teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta.
4.      Ekofeminisme adalah merupakan sebuah bentuk telaah lingkungan yang ingin menggugat dan medobrak cara pandang dominan yang berlaku pada masyarakat modern dan sekaligu menawarkan sebuah cara pandang dan prilaku baru untuk mengatasi krisis lingkungan sekarang ini. Ekofeminisme menawarkan sebuah telaah krisis atas akar dari semua krisis lingkungan dewasa ini. Ekofeminisme juga menawarkan visi-visi alternatif masa depan yang lebih ramah lingkungan.
5.      hak azazi alam adalah klaim atas yang dimiliki dan di kuasai sejak awal mula, yaitu sejak adanya entitas. Jadi hak asasi manusia adalah hak manusia yang dimiliki sejak lahir. Demikian pula pola makluk hidup lainnya, sejauh mana menerima bahwa mereka memiliki hak asasi, itu berarti hak tersebut dimiliki sejak mereka lahir, tumbuh dan ada di dalam alam semesta ini. Ini berarti hak tersebut tidak diberikan sehingga tidak boleh dirampas atau di tiadakan oleh siapapun, termasuk oleh pemerintah (negara). Tidak ada pihak  lain, termasuk negara, yang boleh merampas hak asasi itu.
b.      Perbedaan masing-masing teori etika lingkungan
-          Antroposentrisme menyatakan manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta.
-          Biosentrisme  menyatakan manusia adalah bagian dari alam semesta sehingga manusia memiliki hubungan timbal balik dengan seluruh kosmos (saling ketergantungan). Jadi biosentrisme menolak teori antroposentrisme yang menyatakan manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta.
-          Ekosentrisme menyatakan setiap makhluk hidup memiliki nilai dan berharga pada dirinya sendiri. Menolak teori antroposentrisme dan merupakan kelanjutan dari teori biosentrisme.
-          Ekofeminisme sebuah telaah krisis atas akar dari semua krisis lingkungan dewasa ini juga menawarkan visi-visi alternatif masa depan yang lebih ramah lingkungan.
-          Hak azazi alam menekankan kepada hak yang dimiliki sejak lahir/sejak adanya entitas setiap makhluk hidup.
c.       Faktor penyebab kerusakan lingkungan di negera ini adalah :
-            Kerusakan lingkungan akibat peristiwa alam
Kerusakan lingkungan bisa terjadi karena faktor alam. Perubahan kondisi udara, air, tanah dan berbagai faktor abiotik lainnya bisa saja menyebabkan kerusakan lingkungan. Berikut ini beberapa peristiwa alam yang bisa mengakibatkan kerusakan lingkungan, antara lain:
·           Peristiwa gunung berapi, yaitu aktivitas vulkanisme yang mengakibatkan letusan dan membuat berbagai komponen dalam gunung seperti asap, abu, lahar, lava, debu dan lainnya keluar hingga mengganggu lingkungan hidup di sekitarnya.
·           Peristiwa gempa bumi, yaitu aktivitas pergerakan lempengan bumi yang menyebabkan getaran dengan kapasitas tertentu dan bisa menyebabkan tanah longsor, bangunan roboh, tsunami dan berbagai kerusakan lainnya.
·           Peristiwa badai dan angin topan.
-            Kerusakan lingkungan akibat ulah manusia
Selain disebabkan oleh faktor-faktor gejala alam, perilaku dan ulah manusia juga menjadi faktor penyebab kerusakan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap lingkungan hidup sekitar kita.
Beberapa perilaku seperti penebangan hutan secara liar, pemanfaatan lahan yang tidak tepat, aktivitas industry perusahaan yang membuang limbah sembarangan, asap knalpot kendaraan bermotor yang menyebabkan polusi dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut secara langsung dan tidak langsung berdampak pada rusaknya lingkungan hidup di sekitar kita dan mengganggu kehidupan di masa depan.
d.      Solusi kerusakan lingkungan di negara ini adalah :
-          Upaya pelestarian lingkungan hidup
Agar kehidupan yang seimbang dan berjalan dengan baik bisa dirasakan hingga kemudian hari, maka kita perlu mengupayakan pelestarian lingkungan hidup dengan maksimal. Caranya yaitu dengan:
·           Menghindari berbagai perilaku yang dapat mencemari lingkungan.
·           Membuang sampah pada tempatnya atau mendaur ulang bahan-bahan sampah yang dapat dijadikan berbagai jenis barang berguna.
·           Mengurangi pemakaian kendaraan bermotor untuk mencegah polusi dan pencemaran udara.
·           Melakukan penghijauan di berbagai tempat dan pusat kota.
·           Menanamkan sikap peduli dan prihatin terhadap kondisi lingkungan hidup sekitar pada keluarga supaya lebih menghargai dan mencintai lingkungannya.
-          Upaya penegakan hukum lingkungan hidup.
Khususnya kerusakan alam oleh ulang tangan manusia harus diberikan sanksi hukuman.
-          Pemerintah pusat atau pemerintah daerah harus mengeluarkan RTRW (Ruang Tata Ruang Wilayah) yang wajib dipatuhi oleh semua pihak.





2.        Matakuliah : Etika Lingkungan Hidup (bagian II)
Penerapan etika lingkungan dalam mengatasi permasalahan lingkungan hidup yang terus terjadi seperti banjir, kebakaran hutan, sampah dan limbah.
a.    Kerusakan Hutan
Upaya untuk memulihkan hutan yang rusak adalah sebagai berikut:
(1)     dalam jangka pendek adalah penegakan hukum. Hal ini sangat penting untuk     mencegah praktek-praktek ilegal logging dan perambahan hutan yang semakin luas.
(2)     Hendaknya kegiatan pembangunan memperhatikan aspek lingkungan. Hal ini seringkali dilanggar oleh pelaksana pembangunan.
(3)     Upaya penanaman kembali hutan yang telah rusak. Penghijauan telah dilakukan namun belum efektif memulihkan kondisi hutan.
(4)     Dalam jangka menengah dapat dilakukan sosialisasi dan pendidikan lingkungan pada orang dewasa terutama yang tinggal di sekitar hutan lindung dan konservasi.
(5)     Dalam jangka panjang pendidikan lingkungan menjadi salah satu pelajaran muatan lokal baik di SD, SMP, SLTA maupun di perguruan tinggi.
b.    Penurunan keanekaragaman hayati
Upaya untuk mencegah punahnya flora dan fauna langka tersebut antara lain adalah:
(1)     konservasi in-situ: upaya pelestarian flora dan fauna langka beserta ekosistemnya di kawasan konservasi. Contoh, Luas hutan konservasi di Bengkulu adalah 426.203,23 ha.
(2)     konservasi ex-situ: UNIB telah mencoba membiakan Raflesia alnordi dengan  menggunakan kultur jaringan, tapi belum berhasil.
(3)    program penangkaran satwa langka.
(4)    Penyuluhan tentang penangkaran satwa secara intensif.
(5)     Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang keanekaragaman hayati   dan manfaatnya bagi masyarakat.
(6)    Peningkatan kemampuan sumber daya manusia.
(7)     Memasukkan keanekaragaman hayati ke dalam kurikulum SD, SMP, SMU   serta perguruan tinggi.
(8)     Memperluas habitat satwa liar.



c.    Kualitas air
Pengolahan air di PDAM saat ini memerlukan cukup banyak tawas yang berfungsi sebagai pengikat partikel lumpur. Nilai zat padat tersuspensi dan nilai kekeruhan yang tinggi ini disebabkan oleh aktivitas lain di hulu sungai. Air yang digunakan oleh PDAM juga terindikasi tercemar batubara. Air sumur di daerah peternakan ayam mengandung banyak  Ecoli yang sangat tinggi. Praktek pemotongan liar juga masih marak dilakukan oleh masyarakat, sehingga dapat menurunkan kualitas air. Kerusakan hutan juga dapat menurunkan mutu air sebagai akibat peningkatan zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi serta kekeruhan. Kerusakan hutan juga disinyalir sebagai salah satu sebab turunnya volume air di danau Dendam.
d.    Pengaruh industri
·            Meskipun industri masih belum banyak tetapi perencanaan pembangunan industri selanjutnya harus memperhatikan aspek lingkungan. Selama ini, pembangunan industri kurang memperhatikan aspek lingkungan.
·            Aktivitas industri yang paling besar adalah penambangan batubara dan indutri pertanian (perkebunan). Penambangan batubara mempengaruhi mutu air di DAS Bengkulu-Lemau, DAS Seluma Atas dan DAS Dikit Seblat. Pengaruh industri batubara antara lain meningkatkan zat padat tersuspensi, zat padat terlarut, kekeruhan, zat besi, sulfat dan ion hidrogen dalam air yang dapat menurunkan pH. Masalah ini dapat dikurangi dengan cara pengolahan limbah yang standard dan minimisasi kebakaran.
·            Perkebunan terutama karet dan kelapa sawit. Akibat aktivitas ini terjadi peningkatan senyawa organik pada air, adanya sisa-sisa pestisida di DAS, peningkatan zat pada tersuspensi dan terlarut, peningkatan kadar amonia, peningkatan kadar minyak dan lemak, mempengaruhi pH dll. DAS yang terkena aktivitas ini adalah DAS Dikit Seblat, DAS Bengkulu-Lemau, badan sungai Pisang (Ipuh), sungai Betung (Muko-muko), sungai Simpang Tiga (Tais), sungai Bengkulu, dan sungai Sinaba (Ketahun).
e.    Persampahan
Solusi permasalahan sampah antara lain sebagai berikut:
(1)     Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah pemukiman. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, keadaan lingkungan permukimana.
(2)     Program pengelolaan sampah permukiman.
(3)     Dimasukkan ke dalam kurikulum SD, SPM, SMA.
Upaya yang telah dilakukan :
-                 lomba semacam bangunpraja tingkat desa.
-                 Pilot project pengolahan sampah. Sayang tidak berlanjut.
-                 Program adipura.
-                 Lokakarya tentang pengelolaan sampah kepada  kepala desa dan camat.
-                 Adanya Perda yang mengatur persampahan, tapi belum dijalankan secara efektif.
f.     Pelestarian lingkungan
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar masyarakat berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan antara lain:
(1)     tingkat pendidikan.
(2)     Peningkatan penghasilan.
(3)     Pengetahuan tentang kearifan lokal.
(4)     Penerapan sistem pertanian konservasi (terasering, rorak – tanah yang digali dengan ukuran tertentu yang berfungsi menahan laju aliran permukaan–, tanaman penutup tanah, pergiliran tanaman, agroforestry, olah tanam konservasi – pengolahan yang tidak menimbulkan erosi.
g.    Pemanasan global
Pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi. Sejak akhir abad 18 suhu rata-rata global bumi telah meningkat sekitar 0,4 – 0,8°C. Para ilmuwan memperhitungkan bahwa suhu rata-rata bumi akan meningkat menjadi 1,4 – 5,8°C pada tahun 2100. Nilai peningkatannya menjadi lebih besar dibandingkan dengan nilai-nilai peningkatan yang pernah terjadi sebelumnya.











3.        Matakuliah : Ekologi, Ekosistem lahan basah (Wetland) Bagian I
a.         Ekosistem lahan basah secara komprehensif adalah wilayah daratan yang digenangi air atau memiliki kandungan air yang tinggi, baik permanen maupun musiman. Ekosistemnya mencakup rawa, danau, sungai, hutan mangrove, hutan gambut, hutan banjir, limpasan banjir, pesisir, sawah, hingga terumbu karang. Lahan ini bisa ada di perairan tawar, payau maupun asin, proses pembentukannya bisa alami maupun buatan.
Lahan basah memiliki peran penting dalam kehidupan umat manusia. Ekosistemnya menyediakan air bersih, keanekaragaman hayati, pangan, berbagai material, mengendalikan banjir, menyimpan cadangan air tanah, dan mitigasi perubahan iklim.
b.         Fungsi ekosistem lahan basah :
-          Fungsi daerah resapan air
·         Memperbaiki kualitas air, dengan cara menahan unsur hara, sampah-sampah organik dan kiriman endapan yang terjadi akibat run off.
·         Mengurangi pengaruh buruk banjir, yang langsung ke muara dengan menahan air tersebut dan melepaskannya pada musim kering.
·         Melindungi daerah-daerah pinggiran atau pesisir dari kemungkinan erosi.
·         Memulihkan kembali persediaan air tanah yang berpotensi kekurangan air pada musim kering
·         Penyedia makanan dan produk lain, misalnya ikan untuk manusia baik untuk konsumen sendiri atau diperdagangkan.
·         Cagar alam, termasuk untuk jenis jarang dan terancam punah, tempat mencari makan, berkembang biak, dan tempat istirahat.
·         Menambah peluang untuk rekreasi, melihat burung, berburu burung laut, potografi dan pendidikan luar.
-          Fungsi keanakaragaman hayati
Keanekaragaman hayati atau biodiversitas bukanlah sekedar angka yang menunjukkan kekayaan jenis tumbuhan, hewan dan mikroorganisme, tetapi lebih luas mencakup variasi, variabilitas dan keunikan genetik (gene), jenis (spesies) dan ekosistemnya. Beragamnya agroekologi lahan rawa menyebabkan beragamnya keanekaragaman hayati termasuk flora dan memungkinkan tumbuhnya berbagai jenis tanaman, baik tanaman pangan, tanaman buah-buahan maupun tanaman obat-obatan. Hutan yang digenangi air bersifat musiman ataupun permanen ini memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya. Jenis flora yang sering terlihat memenuhi hutan perairan ini seperti ramin (Gonystylus sp), terentang (Camnosperma sp.), durian burung (Durio carinatus), kayu putih (Melaleuca sp), sagu (Metroxylon sp), pandan, palem-paleman, rotan dan berbagai jenis lainnya. Sedangkan faunanya yang tidak jauh berbeda dengan yang ada pada hutan di darat, seperti harimau (Panthera tigris), rusa (Cervus unicolor), buaya (Crocodylus porosus), Orang utan (Pongo pygmaeus), babi hutan (Sus scrofa), badak, musang air, gajah dan berbagai jenis ikan.
-          Fungsi rosot karbon
Gambut memendam karbon dalam berbagai bentuk senyawa organik, Seperti
selulose, hemiselulose, gula, protein, lignin, asam-asam organik, dan senyawa humik. Gambut dalam ekosistem berfungsi sebagai rosot (sink) karbon. Daya memendam C. berkaitan dengan laju pertumbuhan gambut. Makin cepat pertumbuhannya, makin besar daya gambut memendam C.
-          Fungsi pengelolaan limbah pencemar
1.     Menghilangkan logam berat yang mencemari tanah dan air tanah, seperti yang dilakukan di New Zealand, lokasi : Opotiki, Bay of Plenty. Membersihkan tanah yang tercemar cadmium (Cd oleh penggunaan pesticida) dengan menanam pohon poplar.
2.     Membersihkan tanah dan air tanah yang mengandung bahan peledak (TNT, RDX dan amunisi militer) di Tennese, USA, dengan menggunakan metode wetland yaitu kolam yang diberi media koral yang ditanami tumbuhan air dan kemudian dialirkan air yang tercemar bahan peledak tersebut.. Tumbuhan yang digunakan seperti: Sagopond (Potomogeton pectinatus), Water stargas (Hetrathera), Elodea (Elodea Canadensis) dan lain-lain.
3.     Pengolahan limbah domestik dengan konsep fitoremediasi dengan metoda Wetland, seperti yang diterapkan di beberapa tempat di Bali dengan sebutan wastewater garden (WWG) atau terkenal dengan Taman Bali seperti yang terlihat di Kantor Camat Kuta, Sunrise School, dan Kantor Gubernur Bali. Wetland ini berupa kolam dari pasangan batu kemudian diisi media koral setinggi 80 cm yang ditanami tumbuhan air (Hydrophyte) selanjutnya dialirkan air limbah (grey water dan effluent dari septictank). Air harus dijaga berada pada ketinggian 7 cm atau 10 cm dibawah permukaan koral agar terhindar dari bau dan lalat/serangga lainnya.
-          Fungsi penyanggah perubahan iklim
Pemeliharaan lahan basah sangat strategis dalam mengadaptasi terjadinya perubahan iklim akibat global warming yang disebabkan oleh kerusakan lahan basah. Pemerintah harus mempertahankan keberadaan lahan basah. Jika dibiarkan terbakar atau rusak maka akan melahirkan karbon beracun yang memicu global warming.
c.       Fungsi sosial ekonomi dari ekosistem lahan basah.
-          Pemeliharaan ikan pada lahan basah dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.
Mempertahankan lahan basah dan dimanfaatkan tempat pemeliharaan ikan memiliki nilai ekonomi kepada masyarakat sekitarnya.
-          Penanaman pohon sagu yang silih berganti dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.

















4.        Matakuliah : Ekologi, Ekosistem lahan basah (Wetland) Bagian II
a.         Ekologi lahan basah
-          Definisi  lahan basah
wilayah daratan yang digenangi air atau memiliki kandungan air yang tinggi, baik permanen maupun musiman. Ekosistemnya mencakup rawa, danau, sungai, hutan mangrove, hutan gambut, hutan banjir, limpasan banjir, pesisir, sawah, hingga terumbu karang.
Menurut Poniman dkk (2006), wilayah lahan basah memiliki beberapa karakteristik yang
unik yaitu:
1.    Merupakan dataran rendah yang membentang sepanjang pesisir,
2.    Merupakan wilayah yang mempunyai elevasi rendah,
3.    Beberapa tempat dipengaruhi oleh pasang surut untuk di wilayah dekat dengan pantai,
4.    Dipengaruhi oleh musim yang terletak jauh dari pantai,
5.    Sebagian besar wilayah ini tertutupi dengan gambut.

-         Definisi Ekologi
ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya.
-         Fungsi ekologi lahan basah
Fungsi Ekologi Lahan Basah Cenderung Mengarah Pada Jasa
a.         Lahan basah sebagai HABITAT
Merupakan habitat berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang bernilai ekonomis (i.e padi; ikan arwana; dll)  Data menunjukkan, dari 179 spesies yang dilindungi, menurut Wetland Data Base PHPA/Wetland International, sebagian besar berhabitat di lahan basah. Daerah seperti mangrove merupakan tempat mencari makan burung migran yang singgah dan masuk dalam konvensi pelestarian spesies migran (Bonn convention)


b.        Lahan Basah sebagai PENGATUR FUNGSI HIDROLOGI
Tempat penampungan air (sumber air dan hujan). Pemasok air ke aquifer (kantung air), air tanah, dan lahan basah lain didataran lebih rendah – yang untuk selanjutnya sebagai penyedia air bagi kawasan sekitar dan menjaga tinggi kolom air tanah untuk dimanfaatkan sebagai sumur dangkal. Menjaga iklim mikro ekosistem sekitar lahan basah, dengan cara mempertahankan penguapan lokal untuk menjaga kelembaban dan turunnya hujan.
Mempertahankan keberadaan lapisan air tanah guna mencegah intrusi air laut ke daratan fungsi Lahan Basah di pesisir.
Kasus di Jakarta – intrusi air laut karena alih fungsi lahan basah berimbas intrusi air  laut hingga radius 15 km dari pantai.
Vegetasi lahan basah memberikan pengaruh dalam proses penguapan air dan mengurangi kecepatan aliran air permukaan sehingga melemahkan kekuatan air yang merusak.
c.         Lahan Basah untuk MENJAGA KUALITAS AIR.
Proses pengurangan kecepatan aliran air oleh vegetasi akan berpengaruh pada percepatan pengendapan sedimen dan penjernihan air. Vegetasi mampu menyerap unsur hara dan bahan pencemar yang berlebihan sehingga dapat menjaga kualitas air.
Di India, AS dan Kanada telah dibangun rawa buatan untuk mengolah limbah dari perkotaan dan industri agar supaya difungsikan sebagai penyerap pencemaran
d.        Lahan Basah sebagai PENCEGAH BENCANA ALAM
Danau atau situ, dam, rawa dan dataran banjir mempunyai kemampuan menyimpan kelebihan air yang dicurahkan saat musim hujan menjadi fungsi ganda untuk pencegahan banjir dan persediaan kemarau.
Mangrove, padang lamun dan terumbu karang mempunyai fungsi ekologis sebagai pelindung pantai dengan kemampuannya memecah kekuatan ombak dan arus, serta membantu mengikat sedimen dan menstabilkan substrat sehingga tidak mudah mengalami erosi.
e.         Lahan Basah untuk MENJAGA SISTEM DAN PROSES-PROSES ALAMI
Vegetasi di hutan gambut dan hutan rawa membantu proses penyerapan CO2 di udara melalui proses fotosintesis sehingga mencegah pemanasan global tetapi lahan gambut mempunyai resiko, dimana endapan karbon yang dikandungnya jika dilepaskan sekaligus atau dibakar akan mempercepat proses pemanasan global.
o    Terumbu karang dapat membentuk pulau karang dan pantai berpasir putih.
o     Mangrove dapat mempercepat proses sedimentasi yang pada akhirnya akan membentuk lahan baru di pesisir.

b.      Pra proposal disertasi (framework)
Bagian awal
-          Sampul proposal


Image result for lambang universitas riau
UNIVERSITAS RIAU


PRILAKU APARATUR SIPIL NEGARA KAMPAR SEHARI-HARI DALAM PENANGANAN SAMPAH



Proposal Penelitian



NURHADI
NIM. 1510348467



JENJANG DOKTOR
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN
PROGRRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU, FEBRUARI, 2017




 
 























-         
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL PENELITIAN


Judul Proposal                 : PRILAKU APARATUR SIPIL NEGARA KAMPAR SEHARI-HARI DALAM PENANGANAN SAMPAH
Nama                               : NURHADI
NIM                                : 1510348467
Program Pendidikan       : DOKTOR
Program Studi                 : ILMU LINGKUNGAN
Kekhususan                     : ILMU LINGKUNGAN

Proposal penelitian disertasi ini telah disetujui oleh Tim Pembimbing untuk diseminarkan dan di uji dihadapan Penguji pada Program Doktor Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Riau.


Menyetujui,


…………………………
Promotor


     …………………                                                           …………………
       Ko-Promotor I                                                               Ko-Promotor II

Mengetahui
Ketua Program Doktor (S3)
Program Studi Ilmu Lingkungan



Prof. Dr. Ir. H. Sukendi, M.Si
NIP. 196210131989031001




 
Halaman persetujuan
























-          Bagian utama
Bab I Pendahuluan
Bab II Tinjauan Kepustakaan
Bab III Metodologi

c.       Perdagangan karbon
Dalam konteks perdagangan tentu ada penjual, pembeli dan barang dagangan itu sendiri, yang diperankan secara berturut turut adalah negara-negara pemilik hutan (penyerap karbon, carbon sink), negara-negara industri (penghasil karbon, emitor), dan karbon (dalam senyawa CO2). Jual-beli karbon ini akan dilakukan melalui suatu bentuk skim yang disepakati bersama secara standar internasional dan sebagai konsekwensinya negara penjual wajib mempertahankan dan menjaga kondisi hutannya.
Mengapa karbon diperdagangkan?
Pada awalnya timbul rasa ketidakpuasan dan ketidakadilan oleh negara-negara yang masih memiliki hutan dan umumnya miskin dan berkembang yang merasa selalu ditekan untuk tetap menjaga hutannya demi kepentingan internasional tanpa memperoleh kompensasi apapun. Di satu sisi negara-negara ini dipaksa untuk mempertahankan kondisi hutannya agar tetap berfungsi menyerap karbon di udara
sekaligus menjaga karbon yang ada di dalam tanah agar tidak lepas ke udara, tapi di sisi lain negara-negara industri kaya terus saja melepas CO2 melalui kegiatan industri mereka. Konon sekitar 85% emisi karbon yang ada di atmosfir berasal dari negara-negara ini. Sudah sepantasnya mereka inilah pihak yang paling bertanggung jawab dalam menciptakan pemanasan global. Nah, agar kita tidak hanya bertugas menjaga hutan saja maka disusunlah mekanisme perdagangan karbon yang dimaksudkan sebagai kompensasi tugas jaga tersebut.
Hubungannya dengan ekologi lahan basah.
Lahan basah harus dipertahankan oleh setiap negara dan membiarkan berkembangnya ekosistem terutama lahan gambut harus terjaga, hutan mangrov dan hutan lahan basah lainnya berguna untuk menyerap karbon, disamping fungsi lahan basah lainnya sebagai pencegah banjir dan persediaan air tawar.












5.        Matakuliah : Ekosistem dan keanekaragaman hayati (Bagian I)
-            Nilai penting biodiversitas bagi manusia
-            Faktor-faktor yang menyebabkan degradasi biodiversitas
Faktor Penyebab Menghilangnya Keanekaragaman Hayati 
1. Hilangnya Habitat
Daftar Merah IUCN (Internasional Union for Conservation of Nature) menunjukkan bahwa hilangnya habitat yang diakibatkan dari manajemen pertanian dan hutan yang tidak berkelanjutan yang menjadi penyebab terbesar dari hilangnya keanekaragaman hayati. Jumlah penduduk yang semakin bertambah menyebabkan semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Sedangkan lahan yang tersedia bagi hewan dan tumbuhan semakin sempit yang digunakan sebagai tempat tinggal penduduk, dibabak untuk lahan pertanian atau dijadikan lahan industri. 



2. Pencemaran Tanah, Udara, dan Air
Zat pencermar (polutan) merupakan produk buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia. Polutan mencemari air, udara, dan tanah. Polutan berbahaya bagi organisme. Nitrogen dan sulfur oksida yang dihasilkan dari kendaraan bermotor yang jika bereaksi dengan air maka membentuk hujan asam yang merupakan hujan yang merusak ekosistem. Berlebihan menggunaan chlorofluorocarbon (CFC) menyebabkan lapisan ozon yang terdapat di atmosfer berlubang. Dampak dari masalah tersebut adalah intensitas sinar ultraviolet yang masuk ke bumi semakin meningkat yang mengakitbakan berbagai masalah-masalah seperti berkurangnya biomassa fitoplankton di lautan yang menyebabkan terganggunya keseimbangan dari rantai makanan organisme. 
3. Perubahan Iklim
Sebagian penyebab dari perubahan Iklim adalah pencemaran udara oleh gas karbon dioksida (CO2) yang dapat menyebabkan efek rumah kaca. Menurut pendapat Raven (1995), efek rumah kaca yang meningkatkan suhu udara 1-3 C dengan jangka waktu sekitar 100 tahun. Kenaikan suhu tersebut menyebabkan es dikutub akan mencair dan menyebabkan kenaikan permukaan sekitar 1-2 m yang berakibat terjadinya perubahan struktur dan fungsi ekosistem lautan. 

4. Eksploitasi Tanaman dan Hewan 
Eksploitasi tumbuhan dan hewan secara berlebihan biasanya untuk komoditas yang nilai ekonomi tinggi, seperti kayu hutan untuk bahan bangunan dan ikan tuna sirip kuning yang berharga mahal dan banyak diminati, namun hal ini mengakibatkan efek negatif bagi kepunahan spesies, apalgi tidak diimbangi dengan usaha pengembangbiakkannya. 

5. Adanya Spesies Pendatang
Masuknya spesies dari luar ke suatu daerah seringkali mendesak spesies lokal yang sebenarnya merupakan spesies penting dan langka yang terdapat didaerah tersebut. Sebagian spesies asing tersebut dapat menajdi invasih dengan menguasai ekosistem. Contohnya ikan pelangi (Melanotaenia ayamaruensis) merupakan spesies endemik Danau Ayamaru, Papua Barat. Ikan pelangi terancam punah karena dimangsa oleh ikan mas (Cyprinus carpio) yang dibawa dari jepang dan menjadi spesies yang invasif di danau tersebut. 

6. Industrilisasi Pertanian dan Hutan
Umumnya para petani menanam tumbuhan atau memelihara hewan yang sifatnya unggul dan menguntunkan, sedangkan bagi tumbuhan dan hewan yang kurang unggul dan kurang menguntungkan akan disingkirkan. Selain dari itu, jika suatu lahan pertanian atau hutan industri umumnya hanya ditanami oleh satu jenis tanaman (monokultur), seperti karet, teh, dan kopi. Dampaknya akan menurunkan keanekaragaman hayati tingkat spesies. 

-            Langkah-langkah manajemen yang mesti ditempuh dalam pengendalian biodiversitas
Berikut ini upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan keanekaragaman hayati di Indonesia antara lain sebagai berikut:
1.        Perlindungan alam
Alam merupakan tempat manusia hidup sekaligus tempat untuk memperoleh bahan kebutuhannya. Dari alam, manusia mendapatkan makanan dan energi. Kebutuhan manusia yang diperoleh dari lingkungannya bukan hanya sesaat, melainkan selama spesies itu ada sehingga kebutuhan itu tetap ada, bahkan makin meningkat. Untuk dapat menyediakan kebutuhan hidup secara berkesinambungan itu, manusia harus selalu berusaha menjaga kelestarian keanekaragaman hayati. Perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia telah dilaksanakan semenjak pemerintahan Hindia Belanda, tepatnya tahun 1912, yang berpusat di Bogor. Setelah merdeka, perlindungan alam dilaksanakan oleh Departemen Kehutanan dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.
Perlindungan alam dapat dikelompokkan menjadi perlindungan alam umum dan perlindungan alam khusus.
a.    Perlindungan alam umum Perlindungan alam secara umum berarti melindungi semua komponen alam secara keseluruhan yang meliputi kesatuan flora, fauna, dan tanahnya. Perlindungan alam secara umum dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:
·           Perlindungan alam ketat adalah perlindungan alam yang tidak memperbolehkan campur tangan manusia dalam usaha perlindungannya. Biasanya daerah ini digunakan untuk kepentingan ilmiah atau penelitian, misalnya, Taman Nasional Ujung Kulon dan Pulau Panaitan
·           Perlindungan alam terbimbing adalah perlindungan alam di bawah bimbingan para ahli, misalnya di kebun raya dan taman nasional
·           Taman nasional. Biasanya meliputi daerah yang luas, tidak boleh ada bangunan tempat tinggal maupun industri, dan biasanya berfungsi sebagai tempat rekreasi. Beberapa contoh taman nasional yaitu Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (+ 15.000 ha), Taman Nasional Kerinci Seblat (+ 1,5 juta ha), dan Taman Nasional Meru Betiri (+ 50.000 ha). Ciri-ciri taman nasional, antara lain: (a) tersedianya kawasan yang cukup luas bagi pengembangan satu atau lebih ekosistem yang tidak banyak dijamah oleh manusia. Dalam kawasan ini berkembang jenis tanaman dan hewan yang memiliki nilai ilmiah; (b) karena kepentingannya yang khas bagi ilmu pengetahuan, pengelolaannya berada di tangan pemerintah; (c) karena memiliki unsur ilmu pengetahuan dan daya tarik ilmiah, kawasan ini dapat dikunjungi dan dikelola untuk kemanfaatan manusia, tanpa mengubah ciri-ciri ekosistem

b.    Perlindungan alam khusus Perlindungan alam khusus berarti melindungi unsur alam tertentu. Sebagai contoh perlindungan botani untuk melindungi tumbuhan tertentu; perlindungan zoologi untuk melindungi hewan tertentu; perlindungan geologi untuk melindungi formasi geologi tertentu; perlindungan antropologi untuk melindungi suku bangsa tertentu; dan perlindungan suaka margasatwa untuk melindungi hewan tertentu.

2.        Pengawetan hutan
Hutan adalah ciptaan Tuhan yang merupakan sumber keanekaragaman hayati yang sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya sehingga kita harus memelihara keaslian hutan tersebut. Akan tetapi, akhir-akhir ini manusia cenderung melakukan perusakan hutan. Hutan yang terpelihara dengan baik dapat memperkaya hidup manusia secara material dan spiritual sehingga manusia harus berusaha untuk memelihara semaksimal mungkin keanekaragam hayati tersebut. Adapun tujuan dari pengawetan hutan, antara lain, sebagai berikut.
-            Menjaga keanekaragaman hayati, baik flora maupun fauna, dengan mencegah tindakan manusia yang dapat merusak macam-macam flora dan fauna yang masih asli
-            Menjaga keseimbangan air di musim penghujan dan musim kemarau. Humus menggemburkan tanah. Tanah yang gembur mampu menahan air hujan. Selain itu, pada musim kemarau, sungai dan sumur tetap berair karena air-air tanah itu keluar sebagai mata air
-            Mencegah erosi. Permukaan tanah mudah tererosi. Tanah terlindung oleh humus dan terikat akar. Pada saat terjadi hujan humus akan menghambat terlemparnya butiran-butiran tanah permukaan dari tempatnya sehingga terhindarlah dari erosi
-            Mencegah banjir. Terjadinya erosi akibat hutan gundul menyebabkan berkurangnya humus serta pendangkalan sungai dan danau sehingga dapat terjadi banjir pada musim penghujan
-            Sumber perekonomian. Penyediaan kayu untuk berbagai industri terpentin dan rotan merupakan hasil hutan yang sangat besar pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia

Tindakan yang dapat dilakukan untuk pengawetan hutan diantaranya sebagai berikut:
-            Tidak melakukan penebangan pohon di hutan secara semena-mena, tetapi dilakukan dengan sistem tebang pilih
-            Mengusahakan agar penebangan pohon diimbangi dengan penanaman kembali
-            Mengadakan peremajaan hutan dan reboisasi, yaitu menanami kembali bekas hutan yang telah rusak
-            Mencegah kebakaran. Kerusakan hutan yang paling besar terjadi karena kebakaran. Jika terjadi kebakaran hutan, harus diusahakan pemadaman secepat mungkin

3.        Perlindungan margasatwa
Menjaga keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekosistem, harus diusahakan agar tidak ada satu atau lebih komponen ekosistem yang mengalami kepunahan. Oleh sebab itu, usaha pelestarian keanekaragaman hayati harus dilakukan secara terpadu, artinya dalam suatu pelestarian itu, seluruh komponen ekosistem harus dilestarikan secara keseluruhan. Sikap manusia sangat berpengaruh terhadap perlindungan satwasatwa langka yang mulai terancam kepunahan ini. Manusia harus sadar bahwa makhluk hidup apa pun jika telah punah, keberadaannya di alam tidak dimungkinkan lagi. Upaya untuk melestarikan hewan-hewan langka adalah sebagai berikut :
-            Membuat undang-undang perburuan dengan aturan-aturannya yang meliputi batas-batas daerah perburuan, masa berburu, jumlah hewan yang boleh diburu, jenis hewan, umur, jenis kelamin hewan, dan yang paling penting adalah hasil buruan tidak untuk diperjualbelikan
-            Membiakkan hewan-hewan langka yang hampir punah, misalnya dengan mengisolasi hewan-hewan tertentu, memelihara, dan membiakkannya kemudian dilepaskan kembali ke asalnya
-            Memindahkan hewan langka yang hampir punah ke tempat lain yang habitatnya lebih sesuai dan lebih aman
-            Mengambil telur hewan-hewan tertentu pada saat tertentu untuk kemudian menetaskannya, membiakkannya, dan mengembalikannya ke habitat semula














































6.        Matakuliah : Ekosistem dan keanekaragaman hayati (Bagian II)
a.       Pengayaan spesies dengan variasi fenotip
Fenotipe ialah penyebab terjadinya variasi dalam satu jenis, fenotipe merupakan factor lingkungan dan factor gen, sehingga dapat dituliskan rumus :
F=G+L
·           F= Fenotipe atau sifat yang tampak
·           G= Genotipe atau sifat yang tidak tampak dalam gen
·           L= Lingkungan
-            Pengayaan spesies dengan variasi genotip
-          Variasi genetik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan variasi dalam urutan DNA di setiap genom. Variasi genetik yang membuat kita semua unik atau berbeda, baik dalam hal warna rambut, warna kulit atau bahkan bentuk wajah kita.
-          Variasi Genetik yaitu variasi yang dihasilkan oleh factor keturunan (gen) yang bersifat kekal dan diwariskan secara turun temurun dari satu sel ke sel yang lain. Jika gen berubah, maka sifat-sifat pun akan berubah. Sifat-sifat yang ditentukan oleh gen disebut genotif. Ini dikenal sebagai pembawa.
-          Variasi non genetik atau variasi lingkungan yaitu yang ditentukan oleh factor lingkungan seperti intensitas cahaya, kelembaban, pH tanah, dll. Keadaan factor-faktor lingkungannya sama dengan pohon yang pertama, sekalipun demikian hasil panennya berbeda. Pengetahuan yang memadai tentang komposisi lingkungan akan menentukan genotif yang sesuai untuk kondisis tertentu.
b.         Ekosistem service, perubahan hutan gambut primer menjadi kebun kelapa sawit skala besar.
Dampak negatif yang terungkap dari aktivitas perkebunan kelapa sawit diantaranyai:
1.      Persoalan tata ruang, dimana monokultur, homogenitas dan overloads konversi. Hilangnya keaneka ragaman hayati ini akan memicu kerentanan kondisi alam berupa menurunnya kualitas lahan disertai  erosi, hama dan penyakit.
2.      Pembukaan lahan sering kali dilakukan dengan cara tebang habis dan land clearing dengan cara pembakaran demi efesiensi biaya dan waktu.
3.      Kerakusan unsur hara dan air tanaman monokultur seperti sawit, dimana dalam satu hari satu batang pohon sawit bisa menyerap 12 liter (hasil peneliti lingkungan dari Universitas Riau) T. Ariful Amri MSc Pekanbaru/ Riau Online).   Di samping itu pertumbuhan kelapa sawit mesti dirangsang oleh berbagai macam zat fertilizer sejenis pestisida dan bahan kimia lainnya.
4.      Munculnya hama migran baru yang sangat ganas karena jenis hama baru ini akan mencari habitat baru akibat kompetisi yang keras dengan fauna lainnya. Ini disebabkan  karena keterbatasan lahan dan jenis tanaman akibat monokulturasi.
5.      Pencemaran yang diakibatkan oleh asap hasil dari pembukaan lahan dengan cara pembakaran dan  pembuangan limbah, merupakan cara-cara perkebunan yang meracuni makhluk hidup dalam jangka waktu yang lama.  Hal ini semakin merajalela karena sangat terbatasnya lembaga (ornop) kemanusiaan yang melakukan kegiatan tanggap darurat kebakaran hutan dan penanganan Limbah.
6.      Terjadinya konflik horiziontal dan vertikal akibat masuknya perkebunan kelapa sawit. sebut saja konflik antar warga yang menolak dan menerima masuknya perkebunan sawit dan bentrokan yang terjadi antara masyarakat dengan aparat pemerintah akibat sistem perijinan perkebunan sawit.
7.      Selanjutnya, praktek konversi hutan alam untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit seringkali menjadi penyebab utama bencana alam seperti banjir dan tanah longsor






















7.        Matakuliah : Sosio Ekonomi Lingkungan
1.         A.   Perbedaan Ekonomi Lingkungan dan Ekonomi Sumberdaya
a.         Ekonomi lingkungan
ilmu yang mempelajari perilaku atau kegiatan manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) dan lingkungannya yang terbatas sehingga fungsi atau peranan SDA dan lingkungan tersebut dapat dipertahankan dan bahkan penggunaannya dapat ditingkatkan dalam jangka panjang atau berkelanjutan.
Dari sudut pandang ekonomi, masalah lingkungan timbul, karena biaya lingkungan tidak dimasukkan ke dalam biaya produksi, sehingga menyebabkan kerugian bagi orang lain atau pasar. Dalam hal ini, masalah lingkungan menyebabkan inefisiensi alokasi sumber daya alam dan lingkungan dalam proses produksi.
Dalam konteks tersebut, SDA dan lingkungan menjadi (1)penyedia bahan baku (2)penyedia fasilitas (3) wadah untuk limbah
Dampak pencemaran SDA dan lingkungan, yang menimbulkan biaya yaitu:
·            Menurunnya kuantitas SDA dan lingkungan sebagai penyedia bahan baku
·            Menurunnya kualitas SDA dan lingkungan sebagai fungsi dasar ekologis
·            Menimbulkan ketidaknyamanan pada manusia
·            Memberikan dampak yang buruk kepada kesehatan dan produktivitas
b.        Ekonomi Sumberdaya
-            Ekonomi sumber daya alam berkaitan dengan pasokan, permintaan, dan alokasi sumber daya alam bumi. Salah satu tujuan utama dari ekonomi sumber daya alam adalah untuk lebih memahami peran sumber daya alam dalam perekonomian dalam rangka mengembangkan metode yang lebih berkelanjutan dalam mengelola sumber daya tersebut guna memastikan ketersediaannya untuk generasi mendatang.
-            Ekonomi sumber daya alam adalah bidang transdisipliner penelitian akademis dalam ilmu ekonomi yang bertujuan untuk mengatasi hubungan dan saling ketergantungan antara ekonomi manusia dengan ekosistem. Fokusnya adalah bagaimana mengoperasikan ekonomi dalam batasan ekologi sumber daya alam. Ekonomi dan bidang kebijakan berfokus pada aspek manusia dari masalah lingkungan. Ekonomi sumber daya alam juga berkaitan dengan energi. Thermoeconomists berpendapat bahwa sistem ekonomi selalu melibatkan materi, energi, entropi, dan informasi. Thermoeconomics didasarkan pada proposisi bahwa peran energi dalam evolusi biologis harus didefinisikan dan dipahami melalui hukum kedua termodinamika tetapi dalam hal ekonomi seperti kriteria produktivitas, efisiensi, dan terutama biaya dan manfaat dari berbagai mekanisme untuk menangkap dan memanfaatkan energi yang tersedia untuk membangun biomassa dan melakukan kerja. Akibatnya, ekonomi sumber daya alam sering dibahas dalam bidang ekologi ekonomi, yang dengan sendirinya terkait dengan bidang keberlanjutan dan pembangunan berkelanjutan.
c.         Perbedaan ekonomi lingkungan dengan ekonomi sumberdaya
Pada ekonomi lingkungan mengkaji biaya-biaya yang timbul akibat pengeksploitasian SDA, sedangkan ekonomi sumberdaya alam semata-mata hanya mengkaji keuntungan yang didapatkan dari eksploitasi sumber daya alam guna untuk pembangunan berkelanjutan
B.   Ekonomi lingkungan tidak ramah pada ekonomi mikro
-            Ekonomi lingkungan
ilmu yang mempelajari perilaku atau kegiatan manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) dan lingkungannya yang terbatas sehingga fungsi atau peranan SDA dan lingkungan tersebut dapat dipertahankan dan bahkan penggunaannya dapat ditingkatkan dalam jangka panjang atau berkelanjutan.
Dari sudut pandang ekonomi, masalah lingkungan timbul, karena biaya lingkungan tidak dimasukkan ke dalam biaya produksi, sehingga menyebabkan kerugian bagi orang lain atau pasar. Dalam hal ini, masalah lingkungan menyebabkan inefisiensi alokasi sumber daya alam dan lingkungan dalam proses produksi.
Dalam konteks tersebut, SDA dan lingkungan menjadi (1)penyedia bahan baku (2)penyedia fasilitas (3) wadah untuk limbah


-            Ekonomi mikro
cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan harga-harga pasar dan kuantitas faktor input, barang, dan jasa yang diperjualbelikan. Ekonomi mikro meneliti bagaimana berbagai keputusan dan perilaku tersebut memengaruhi penawaran dan permintaan atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga; dan bagaimana harga, pada gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa selanjutnya.[1][2] Individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi secara optimal, bersama-sama individu lainnya di pasar, akan membentuk suatu keseimbangan dalam skala makro; dengan asumsi bahwa semua hal lain tetap sama (ceteris paribus).
Kebalikan dari ekonomi mikro ialah ekonomi makro, yang membahas aktivitas ekonomi secara keseluruhan, terutama mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran, berbagai kebijakan perekonomian yang berhubungan[1], serta dampak atas beragam tindakan pemerintah (misalnya perubahan tingkat pajak) terhadap hal-hal tersebut.[3]
-          Penjelasan
Ekonomi lingkungan tidak ramah terhadap ekonomi mikro.
Ekonomi mikro dalam jangka panjang pasti akan berdampak kepada kerusakan alam/lingkungan, oleh karena itu jelas tidak ramah terhadap ekonomi lingkungan. Konsep baru yang ditawarkan dari praktik ekonomi mikro harus mengacu kepada pembangunan berkelanjutan (swistainable development) yang merupakan hasil komprensi Rio de Jeneiro 1992. Semua negara berkembang harus melahirkan undang-undang lingkungan hidup yang tujuannya adalah ramah terhadap lingkungan.
2.         Eksternalitas dan penyebab munculnya
Eksternalitas adalah biaya yang harus ditanggung atau manfaat tidak langsung yang diberikan dari suatu pihak akibat aktivitas ekonomi.[1] Eksternalitas sering disinggung ketika muncul dampak negatif dari suatu aktivitas ekonomi.
Contoh eksternalitas yaitu pencemaran udara yang mengganggu kesehatan dan lingkungan dan semua itu harus ditanggung oleh masyarakat sendiri. Contoh eksternalitas yang positif yaitu individu yang alergi terhadap imunisasi diuntungkan oleh masyarakat yang telah diimunisasi karena penyebaran penyakit tidak sampai ke individu tersebut. Kredit karbon adalah salah satu mekanisme pembayaran atau mengambil keuntungan dari faktor eksternalitas.
Jika eksternalitas telah jelas terlihat, maka pelaku aktivitas ekonomi dapat diberikan pilihan atau diwajibkan untuk membayar dampak tersebut atau mengklaim keuntungan yang telah diberikannya melalui undang-undang yang berlaku. Atau pelaku aktivitas ekonomi dapat mengubah produk atau metode produksinya untuk meminimalisir dampak negatif eksternal.

Eksternalitas itu dapat terjadi dari empat interaksi ekonomi berikut ini :

1.    Efek atau dampak satu produsen terhadap produsen lain (effects of producers on other producers).
2.    Efek atau dampak samping kegiatan produsen terhadap konsumen (effects of producers on consumers)
3.        Efek atau dampak dari suatu konsumen terhadap konsumen lain (effects of consumers on consumers)
4.        Efek akan dampak dari suatu konsumen terhadap produsen (effects of consumers on producers)

3.         Hubungan antara ekonomi dan lingkungan
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan lingkungan secara umum dianggap ontroversial. Teori ekonomi tradisional memosisikan trade-off antara pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan. Sejak awal 1990-an, literatur empiris dan teoretis berkembang pesat pada Kurva Lingkungan Kuznets (EKC) yang hasilnya telah menyimpulkan bahwa hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan lingkungan bisa menjadi positif; dan karenanya pertumbuhan merupakan prasyarat untuk perbaikan lingkungan.
Dalam kegiatan ekonomi produksi dan konsumsi suatu barang dapat menimbulkan manfaat atau menghasilkan produk yang bernilai guna pada pemiliknya atau pada orang lain. Sebaliknya, kegiatan ekonomi juga dapat menghasilkan dampak yang merugikan atau menurunkan daya guna bagi orang lain. Keadaan suatu proses dapat menimbulkan manfaat maupun kerugian pada orang lain disebut eksternalitas (Grafton, et al., 2004).
Dalam konsep ekonomi pencemaran merupakan suatu eksternalitas yang terjadi jika satu atau lebih individu mengalami atau menderita kerugian berupa hilangnya kesejahteraan mereka (Monke & Pearson, 1989). Meskipun setiap kegiatan ekonomi dapat menimbulkan eksternalitas, ahli ekonomi tidak merekomendasikan untuk menghilangkan eksternalitas. Hal ini karena ekternalitas optimal tidak harus sama dengan nol. Pandangan bahwa bebas eksternalitas bukan merupakan keputusan yang optimal, dapat dijelaskan dengan dua hal, yaitu: pada dasarnya lingkungan itu cenderung memiliki kemampuan asimilatif sehingga pada tingkat pencemaran tertentu, lingkungan masih dapat mengatasi secara alamiah; dan kenyataan menunjukkan bahwa pada tingkat tertentu, kegiatan ekonomi masih mampu mengatasi persoalan pencemaran ini dengan menggunakan teknologi pembersih limbah (Turner & Pearce, 1991).























8.        Matakuliah : Filsafat ilmu dan isu-isu kontemporer
JURNAL PENELITIAN YANG SUDAH PENULIS BACA

No
Author, year
Title
Tools
Variables
Findings
Limitation
Conclusion and Discussion
Implication
Results
1
S.Elancheliyan 1, Dr J. Krishnakumar. 10 oktober 2013
Environmental noise from construction site  power systems and its mitigation.

Kebisingan lingkungan dari suara  genset  dan mitigasinya.
Noise intensity is measured in decibel units [1], [2]. The decibel
scale is logarithmic; each 10-decibel increase represents a tenfold increase in noise intensity
Power Generators, Noise Effects, Noise Mitigation
Engine exhaust Without an exhaust silencer, this ranges from 120 dB(A) to 130 dB(A) or more and is usually reduced
by a minimum of 15 dB(A) with a standard silencer.

Suara bising mesin tanpa peredam bunyi, berkisar dari 120(dB) sampai 130 (Db) atau lebih dan biasanya turun 15(dB) melalui pemasangan alat  standar peredam .
Generator noise.

Suara bisisng genset.
1. Perlu program perlindungan pendengaran dan kesadaran yang efektif.

2. Mitigasi thdp kebisingan genset adalah subjek penting.
 

Perlu diadakan peredam bunyi generator melalui alat perisai  generator.
-       
Penurunan kebisingan dapat dilakukan dengan memasang alat peredam suara pd mesin genset.
2















Linda Tondobala.
 Mei 2011
PEMAHAMAN TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA
DAN TINJAUAN TERHADAP KEBIJAKAN DAN PERATURAN TERKAIT
1.Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang.
2. Kawasan rawan  bencana  gempa bumi.  (indo, 240 gunung api.
70 gunung api aktif.)

Mitigasi Bencana dan Penyelenggaraan Penataan Ruang di sulawesi.

Sehubungan indonesia timur rawan gempa, perlu dilakukan penataan ruang sesuai UU no. 26 tahun 2007.
1. perlu   perencanaan pembangunan ekonomi wilayah dan kota.
2. Perlu pembangunan kependudukan, sosial dan budaya.
Rencana tata ruang, menghindari dampak bencana gempa bumi di sulawesi
1. Perlu diarsir peta resiko bencana di Sulawesi.
2. Perlu di rencanakan peta sumber daya
a. peta rencana pembangunan ekonomi dan kota
b. Peta renacana pembangunan penduduk sosial dan budaya

Untuk meminimalisir bencana alam, perlu diketahui ruang resiko bencana dan perlu direncanakan  dimana pembangunan ekonomi , perkotaan serta dimana rencana pembangunan kependudukan , sosial dan budaya.
Mitigasi bencana alam
3
Tri Joko Sri Haryono1, Toetik Koesbardiati, Sri Endah Kinasih.
2010
Model Strategi Mitigasi Berbasis Kepentingan Perempuan pada
Komunitas Survivor di Wilayah Rawan Banjir
Mitigation Strategic Model Based of Woman Needsr,in Survivor
Community At flood areas
komunitas survivor, mitigasi, manajemen bencana berbasis gender, penanganan bencana,
Mitigasi dan manajemen bencana berbasis gender,
Indonesia rawan bencana;
Bencana Geologi(gempa bumi, gunung api, longsor, tsunami)
Bencana Hidrometeorologi (banjir)
1) faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya bencana
banjir di Jawa Timur khususnya Kabupaten Lamongan dan Bojonegoro? 2) bagaimana pandangan
masyarakat (baik laki-laki maupun perempuan) terhadap bencana banjir? dan 3) bagaimana penyusunan
kebijakan mitigasi di Kabupaten Lamongan dan Bojonegoro, apakah sudah sesuai gender
Managemen Penanganan bencana  melibatkan laki dan perempuan.
Dalam penangan bencana agar jangan didominasi kaum pria, juga bisa melibatkan perempuan
Meminimalisir korban bencana dengan pemberdayaan  pria dan wanita
4
Jay R. Sklar.
2003
Interference Mitigation
Approaches for the Global
Positioning System
(Pendekatan pengaruh mitigasi dalam GPS)
The satellite-based Global Positioning System (GPS)

Satelit GPS
Interference Mitigation
Approache.for GPS

(pendekatan pengaruh mitigasi dengan GPS)
Evolusi GPS dalam meliter terus berkembang utk kegunaan sipil dan meliter seluruh dunia
GPS for mitigation
Satelit GPS menjadi suatu alat penting utk meliter dan sipil.

Performance Satelit GPS masa depan semangkin berkualitas tinggi, terhindar dari ganngguan gangguan, saat ini sedang diadakan perbaikan uji di laboratorium lincon
Penggunaan satelit GPS semangkin lancar
Teknologi Mempermudah manusia
5
Setya Winarno. Tahun 2011
House Seismic Vulnerability And Mitigation Strategies: Case Of Yogyakarta City

(kerentanan seismik terhadap rumah dan strategi mitigasi, kasus di jokjakarta)
Survey 402 rumah di Jogjakarta
kerentanan gempa rumah di Kota Yogyakarta sebagai salah satu bahaya gempa tinggi
84,8% rumah di Yogyakarta rentan terhadap gempa
Gempa jogjakarta
A. kerentanan gempa terhadap rumah jogjakarta  karena (1) kurangnya pengetahuan dengan pembangun, (2)
kurangnya kesadaran, dan (3) tidak adanya komitmen politik.
B. . Menonjol mitigasi

strategi adalah (1) komitmen politik yang lebih luas dari pemerintah dan legislatif papan, (2)

kesadaran berhubungan dengan gempa oleh semua pemangku kepentingan untuk proses pembangunan,

dan (3) pengetahuan yang diperlukan.  pembangun untuk memberikan

konstruksi akhir-produk tahan gempa 

Membangun rumah   kedepan harus menggunakan bahan resisten terhadap gempa.
peningkatan kinerja seismik rumah di kota-kota besar di Indonesia adalah
sangat diperlukan.
6
 Irianto Uno.
Tahun 2012
POTENSI BAHAN GALIAN DAN MITIGASI BENCANA ALAM
DI WILAYAH SULAWESI TENGAH
 Proses geologi, bahan galian, potensi bencana













optimalisasi terhadap pemanfaatan bahan galian dan secara bijak mengelola lingkungan
 proses geologi tersebut juga terkait dengan potensi bencana.
Bahan galian di sulawesi
Sulawesi meiliki potensi sumber daya galian A,B dan C.
Perlu dilakukan strategi penanggulanagan bencana merujuk pada
1. landasan global; ISDR
2.Asian agreement on disarter managemennt and emergency response
3.Rencana aksi Beijing
4. Strategi Yokohama
5. kerangka aksi hyogo
6.Landasan Nasional
Perlu disusun perencanaan penangulanagan bencana dan mitigasi
pada dasarnya proses yang terjadi di bumi ini disatu sisi memunculkan potensi sumber daya dan di sisi lainnya dapat menghadirkan potensi bencana.

Pengikut