RINGKASAN MATERI KULIAH S3
ILMU LINGKUNGAN
1.
Matakuliah : Etika
Lingkungan Hidup (bagian I)
a.
Pengertian
1. Antroposentrisme adalah teori
etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari system alam semesta.
... Jadi, dalam model antroposentrisme yang memiliki nilai tertinggi
adalah manusia dan kepentingannya.
2. Biosentrisme
adalah suatu keyakinan bahwa
kehidupan manusia memiliki hubungan yang sangat erat dengan kehidupan seluruh
kosmos. Dalam Biosentrisme manusia dianggap sebagai salah satu makhluk hidup
dari alam semesta yang mempunyai rasa saling ketergantungan dengan makhluk
hidup lainnya di alam semesta. Biosentrisme merupakan teori yang memiliki suatu
pandangan yang menempatkan alam sebagai yang memiliki nilai tertinggi yang
lepas dari kepentingan manusia. Jadi biosentrisme bertolak belakang dengan
teori antroposentrisme yang menyatakan bahwa hanya manusia dan kepentingannya
lah yang mempunyai nilai tertinggi. Teori biosentrisme juga dapat di katakan
teori yang memiliki pandangan bahwa makhluk hidup bukan hanya manusia saja.
3. Ekosentrisme adalah merupakan lanjutan dari
biosentrisme yang merupakan teori bahwa makhluk hidup mempunyai nilai dan
berharga pada dirinya sendiri. Sebagai lanjutan, ekosentrisme sering disamakan
dengan biosentrisme baik dari sudut pandang maupun dari pengertiannya sendiri,
karena adanya banyak kesamaan di antara Biosentrisme Dan Ekosentrisme. Kedua
teori Biosentrisme Dan Ekosentrisme sangat bertolak belakang dengan cara
pandang teori antroposentrisme yang merupkan teori etika lingkungan yang
memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta.
4. Ekofeminisme adalah merupakan sebuah bentuk telaah
lingkungan yang ingin menggugat dan medobrak cara pandang dominan yang berlaku
pada masyarakat modern dan sekaligu menawarkan sebuah cara pandang dan prilaku
baru untuk mengatasi krisis lingkungan sekarang ini. Ekofeminisme menawarkan
sebuah telaah krisis atas akar dari semua krisis lingkungan dewasa ini.
Ekofeminisme juga menawarkan visi-visi alternatif masa depan yang lebih ramah
lingkungan.
5. hak azazi alam adalah klaim atas yang dimiliki dan di
kuasai sejak awal mula, yaitu sejak adanya entitas. Jadi hak asasi manusia
adalah hak manusia yang dimiliki sejak lahir. Demikian pula pola makluk hidup
lainnya, sejauh mana menerima bahwa mereka memiliki hak asasi, itu berarti hak
tersebut dimiliki sejak mereka lahir, tumbuh dan ada di dalam alam semesta ini.
Ini berarti hak tersebut tidak diberikan sehingga tidak boleh dirampas atau di
tiadakan oleh siapapun, termasuk oleh pemerintah (negara). Tidak ada pihak lain, termasuk negara, yang boleh merampas
hak asasi itu.
b. Perbedaan
masing-masing teori etika lingkungan
-
Antroposentrisme menyatakan manusia
sebagai pusat dari sistem alam semesta.
-
Biosentrisme menyatakan manusia adalah bagian dari alam
semesta sehingga manusia memiliki hubungan timbal balik dengan seluruh kosmos
(saling ketergantungan). Jadi biosentrisme menolak teori antroposentrisme yang
menyatakan manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta.
-
Ekosentrisme menyatakan setiap makhluk
hidup memiliki nilai dan berharga pada dirinya sendiri. Menolak teori
antroposentrisme dan merupakan kelanjutan dari teori biosentrisme.
-
Ekofeminisme sebuah telaah krisis atas akar dari semua krisis
lingkungan dewasa ini juga menawarkan visi-visi alternatif masa depan yang
lebih ramah lingkungan.
-
Hak azazi alam
menekankan kepada hak yang dimiliki sejak lahir/sejak adanya entitas setiap
makhluk hidup.
c. Faktor
penyebab kerusakan lingkungan di negera ini adalah :
-
Kerusakan
lingkungan akibat peristiwa alam
Kerusakan lingkungan bisa terjadi
karena faktor alam. Perubahan kondisi udara, air, tanah dan berbagai faktor
abiotik lainnya bisa saja menyebabkan kerusakan lingkungan. Berikut ini
beberapa peristiwa alam yang bisa mengakibatkan kerusakan lingkungan, antara
lain:
·
Peristiwa
gunung berapi, yaitu aktivitas vulkanisme yang mengakibatkan letusan dan
membuat berbagai komponen dalam gunung seperti asap, abu, lahar, lava, debu dan
lainnya keluar hingga mengganggu lingkungan hidup di sekitarnya.
·
Peristiwa
gempa bumi, yaitu aktivitas pergerakan lempengan bumi yang menyebabkan getaran
dengan kapasitas tertentu dan bisa menyebabkan tanah longsor, bangunan roboh,
tsunami dan berbagai kerusakan lainnya.
·
Peristiwa
badai dan angin topan.
-
Kerusakan
lingkungan akibat ulah manusia
Selain disebabkan oleh faktor-faktor
gejala alam, perilaku dan ulah manusia juga menjadi faktor penyebab kerusakan
lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap lingkungan hidup sekitar kita.
Beberapa perilaku seperti penebangan
hutan secara liar, pemanfaatan lahan yang tidak tepat, aktivitas industry
perusahaan yang membuang limbah sembarangan, asap knalpot kendaraan bermotor
yang menyebabkan polusi dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut secara langsung
dan tidak langsung berdampak pada rusaknya lingkungan hidup di sekitar kita dan
mengganggu kehidupan di masa depan.
d. Solusi
kerusakan lingkungan di negara ini adalah :
-
Upaya pelestarian lingkungan hidup
Agar kehidupan yang seimbang dan
berjalan dengan baik bisa dirasakan hingga kemudian hari, maka kita perlu
mengupayakan pelestarian lingkungan hidup dengan maksimal. Caranya yaitu
dengan:
·
Menghindari
berbagai perilaku yang dapat mencemari lingkungan.
·
Membuang
sampah pada tempatnya atau mendaur ulang bahan-bahan sampah yang dapat
dijadikan berbagai jenis barang berguna.
·
Mengurangi
pemakaian kendaraan bermotor untuk mencegah polusi dan pencemaran udara.
·
Melakukan
penghijauan di berbagai tempat dan pusat kota.
·
Menanamkan
sikap peduli dan prihatin terhadap kondisi lingkungan hidup sekitar pada
keluarga supaya lebih menghargai dan mencintai lingkungannya.
-
Upaya
penegakan hukum lingkungan hidup.
Khususnya kerusakan alam oleh ulang
tangan manusia harus diberikan sanksi hukuman.
-
Pemerintah
pusat atau pemerintah daerah harus mengeluarkan RTRW (Ruang Tata Ruang Wilayah)
yang wajib dipatuhi oleh semua pihak.
2.
Matakuliah : Etika
Lingkungan Hidup (bagian II)
Penerapan etika
lingkungan dalam mengatasi permasalahan lingkungan hidup yang terus terjadi
seperti banjir, kebakaran hutan, sampah dan limbah.
a.
Kerusakan Hutan
Upaya untuk memulihkan hutan yang
rusak adalah sebagai berikut:
(1)
dalam jangka pendek adalah penegakan
hukum. Hal ini sangat penting untuk mencegah
praktek-praktek ilegal logging dan perambahan hutan yang semakin luas.
(2)
Hendaknya kegiatan pembangunan
memperhatikan aspek lingkungan. Hal ini seringkali dilanggar oleh pelaksana
pembangunan.
(3)
Upaya penanaman kembali hutan yang
telah rusak. Penghijauan telah dilakukan namun belum efektif memulihkan kondisi
hutan.
(4)
Dalam jangka menengah dapat dilakukan
sosialisasi dan pendidikan lingkungan pada orang dewasa terutama yang tinggal
di sekitar hutan lindung dan konservasi.
(5)
Dalam jangka panjang pendidikan
lingkungan menjadi salah satu pelajaran muatan lokal baik di SD, SMP, SLTA
maupun di perguruan tinggi.
b.
Penurunan
keanekaragaman hayati
Upaya untuk mencegah punahnya flora
dan fauna langka tersebut antara lain adalah:
(1) konservasi in-situ: upaya pelestarian flora
dan fauna langka beserta ekosistemnya di kawasan konservasi. Contoh, Luas hutan
konservasi di Bengkulu adalah 426.203,23 ha.
(2) konservasi ex-situ: UNIB telah mencoba
membiakan Raflesia alnordi dengan menggunakan kultur jaringan, tapi belum
berhasil.
(3)
program penangkaran satwa langka.
(4)
Penyuluhan tentang penangkaran satwa secara intensif.
(5) Memberikan pendidikan kepada masyarakat
tentang keanekaragaman hayati dan manfaatnya bagi masyarakat.
(6)
Peningkatan kemampuan sumber daya manusia.
(7) Memasukkan keanekaragaman hayati ke dalam
kurikulum SD, SMP, SMU serta perguruan tinggi.
(8) Memperluas habitat satwa liar.
c.
Kualitas air
Pengolahan air di
PDAM saat ini memerlukan cukup banyak tawas yang berfungsi sebagai pengikat
partikel lumpur. Nilai zat padat tersuspensi dan nilai kekeruhan yang tinggi
ini disebabkan oleh aktivitas lain di hulu sungai. Air yang digunakan oleh PDAM
juga terindikasi tercemar batubara. Air sumur di daerah peternakan ayam
mengandung banyak Ecoli yang sangat tinggi. Praktek pemotongan liar juga
masih marak dilakukan oleh masyarakat, sehingga dapat menurunkan kualitas air.
Kerusakan hutan juga dapat menurunkan mutu air sebagai akibat peningkatan zat
padat terlarut dan zat padat tersuspensi serta kekeruhan. Kerusakan hutan juga
disinyalir sebagai salah satu sebab turunnya volume air di danau Dendam.
d.
Pengaruh industri
·
Meskipun
industri masih belum banyak tetapi perencanaan pembangunan industri selanjutnya
harus memperhatikan aspek lingkungan. Selama ini, pembangunan industri kurang
memperhatikan aspek lingkungan.
·
Aktivitas
industri yang paling besar adalah penambangan batubara dan indutri pertanian
(perkebunan). Penambangan batubara mempengaruhi mutu air di DAS Bengkulu-Lemau,
DAS Seluma Atas dan DAS Dikit Seblat. Pengaruh industri batubara antara lain
meningkatkan zat padat tersuspensi, zat padat terlarut, kekeruhan, zat besi,
sulfat dan ion hidrogen dalam air yang dapat menurunkan pH. Masalah ini dapat
dikurangi dengan cara pengolahan limbah yang standard dan minimisasi kebakaran.
·
Perkebunan
terutama karet dan kelapa sawit. Akibat aktivitas ini terjadi peningkatan
senyawa organik pada air, adanya sisa-sisa pestisida di DAS, peningkatan zat
pada tersuspensi dan terlarut, peningkatan kadar amonia, peningkatan kadar
minyak dan lemak, mempengaruhi pH dll. DAS yang terkena aktivitas ini adalah
DAS Dikit Seblat, DAS Bengkulu-Lemau, badan sungai Pisang (Ipuh), sungai Betung
(Muko-muko), sungai Simpang Tiga (Tais), sungai Bengkulu, dan sungai Sinaba
(Ketahun).
e.
Persampahan
Solusi permasalahan sampah antara
lain sebagai berikut:
(1) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sampah pemukiman. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah
umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, keadaan lingkungan permukimana.
(2)
Program pengelolaan sampah permukiman.
(3)
Dimasukkan ke dalam kurikulum SD, SPM,
SMA.
Upaya yang telah dilakukan :
-
lomba
semacam bangunpraja tingkat desa.
-
Pilot
project pengolahan sampah. Sayang tidak berlanjut.
-
Program
adipura.
-
Lokakarya
tentang pengelolaan sampah kepada kepala desa dan camat.
-
Adanya
Perda yang mengatur persampahan, tapi belum dijalankan secara efektif.
f.
Pelestarian
lingkungan
Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan agar masyarakat berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan antara
lain:
(1)
tingkat pendidikan.
(2)
Peningkatan penghasilan.
(3)
Pengetahuan tentang kearifan lokal.
(4) Penerapan sistem pertanian konservasi
(terasering, rorak – tanah yang digali dengan ukuran tertentu yang berfungsi
menahan laju aliran permukaan–, tanaman penutup tanah, pergiliran tanaman, agroforestry,
olah tanam konservasi – pengolahan yang tidak menimbulkan erosi.
g.
Pemanasan global
Pemanasan global
adalah peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi. Sejak akhir abad 18 suhu
rata-rata global bumi telah meningkat sekitar 0,4 – 0,8°C. Para ilmuwan
memperhitungkan bahwa suhu rata-rata bumi akan meningkat menjadi 1,4 – 5,8°C
pada tahun 2100. Nilai peningkatannya menjadi lebih besar dibandingkan dengan
nilai-nilai peningkatan yang pernah terjadi sebelumnya.
3.
Matakuliah : Ekologi,
Ekosistem lahan basah (Wetland) Bagian I
a.
Ekosistem lahan basah secara komprehensif adalah wilayah daratan yang digenangi air atau memiliki kandungan air yang
tinggi, baik permanen maupun musiman. Ekosistemnya mencakup rawa, danau,
sungai, hutan mangrove, hutan gambut, hutan banjir, limpasan banjir, pesisir,
sawah, hingga terumbu karang. Lahan ini bisa ada di perairan tawar,
payau maupun asin, proses pembentukannya bisa alami maupun buatan.
Lahan basah memiliki peran penting
dalam kehidupan umat manusia. Ekosistemnya menyediakan air bersih,
keanekaragaman hayati, pangan, berbagai material, mengendalikan banjir,
menyimpan cadangan air tanah, dan mitigasi perubahan iklim.
b.
Fungsi
ekosistem lahan basah :
-
Fungsi
daerah resapan air
·
Memperbaiki kualitas air, dengan cara menahan unsur hara, sampah-sampah
organik dan kiriman endapan yang terjadi akibat run off.
·
Mengurangi pengaruh buruk banjir, yang langsung ke muara dengan
menahan air tersebut dan melepaskannya pada musim kering.
·
Melindungi daerah-daerah pinggiran atau pesisir dari
kemungkinan erosi.
·
Memulihkan kembali persediaan air tanah yang berpotensi kekurangan
air pada musim kering
·
Penyedia makanan dan produk lain, misalnya ikan untuk
manusia baik untuk konsumen sendiri atau diperdagangkan.
·
Cagar alam, termasuk untuk jenis jarang dan terancam punah, tempat
mencari makan, berkembang biak, dan tempat istirahat.
·
Menambah peluang untuk rekreasi, melihat burung, berburu
burung laut, potografi dan pendidikan luar.
-
Fungsi
keanakaragaman hayati
Keanekaragaman hayati atau
biodiversitas bukanlah sekedar angka yang menunjukkan kekayaan jenis tumbuhan,
hewan dan mikroorganisme, tetapi lebih luas mencakup variasi, variabilitas dan
keunikan genetik (gene), jenis (spesies) dan ekosistemnya. Beragamnya agroekologi
lahan rawa menyebabkan beragamnya keanekaragaman hayati termasuk flora dan
memungkinkan tumbuhnya berbagai jenis tanaman, baik tanaman pangan, tanaman
buah-buahan maupun tanaman obat-obatan. Hutan yang digenangi air bersifat
musiman ataupun permanen ini memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya.
Jenis flora yang sering terlihat memenuhi hutan perairan ini seperti ramin
(Gonystylus sp), terentang (Camnosperma sp.), durian burung (Durio carinatus),
kayu putih (Melaleuca sp), sagu (Metroxylon sp), pandan, palem-paleman, rotan
dan berbagai jenis lainnya. Sedangkan faunanya yang tidak jauh berbeda dengan
yang ada pada hutan di darat, seperti harimau (Panthera tigris), rusa (Cervus
unicolor), buaya (Crocodylus porosus), Orang utan (Pongo pygmaeus), babi hutan
(Sus scrofa), badak, musang air, gajah dan berbagai jenis ikan.
-
Fungsi
rosot karbon
Gambut
memendam karbon dalam berbagai bentuk senyawa organik, Seperti
selulose,
hemiselulose, gula, protein, lignin, asam-asam organik, dan senyawa humik. Gambut
dalam ekosistem berfungsi sebagai rosot (sink) karbon. Daya memendam C. berkaitan
dengan laju pertumbuhan gambut. Makin cepat pertumbuhannya, makin besar daya
gambut memendam C.
-
Fungsi
pengelolaan limbah pencemar
1. Menghilangkan
logam berat yang mencemari tanah dan air tanah, seperti yang dilakukan di New
Zealand, lokasi : Opotiki, Bay of Plenty. Membersihkan tanah yang tercemar
cadmium (Cd oleh penggunaan pesticida) dengan menanam pohon poplar.
2. Membersihkan
tanah dan air tanah yang mengandung bahan peledak (TNT, RDX dan amunisi
militer) di Tennese, USA, dengan menggunakan metode wetland yaitu kolam yang
diberi media koral yang ditanami tumbuhan air dan kemudian dialirkan air yang
tercemar bahan peledak tersebut.. Tumbuhan yang digunakan seperti: Sagopond
(Potomogeton pectinatus), Water stargas (Hetrathera), Elodea (Elodea
Canadensis) dan lain-lain.
3. Pengolahan
limbah domestik dengan konsep fitoremediasi dengan metoda Wetland, seperti yang
diterapkan di beberapa tempat di Bali dengan sebutan wastewater garden (WWG)
atau terkenal dengan Taman Bali seperti yang terlihat di Kantor Camat Kuta,
Sunrise School, dan Kantor Gubernur Bali. Wetland ini berupa kolam dari
pasangan batu kemudian diisi media koral setinggi 80 cm yang ditanami tumbuhan
air (Hydrophyte) selanjutnya dialirkan air limbah (grey water dan effluent dari
septictank). Air harus dijaga berada pada ketinggian 7 cm atau 10 cm dibawah
permukaan koral agar terhindar dari bau dan lalat/serangga lainnya.
-
Fungsi
penyanggah perubahan iklim
Pemeliharaan
lahan basah sangat strategis dalam mengadaptasi terjadinya perubahan iklim
akibat global warming yang disebabkan oleh kerusakan lahan basah. Pemerintah
harus mempertahankan keberadaan lahan basah. Jika dibiarkan terbakar atau rusak
maka akan melahirkan karbon beracun yang memicu global warming.
c. Fungsi sosial ekonomi dari ekosistem
lahan basah.
-
Pemeliharaan
ikan pada lahan basah dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.
Mempertahankan
lahan basah dan dimanfaatkan tempat pemeliharaan ikan memiliki nilai ekonomi
kepada masyarakat sekitarnya.
-
Penanaman
pohon sagu yang silih berganti dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.
4.
Matakuliah :
Ekologi, Ekosistem lahan basah (Wetland) Bagian II
a.
Ekologi lahan basah
-
Definisi
lahan basah
wilayah
daratan yang digenangi air atau memiliki kandungan air yang tinggi, baik
permanen maupun musiman. Ekosistemnya mencakup rawa, danau, sungai, hutan
mangrove, hutan gambut, hutan banjir, limpasan banjir, pesisir, sawah, hingga
terumbu karang.
Menurut Poniman dkk (2006), wilayah
lahan basah memiliki beberapa karakteristik yang
unik yaitu:
1. Merupakan
dataran rendah yang membentang sepanjang pesisir,
2. Merupakan
wilayah yang mempunyai elevasi rendah,
3. Beberapa
tempat dipengaruhi oleh pasang surut untuk di wilayah dekat dengan pantai,
4. Dipengaruhi
oleh musim yang terletak jauh dari pantai,
5. Sebagian
besar wilayah ini tertutupi dengan gambut.
-
Definisi
Ekologi
ilmu
yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang
lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos
("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik
interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan
lingkungannya.
-
Fungsi ekologi
lahan basah
Fungsi Ekologi Lahan Basah Cenderung Mengarah Pada Jasa
a. Lahan basah sebagai HABITAT
Merupakan habitat berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang
bernilai ekonomis (i.e padi; ikan arwana; dll) Data menunjukkan, dari 179
spesies yang dilindungi, menurut Wetland Data Base PHPA/Wetland International,
sebagian besar berhabitat di lahan basah. Daerah seperti mangrove merupakan
tempat mencari makan burung migran yang singgah dan masuk dalam konvensi
pelestarian spesies migran (Bonn convention)
b. Lahan Basah sebagai
PENGATUR FUNGSI HIDROLOGI
Tempat penampungan air (sumber air dan hujan). Pemasok air ke
aquifer (kantung air), air tanah, dan lahan basah lain didataran lebih rendah –
yang untuk selanjutnya sebagai penyedia air bagi kawasan sekitar dan menjaga
tinggi kolom air tanah untuk dimanfaatkan sebagai sumur dangkal. Menjaga iklim
mikro ekosistem sekitar lahan basah, dengan cara mempertahankan penguapan lokal
untuk menjaga kelembaban dan turunnya hujan.
Mempertahankan keberadaan lapisan air tanah guna mencegah intrusi
air laut ke daratan fungsi Lahan Basah di pesisir.
Kasus di Jakarta –
intrusi air laut karena alih fungsi lahan basah berimbas intrusi air laut
hingga radius 15 km dari pantai.
Vegetasi lahan basah memberikan pengaruh dalam proses penguapan
air dan mengurangi kecepatan aliran air permukaan sehingga melemahkan kekuatan
air yang merusak.
c. Lahan Basah untuk MENJAGA KUALITAS AIR.
Proses pengurangan
kecepatan aliran air oleh vegetasi akan berpengaruh pada percepatan pengendapan
sedimen dan penjernihan air. Vegetasi mampu menyerap unsur hara dan bahan
pencemar yang berlebihan sehingga dapat menjaga kualitas air.
Di
India, AS dan Kanada telah dibangun rawa buatan untuk mengolah limbah dari
perkotaan dan industri agar supaya difungsikan sebagai penyerap pencemaran
d. Lahan Basah sebagai PENCEGAH BENCANA ALAM
Danau atau situ, dam, rawa
dan dataran banjir mempunyai kemampuan menyimpan kelebihan air yang dicurahkan
saat musim hujan menjadi fungsi ganda untuk pencegahan banjir dan persediaan
kemarau.
Mangrove, padang lamun dan
terumbu karang mempunyai fungsi ekologis sebagai pelindung pantai dengan
kemampuannya memecah kekuatan ombak dan arus, serta membantu mengikat sedimen
dan menstabilkan substrat sehingga tidak mudah mengalami erosi.
e. Lahan Basah untuk MENJAGA SISTEM DAN PROSES-PROSES ALAMI
Vegetasi di hutan gambut
dan hutan rawa membantu proses penyerapan CO2 di udara melalui
proses fotosintesis sehingga mencegah pemanasan global tetapi lahan gambut
mempunyai resiko, dimana endapan karbon yang dikandungnya jika dilepaskan
sekaligus atau dibakar akan mempercepat proses pemanasan global.
o
Terumbu karang dapat
membentuk pulau karang dan pantai berpasir putih.
o
Mangrove
dapat mempercepat proses sedimentasi yang pada akhirnya akan membentuk lahan
baru di pesisir.
b. Pra
proposal disertasi (framework)
Bagian awal
-
Sampul proposal
|
-
|
-
Bagian utama
Bab I Pendahuluan
Bab II Tinjauan Kepustakaan
Bab III Metodologi
c. Perdagangan
karbon
Dalam konteks
perdagangan tentu ada penjual, pembeli dan barang dagangan itu sendiri, yang
diperankan secara berturut turut adalah negara-negara pemilik hutan (penyerap
karbon, carbon sink), negara-negara industri (penghasil karbon, emitor), dan
karbon (dalam senyawa CO2). Jual-beli karbon ini akan dilakukan melalui suatu
bentuk skim yang disepakati bersama secara standar internasional dan sebagai
konsekwensinya negara penjual wajib mempertahankan dan menjaga kondisi
hutannya.
Mengapa karbon
diperdagangkan?
Pada awalnya
timbul rasa ketidakpuasan dan ketidakadilan oleh negara-negara yang masih
memiliki hutan dan umumnya miskin dan berkembang yang merasa selalu ditekan
untuk tetap menjaga hutannya demi kepentingan internasional tanpa memperoleh
kompensasi apapun. Di satu sisi negara-negara ini dipaksa untuk mempertahankan
kondisi hutannya agar tetap berfungsi menyerap karbon di udara
sekaligus menjaga karbon yang ada di dalam tanah agar tidak lepas ke udara, tapi di sisi lain negara-negara industri kaya terus saja melepas CO2 melalui kegiatan industri mereka. Konon sekitar 85% emisi karbon yang ada di atmosfir berasal dari negara-negara ini. Sudah sepantasnya mereka inilah pihak yang paling bertanggung jawab dalam menciptakan pemanasan global. Nah, agar kita tidak hanya bertugas menjaga hutan saja maka disusunlah mekanisme perdagangan karbon yang dimaksudkan sebagai kompensasi tugas jaga tersebut.
sekaligus menjaga karbon yang ada di dalam tanah agar tidak lepas ke udara, tapi di sisi lain negara-negara industri kaya terus saja melepas CO2 melalui kegiatan industri mereka. Konon sekitar 85% emisi karbon yang ada di atmosfir berasal dari negara-negara ini. Sudah sepantasnya mereka inilah pihak yang paling bertanggung jawab dalam menciptakan pemanasan global. Nah, agar kita tidak hanya bertugas menjaga hutan saja maka disusunlah mekanisme perdagangan karbon yang dimaksudkan sebagai kompensasi tugas jaga tersebut.
Hubungannya
dengan ekologi lahan basah.
Lahan basah harus dipertahankan oleh
setiap negara dan membiarkan berkembangnya ekosistem terutama lahan gambut
harus terjaga, hutan mangrov dan hutan lahan basah lainnya berguna untuk
menyerap karbon, disamping fungsi lahan basah lainnya sebagai pencegah banjir
dan persediaan air tawar.
5.
Matakuliah :
Ekosistem dan keanekaragaman hayati (Bagian I)
-
Nilai penting
biodiversitas bagi manusia
-
Faktor-faktor yang menyebabkan
degradasi biodiversitas
Faktor Penyebab Menghilangnya
Keanekaragaman Hayati
1.
Hilangnya Habitat
Daftar
Merah IUCN (Internasional Union for Conservation of Nature) menunjukkan bahwa
hilangnya habitat yang diakibatkan dari manajemen pertanian dan hutan yang
tidak berkelanjutan yang menjadi penyebab terbesar dari hilangnya
keanekaragaman hayati. Jumlah penduduk yang semakin bertambah menyebabkan
semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Sedangkan lahan yang tersedia
bagi hewan dan tumbuhan semakin sempit yang digunakan sebagai tempat tinggal
penduduk, dibabak untuk lahan pertanian atau dijadikan lahan industri.
2.
Pencemaran Tanah, Udara, dan Air
Zat
pencermar (polutan) merupakan produk buangan yang dihasilkan dari aktivitas
manusia. Polutan mencemari air, udara, dan tanah. Polutan berbahaya bagi
organisme. Nitrogen dan sulfur oksida yang dihasilkan dari kendaraan bermotor
yang jika bereaksi dengan air maka membentuk hujan asam yang merupakan hujan
yang merusak ekosistem. Berlebihan menggunaan chlorofluorocarbon (CFC)
menyebabkan lapisan ozon yang terdapat di atmosfer berlubang. Dampak dari
masalah tersebut adalah intensitas sinar ultraviolet yang masuk ke bumi semakin
meningkat yang mengakitbakan berbagai masalah-masalah seperti berkurangnya
biomassa fitoplankton di lautan yang menyebabkan terganggunya keseimbangan dari
rantai makanan organisme.
3.
Perubahan Iklim
Sebagian
penyebab dari perubahan Iklim adalah pencemaran udara oleh gas karbon dioksida
(CO2) yang dapat menyebabkan efek rumah kaca. Menurut pendapat Raven (1995),
efek rumah kaca yang meningkatkan suhu udara 1-3 C dengan jangka waktu sekitar
100 tahun. Kenaikan suhu tersebut menyebabkan es dikutub akan mencair dan
menyebabkan kenaikan permukaan sekitar 1-2 m yang berakibat terjadinya
perubahan struktur dan fungsi ekosistem lautan.
4.
Eksploitasi Tanaman dan Hewan
Eksploitasi
tumbuhan dan hewan secara berlebihan biasanya untuk komoditas yang nilai
ekonomi tinggi, seperti kayu hutan untuk bahan bangunan dan ikan tuna sirip
kuning yang berharga mahal dan banyak diminati, namun hal ini mengakibatkan
efek negatif bagi kepunahan spesies, apalgi tidak diimbangi dengan usaha
pengembangbiakkannya.
5.
Adanya Spesies Pendatang
Masuknya
spesies dari luar ke suatu daerah seringkali mendesak spesies lokal yang
sebenarnya merupakan spesies penting dan langka yang terdapat didaerah
tersebut. Sebagian spesies asing tersebut dapat menajdi invasih dengan
menguasai ekosistem. Contohnya ikan pelangi (Melanotaenia ayamaruensis) merupakan
spesies endemik Danau Ayamaru, Papua Barat. Ikan pelangi terancam punah karena
dimangsa oleh ikan mas (Cyprinus carpio) yang dibawa dari jepang dan
menjadi spesies yang invasif di danau tersebut.
6.
Industrilisasi Pertanian dan Hutan
Umumnya
para petani menanam tumbuhan atau memelihara hewan yang sifatnya unggul dan
menguntunkan, sedangkan bagi tumbuhan dan hewan yang kurang unggul dan kurang
menguntungkan akan disingkirkan. Selain dari itu, jika suatu lahan pertanian
atau hutan industri umumnya hanya ditanami oleh satu jenis tanaman
(monokultur), seperti karet, teh, dan kopi. Dampaknya akan menurunkan
keanekaragaman hayati tingkat spesies.
-
Langkah-langkah
manajemen yang mesti ditempuh dalam pengendalian biodiversitas
Berikut ini upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
melestarikan keanekaragaman hayati di Indonesia antara lain sebagai berikut:
1.
Perlindungan alam
Alam
merupakan tempat manusia hidup sekaligus tempat untuk memperoleh bahan
kebutuhannya. Dari alam, manusia mendapatkan makanan dan energi. Kebutuhan
manusia yang diperoleh dari lingkungannya bukan hanya sesaat, melainkan selama
spesies itu ada sehingga kebutuhan itu tetap ada, bahkan makin meningkat. Untuk
dapat menyediakan kebutuhan hidup secara berkesinambungan itu, manusia harus
selalu berusaha menjaga kelestarian keanekaragaman hayati. Perlindungan dan
pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia telah dilaksanakan semenjak
pemerintahan Hindia Belanda, tepatnya tahun 1912, yang berpusat di Bogor.
Setelah merdeka, perlindungan alam dilaksanakan oleh Departemen Kehutanan dan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.
Perlindungan
alam dapat dikelompokkan menjadi perlindungan alam umum dan perlindungan alam
khusus.
a. Perlindungan alam
umum Perlindungan alam secara umum berarti melindungi semua komponen alam
secara keseluruhan yang meliputi kesatuan flora, fauna, dan tanahnya.
Perlindungan alam secara umum dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai
berikut:
·
Perlindungan alam ketat adalah
perlindungan alam yang tidak memperbolehkan campur tangan manusia dalam usaha
perlindungannya. Biasanya daerah ini digunakan untuk kepentingan ilmiah atau
penelitian, misalnya, Taman Nasional Ujung Kulon dan Pulau Panaitan
·
Perlindungan alam terbimbing adalah
perlindungan alam di bawah bimbingan para ahli, misalnya di kebun raya dan
taman nasional
·
Taman nasional. Biasanya meliputi
daerah yang luas, tidak boleh ada bangunan tempat tinggal maupun industri, dan
biasanya berfungsi sebagai tempat rekreasi. Beberapa contoh taman nasional
yaitu Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (+ 15.000 ha), Taman Nasional
Kerinci Seblat (+ 1,5 juta ha), dan Taman Nasional Meru Betiri (+ 50.000 ha).
Ciri-ciri taman nasional, antara lain: (a) tersedianya kawasan yang cukup luas
bagi pengembangan satu atau lebih ekosistem yang tidak banyak dijamah oleh
manusia. Dalam kawasan ini berkembang jenis tanaman dan hewan yang memiliki
nilai ilmiah; (b) karena kepentingannya yang khas bagi ilmu pengetahuan,
pengelolaannya berada di tangan pemerintah; (c) karena memiliki unsur ilmu
pengetahuan dan daya tarik ilmiah, kawasan ini dapat dikunjungi dan dikelola
untuk kemanfaatan manusia, tanpa mengubah ciri-ciri ekosistem
b. Perlindungan alam
khusus Perlindungan alam khusus berarti melindungi unsur alam tertentu. Sebagai
contoh perlindungan botani untuk melindungi tumbuhan tertentu; perlindungan
zoologi untuk melindungi hewan tertentu; perlindungan geologi untuk melindungi
formasi geologi tertentu; perlindungan antropologi untuk melindungi suku bangsa
tertentu; dan perlindungan suaka margasatwa untuk melindungi hewan tertentu.
2.
Pengawetan hutan
Hutan
adalah ciptaan Tuhan yang merupakan sumber keanekaragaman hayati yang sangat
besar manfaatnya bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya sehingga kita harus
memelihara keaslian hutan tersebut. Akan tetapi, akhir-akhir ini manusia
cenderung melakukan perusakan hutan. Hutan yang terpelihara dengan baik dapat
memperkaya hidup manusia secara material dan spiritual sehingga manusia harus
berusaha untuk memelihara semaksimal mungkin keanekaragam hayati tersebut.
Adapun tujuan dari pengawetan hutan, antara lain, sebagai berikut.
-
Menjaga keanekaragaman hayati, baik
flora maupun fauna, dengan mencegah tindakan manusia yang dapat merusak
macam-macam flora dan fauna yang masih asli
-
Menjaga keseimbangan air di musim
penghujan dan musim kemarau. Humus menggemburkan tanah. Tanah yang gembur mampu
menahan air hujan. Selain itu, pada musim kemarau, sungai dan sumur tetap
berair karena air-air tanah itu keluar sebagai mata air
-
Mencegah erosi. Permukaan tanah
mudah tererosi. Tanah terlindung oleh humus dan terikat akar. Pada saat terjadi
hujan humus akan menghambat terlemparnya butiran-butiran tanah permukaan dari
tempatnya sehingga terhindarlah dari erosi
-
Mencegah banjir. Terjadinya erosi
akibat hutan gundul menyebabkan berkurangnya humus serta pendangkalan sungai dan
danau sehingga dapat terjadi banjir pada musim penghujan
-
Sumber perekonomian. Penyediaan kayu
untuk berbagai industri terpentin dan rotan merupakan hasil hutan yang sangat
besar pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia
Tindakan yang dapat dilakukan untuk pengawetan hutan
diantaranya sebagai berikut:
-
Tidak melakukan penebangan pohon di
hutan secara semena-mena, tetapi dilakukan dengan sistem tebang pilih
-
Mengusahakan agar penebangan pohon
diimbangi dengan penanaman kembali
-
Mengadakan peremajaan hutan dan
reboisasi, yaitu menanami kembali bekas hutan yang telah rusak
-
Mencegah kebakaran. Kerusakan hutan
yang paling besar terjadi karena kebakaran. Jika terjadi kebakaran hutan, harus
diusahakan pemadaman secepat mungkin
3.
Perlindungan margasatwa
Menjaga
keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekosistem, harus diusahakan agar tidak
ada satu atau lebih komponen ekosistem yang mengalami kepunahan. Oleh sebab
itu, usaha pelestarian keanekaragaman hayati harus dilakukan secara terpadu,
artinya dalam suatu pelestarian itu, seluruh komponen ekosistem harus
dilestarikan secara keseluruhan. Sikap manusia sangat berpengaruh terhadap
perlindungan satwasatwa langka yang mulai terancam kepunahan ini. Manusia harus
sadar bahwa makhluk hidup apa pun jika telah punah, keberadaannya di alam tidak
dimungkinkan lagi. Upaya untuk melestarikan hewan-hewan langka adalah sebagai
berikut :
-
Membuat undang-undang perburuan
dengan aturan-aturannya yang meliputi batas-batas daerah perburuan, masa berburu,
jumlah hewan yang boleh diburu, jenis hewan, umur, jenis kelamin hewan, dan
yang paling penting adalah hasil buruan tidak untuk diperjualbelikan
-
Membiakkan hewan-hewan langka yang
hampir punah, misalnya dengan mengisolasi hewan-hewan tertentu, memelihara, dan
membiakkannya kemudian dilepaskan kembali ke asalnya
-
Memindahkan hewan langka yang hampir
punah ke tempat lain yang habitatnya lebih sesuai dan lebih aman
-
Mengambil telur hewan-hewan tertentu
pada saat tertentu untuk kemudian menetaskannya, membiakkannya, dan
mengembalikannya ke habitat semu
6.
Matakuliah :
Ekosistem dan keanekaragaman hayati (Bagian II)
a.
Pengayaan spesies dengan variasi
fenotip
Fenotipe ialah penyebab terjadinya
variasi dalam satu jenis, fenotipe merupakan factor lingkungan dan factor gen,
sehingga dapat dituliskan rumus :
F=G+L
·
F= Fenotipe atau sifat yang tampak
·
G= Genotipe atau sifat yang tidak
tampak dalam gen
·
L= Lingkungan
-
Pengayaan spesies dengan variasi
genotip
-
Variasi genetik adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan variasi dalam urutan DNA di setiap genom. Variasi genetik yang
membuat kita semua unik atau berbeda, baik dalam hal warna rambut, warna kulit
atau bahkan bentuk wajah kita.
-
Variasi Genetik yaitu variasi yang dihasilkan oleh
factor keturunan (gen) yang bersifat kekal dan diwariskan secara turun temurun
dari satu sel ke sel yang lain. Jika gen berubah, maka sifat-sifat pun akan
berubah. Sifat-sifat yang ditentukan oleh gen disebut genotif. Ini dikenal
sebagai pembawa.
-
Variasi non genetik atau variasi lingkungan yaitu yang
ditentukan oleh factor lingkungan seperti intensitas cahaya, kelembaban, pH
tanah, dll. Keadaan factor-faktor lingkungannya sama dengan pohon yang pertama,
sekalipun demikian hasil panennya berbeda. Pengetahuan yang memadai tentang
komposisi lingkungan akan menentukan genotif yang sesuai untuk kondisis
tertentu.
b.
Ekosistem service,
perubahan hutan gambut primer menjadi kebun kelapa sawit skala besar.
Dampak
negatif yang terungkap dari aktivitas perkebunan kelapa sawit diantaranyai:
1. Persoalan
tata ruang, dimana monokultur, homogenitas dan overloads konversi. Hilangnya
keaneka ragaman hayati ini akan memicu kerentanan kondisi alam berupa
menurunnya kualitas lahan disertai erosi, hama dan penyakit.
2. Pembukaan lahan sering kali
dilakukan dengan cara tebang habis dan land clearing dengan cara pembakaran
demi efesiensi biaya dan waktu.
3. Kerakusan
unsur hara dan air tanaman monokultur seperti sawit, dimana dalam satu hari
satu batang pohon sawit bisa menyerap 12 liter (hasil peneliti lingkungan dari
Universitas Riau) T. Ariful Amri MSc Pekanbaru/ Riau Online). Di
samping itu pertumbuhan kelapa sawit mesti dirangsang oleh berbagai macam zat
fertilizer sejenis pestisida dan bahan kimia lainnya.
4. Munculnya
hama migran baru yang sangat ganas karena jenis hama baru ini akan mencari
habitat baru akibat kompetisi yang keras dengan fauna lainnya. Ini disebabkan
karena keterbatasan lahan dan jenis tanaman akibat monokulturasi.
5. Pencemaran
yang diakibatkan oleh asap hasil dari pembukaan lahan dengan cara pembakaran
dan pembuangan limbah, merupakan cara-cara perkebunan yang meracuni
makhluk hidup dalam jangka waktu yang lama. Hal ini semakin merajalela
karena sangat terbatasnya lembaga (ornop) kemanusiaan yang melakukan kegiatan
tanggap darurat kebakaran hutan dan penanganan Limbah.
6. Terjadinya
konflik horiziontal dan vertikal akibat masuknya perkebunan kelapa sawit. sebut
saja konflik antar warga yang menolak dan menerima masuknya perkebunan sawit
dan bentrokan yang terjadi antara masyarakat dengan aparat pemerintah akibat
sistem perijinan perkebunan sawit.
7. Selanjutnya,
praktek konversi hutan alam untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit
seringkali menjadi penyebab utama bencana alam seperti banjir dan tanah longsor
7.
Matakuliah : Sosio
Ekonomi Lingkungan
1.
A. Perbedaan Ekonomi Lingkungan dan Ekonomi
Sumberdaya
a.
Ekonomi lingkungan
ilmu
yang mempelajari perilaku atau kegiatan manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya
Alam (SDA) dan lingkungannya yang terbatas sehingga fungsi atau peranan SDA dan
lingkungan tersebut dapat dipertahankan dan bahkan penggunaannya dapat
ditingkatkan dalam jangka panjang atau berkelanjutan.
Dari
sudut pandang ekonomi, masalah lingkungan timbul, karena biaya lingkungan tidak
dimasukkan ke dalam biaya produksi, sehingga menyebabkan kerugian bagi orang
lain atau pasar. Dalam hal ini, masalah lingkungan menyebabkan inefisiensi
alokasi sumber daya alam dan lingkungan dalam proses produksi.
Dalam
konteks tersebut, SDA dan lingkungan menjadi (1)penyedia bahan baku (2)penyedia
fasilitas (3) wadah untuk limbah
Dampak
pencemaran SDA dan lingkungan, yang menimbulkan biaya yaitu:
·
Menurunnya
kuantitas SDA dan lingkungan sebagai penyedia bahan baku
·
Menurunnya
kualitas SDA dan lingkungan sebagai fungsi dasar ekologis
·
Menimbulkan
ketidaknyamanan pada manusia
·
Memberikan
dampak yang buruk kepada kesehatan dan produktivitas
b.
Ekonomi Sumberdaya
-
Ekonomi sumber daya alam berkaitan
dengan pasokan, permintaan, dan alokasi sumber daya alam bumi. Salah satu
tujuan utama dari ekonomi sumber daya alam adalah untuk lebih memahami peran
sumber daya alam dalam perekonomian dalam rangka mengembangkan metode yang
lebih berkelanjutan dalam mengelola sumber daya tersebut guna memastikan
ketersediaannya untuk generasi mendatang.
-
Ekonomi sumber daya alam adalah bidang
transdisipliner penelitian akademis dalam ilmu ekonomi yang bertujuan untuk
mengatasi hubungan dan saling ketergantungan antara ekonomi manusia dengan
ekosistem. Fokusnya adalah bagaimana mengoperasikan ekonomi dalam batasan
ekologi sumber daya alam. Ekonomi dan bidang kebijakan berfokus pada aspek
manusia dari masalah lingkungan. Ekonomi sumber daya alam juga berkaitan dengan
energi. Thermoeconomists berpendapat
bahwa sistem ekonomi selalu melibatkan materi, energi, entropi, dan informasi.
Thermoeconomics didasarkan pada proposisi bahwa peran energi dalam evolusi
biologis harus didefinisikan dan dipahami melalui hukum kedua termodinamika tetapi
dalam hal ekonomi seperti kriteria produktivitas, efisiensi, dan terutama biaya
dan manfaat dari berbagai mekanisme untuk menangkap dan memanfaatkan energi
yang tersedia untuk membangun biomassa dan melakukan kerja. Akibatnya, ekonomi
sumber daya alam sering dibahas dalam bidang ekologi ekonomi, yang dengan
sendirinya terkait dengan bidang keberlanjutan dan pembangunan berkelanjutan.
c.
Perbedaan
ekonomi lingkungan dengan ekonomi sumberdaya
Pada
ekonomi lingkungan mengkaji biaya-biaya yang timbul akibat pengeksploitasian
SDA, sedangkan ekonomi sumberdaya alam semata-mata hanya mengkaji keuntungan
yang didapatkan dari eksploitasi sumber daya alam guna untuk pembangunan
berkelanjutan
B. Ekonomi lingkungan tidak ramah pada ekonomi
mikro
-
Ekonomi
lingkungan
ilmu yang
mempelajari perilaku atau kegiatan manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya Alam
(SDA) dan lingkungannya yang terbatas sehingga fungsi atau peranan SDA dan
lingkungan tersebut dapat dipertahankan dan bahkan penggunaannya dapat
ditingkatkan dalam jangka panjang atau berkelanjutan.
Dari sudut pandang
ekonomi, masalah lingkungan timbul, karena biaya lingkungan tidak dimasukkan ke
dalam biaya produksi, sehingga menyebabkan kerugian bagi orang lain atau pasar.
Dalam hal ini, masalah lingkungan menyebabkan inefisiensi alokasi sumber daya
alam dan lingkungan dalam proses produksi.
Dalam konteks
tersebut, SDA dan lingkungan menjadi (1)penyedia bahan baku (2)penyedia
fasilitas (3) wadah untuk limbah
-
Ekonomi
mikro
cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku konsumen dan
perusahaan serta penentuan harga-harga pasar dan kuantitas faktor input,
barang, dan jasa yang diperjualbelikan. Ekonomi mikro meneliti bagaimana
berbagai keputusan dan perilaku tersebut memengaruhi penawaran dan
permintaan atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga; dan bagaimana harga,
pada gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa
selanjutnya.[1][2] Individu yang melakukan kombinasi konsumsi
atau produksi secara optimal, bersama-sama individu lainnya di pasar, akan
membentuk suatu keseimbangan dalam skala makro; dengan asumsi bahwa semua hal
lain tetap sama (ceteris paribus).
Kebalikan dari ekonomi mikro ialah ekonomi makro, yang membahas aktivitas ekonomi secara
keseluruhan, terutama mengenai pertumbuhan
ekonomi, inflasi, pengangguran, berbagai kebijakan perekonomian yang
berhubungan[1], serta dampak atas beragam tindakan
pemerintah (misalnya perubahan tingkat pajak) terhadap hal-hal
tersebut.[3]
-
Penjelasan
Ekonomi lingkungan tidak ramah terhadap
ekonomi mikro.
Ekonomi mikro dalam
jangka panjang pasti akan berdampak kepada kerusakan alam/lingkungan, oleh
karena itu jelas tidak ramah terhadap ekonomi lingkungan. Konsep baru yang
ditawarkan dari praktik ekonomi mikro harus mengacu kepada pembangunan
berkelanjutan (swistainable development) yang merupakan hasil komprensi Rio de
Jeneiro 1992. Semua negara berkembang harus melahirkan undang-undang lingkungan
hidup yang tujuannya adalah ramah terhadap lingkungan.
2.
Eksternalitas dan penyebab munculnya
Eksternalitas adalah biaya yang harus ditanggung
atau manfaat tidak langsung yang diberikan dari suatu pihak akibat aktivitas
ekonomi.[1]
Eksternalitas sering disinggung ketika muncul dampak negatif dari suatu
aktivitas ekonomi.
Contoh eksternalitas yaitu pencemaran udara
yang mengganggu kesehatan dan lingkungan dan semua itu harus ditanggung oleh
masyarakat sendiri. Contoh eksternalitas yang positif yaitu individu yang
alergi terhadap imunisasi diuntungkan oleh masyarakat yang telah diimunisasi
karena penyebaran penyakit tidak sampai ke individu tersebut. Kredit karbon
adalah salah satu mekanisme pembayaran atau mengambil keuntungan dari faktor
eksternalitas.
Jika eksternalitas telah jelas
terlihat, maka pelaku aktivitas ekonomi dapat diberikan pilihan atau diwajibkan
untuk membayar dampak tersebut atau mengklaim keuntungan yang telah
diberikannya melalui undang-undang yang berlaku. Atau pelaku aktivitas ekonomi
dapat mengubah produk atau metode produksinya untuk meminimalisir dampak
negatif eksternal.
Eksternalitas itu dapat terjadi dari
empat interaksi ekonomi berikut ini :
1. Efek
atau dampak satu produsen terhadap produsen lain (effects of producers on
other producers).
2. Efek
atau dampak samping kegiatan produsen terhadap konsumen (effects of
producers on consumers)
3. Efek atau dampak dari suatu konsumen
terhadap konsumen lain (effects of consumers on consumers)
4. Efek akan dampak dari suatu konsumen
terhadap produsen (effects of consumers on producers)
3.
Hubungan antara ekonomi dan lingkungan
Hubungan antara
pertumbuhan ekonomi dan lingkungan secara umum dianggap ontroversial. Teori
ekonomi tradisional memosisikan trade-off antara pertumbuhan ekonomi dan
kualitas lingkungan. Sejak awal 1990-an, literatur empiris dan teoretis
berkembang pesat pada Kurva Lingkungan Kuznets (EKC) yang hasilnya telah
menyimpulkan bahwa hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan lingkungan bisa
menjadi positif; dan karenanya pertumbuhan merupakan prasyarat untuk perbaikan
lingkungan.
Dalam kegiatan
ekonomi produksi dan konsumsi suatu barang dapat menimbulkan manfaat atau
menghasilkan produk yang bernilai guna pada pemiliknya atau pada orang lain.
Sebaliknya, kegiatan ekonomi juga dapat menghasilkan dampak yang merugikan atau
menurunkan daya guna bagi orang lain. Keadaan suatu proses dapat menimbulkan
manfaat maupun kerugian pada orang lain disebut eksternalitas (Grafton, et al.,
2004).
Dalam konsep
ekonomi pencemaran merupakan suatu eksternalitas yang terjadi jika satu atau lebih
individu mengalami atau menderita kerugian berupa hilangnya kesejahteraan
mereka (Monke & Pearson, 1989). Meskipun setiap kegiatan ekonomi dapat
menimbulkan eksternalitas, ahli ekonomi tidak merekomendasikan untuk
menghilangkan eksternalitas. Hal ini karena ekternalitas optimal tidak harus
sama dengan nol. Pandangan bahwa bebas eksternalitas bukan merupakan keputusan
yang optimal, dapat dijelaskan dengan dua hal, yaitu: pada dasarnya lingkungan
itu cenderung memiliki kemampuan asimilatif sehingga pada tingkat pencemaran
tertentu, lingkungan masih dapat mengatasi secara alamiah; dan kenyataan
menunjukkan bahwa pada tingkat tertentu, kegiatan ekonomi masih mampu mengatasi
persoalan pencemaran ini dengan menggunakan teknologi pembersih limbah (Turner &
Pearce, 1991).
8.
Matakuliah :
Filsafat ilmu dan isu-isu kontemporer
JURNAL PENELITIAN YANG SUDAH PENULIS BACA
No
|
Author, year
|
Title
|
Tools
|
Variables
|
Findings
|
Limitation
|
Conclusion and Discussion
|
Implication
|
Results
|
1
|
S.Elancheliyan
1, Dr J. Krishnakumar. 10 oktober 2013
|
Environmental
noise from construction site power
systems and its mitigation.
Kebisingan
lingkungan dari suara genset dan mitigasinya.
|
Noise intensity is measured in
decibel units [1], [2]. The decibel
scale is
logarithmic; each 10-decibel increase represents a tenfold increase in noise
intensity
|
Power
Generators, Noise Effects, Noise Mitigation
|
Engine exhaust – Without an exhaust silencer, this
ranges from 120 dB(A) to 130 dB(A) or more and is usually reduced
by a
minimum of 15 dB(A) with a standard silencer.
Suara
bising mesin tanpa peredam bunyi, berkisar dari 120(dB) sampai 130 (Db) atau
lebih dan biasanya turun 15(dB) melalui pemasangan alat standar peredam .
|
Generator noise.
Suara bisisng genset.
|
1. Perlu program perlindungan pendengaran dan kesadaran yang
efektif.
2. Mitigasi thdp kebisingan genset adalah subjek penting. |
Perlu diadakan peredam bunyi generator melalui alat perisai generator.
-
|
Penurunan kebisingan dapat dilakukan dengan
memasang alat peredam suara pd mesin genset.
|
2
|
Linda
Tondobala.
Mei 2011
|
PEMAHAMAN TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA
DAN
TINJAUAN TERHADAP KEBIJAKAN DAN PERATURAN TERKAIT
|
1.Undang-Undang No.26 Tahun 2007
tentang
Penataan Ruang.
2.
Kawasan rawan bencana gempa bumi.
(indo, 240 gunung api.
70
gunung api aktif.)
|
Mitigasi
Bencana dan Penyelenggaraan Penataan Ruang di sulawesi.
|
Sehubungan indonesia timur rawan gempa,
perlu dilakukan penataan ruang sesuai UU no. 26 tahun 2007.
1. perlu perencanaan pembangunan ekonomi wilayah
dan kota.
2. Perlu pembangunan kependudukan,
sosial dan budaya.
|
Rencana tata ruang, menghindari dampak
bencana gempa bumi di sulawesi
|
1. Perlu diarsir peta resiko bencana di
Sulawesi.
2. Perlu di rencanakan peta sumber daya
a. peta rencana pembangunan ekonomi dan
kota
b. Peta renacana pembangunan penduduk
sosial dan budaya
|
Untuk meminimalisir bencana alam, perlu
diketahui ruang resiko bencana dan perlu direncanakan dimana pembangunan ekonomi , perkotaan
serta dimana rencana pembangunan kependudukan , sosial dan budaya.
|
Mitigasi
bencana alam
|
3
|
Tri Joko Sri Haryono1, Toetik Koesbardiati, Sri Endah Kinasih.
2010
|
Model
Strategi Mitigasi Berbasis Kepentingan Perempuan pada
Komunitas
Survivor di Wilayah Rawan Banjir
Mitigation
Strategic Model Based of Woman Needsr,in Survivor
Community
At flood areas
|
komunitas survivor, mitigasi, manajemen bencana berbasis
gender, penanganan bencana,
|
Mitigasi
dan manajemen bencana berbasis gender,
|
Indonesia rawan bencana;
Bencana Geologi(gempa bumi,
gunung api, longsor, tsunami)
Bencana Hidrometeorologi (banjir)
|
1)
faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya bencana
banjir
di Jawa Timur khususnya Kabupaten Lamongan dan Bojonegoro? 2) bagaimana
pandangan
masyarakat
(baik laki-laki maupun perempuan) terhadap bencana banjir? dan 3) bagaimana
penyusunan
kebijakan
mitigasi di Kabupaten Lamongan dan Bojonegoro, apakah sudah sesuai gender
|
Managemen Penanganan bencana melibatkan laki dan perempuan.
|
Dalam penangan bencana agar jangan
didominasi kaum pria, juga bisa melibatkan perempuan
|
Meminimalisir
korban bencana dengan pemberdayaan
pria dan wanita
|
4
|
Jay R. Sklar.
2003
|
Interference
Mitigation
Approaches
for the Global
Positioning
System
(Pendekatan
pengaruh mitigasi dalam GPS)
|
The satellite-based Global Positioning System
(GPS)
Satelit GPS
|
Interference
Mitigation
Approache.for
GPS
(pendekatan
pengaruh mitigasi dengan GPS)
|
Evolusi GPS dalam meliter terus
berkembang utk kegunaan sipil dan meliter seluruh dunia
|
GPS for mitigation
|
Satelit GPS menjadi suatu alat penting
utk meliter dan sipil.
Performance Satelit GPS masa depan
semangkin berkualitas tinggi, terhindar dari ganngguan gangguan, saat ini
sedang diadakan perbaikan uji di laboratorium lincon
|
Penggunaan satelit GPS semangkin lancar
|
Teknologi
Mempermudah manusia
|
5
|
Setya Winarno. Tahun 2011
|
House Seismic Vulnerability And
Mitigation Strategies: Case Of Yogyakarta City
(kerentanan seismik terhadap rumah
dan strategi mitigasi, kasus di jokjakarta)
|
Survey 402 rumah di Jogjakarta
|
kerentanan gempa rumah di Kota
Yogyakarta sebagai salah satu bahaya gempa tinggi
|
84,8% rumah di
Yogyakarta rentan terhadap gempa
|
Gempa jogjakarta
|
A. kerentanan gempa terhadap rumah jogjakarta karena (1) kurangnya pengetahuan dengan pembangun, (2) kurangnya kesadaran, dan (3) tidak adanya komitmen politik.
B. . Menonjol mitigasi strategi adalah (1) komitmen politik yang lebih luas dari pemerintah dan legislatif papan, (2) kesadaran berhubungan dengan gempa oleh semua pemangku kepentingan untuk proses pembangunan, dan (3) pengetahuan yang diperlukan. pembangun untuk memberikan konstruksi akhir-produk tahan gempa |
Membangun
rumah kedepan harus menggunakan bahan
resisten terhadap gempa.
|
peningkatan
kinerja seismik rumah di kota-kota besar di Indonesia adalah
sangat diperlukan. |
6
|
Irianto Uno.
Tahun 2012
|
POTENSI BAHAN GALIAN DAN
MITIGASI BENCANA ALAM
DI WILAYAH SULAWESI TENGAH
|
Proses geologi, bahan galian, potensi bencana
|
optimalisasi terhadap pemanfaatan bahan galian dan secara bijak mengelola
lingkungan
|
proses geologi tersebut juga terkait dengan
potensi bencana.
|
Bahan galian di sulawesi
|
Sulawesi meiliki potensi sumber daya
galian A,B dan C.
Perlu dilakukan strategi
penanggulanagan bencana merujuk pada
1. landasan global; ISDR
2.Asian agreement on disarter
managemennt and emergency response
3.Rencana aksi Beijing
4. Strategi Yokohama
5. kerangka aksi hyogo
6.Landasan Nasional
|
Perlu disusun perencanaan
penangulanagan bencana dan mitigasi
|
pada dasarnya proses yang terjadi di bumi ini disatu sisi
memunculkan potensi sumber daya dan di sisi lainnya dapat menghadirkan
potensi bencana.
|
RINGKASAN MATERI KULIAH S3
ILMU LINGKUNGAN
1.
Matakuliah : Etika
Lingkungan Hidup (bagian I)
a.
Pengertian
1. Antroposentrisme adalah teori
etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari system alam semesta.
... Jadi, dalam model antroposentrisme yang memiliki nilai tertinggi
adalah manusia dan kepentingannya.
2. Biosentrisme
adalah suatu keyakinan bahwa
kehidupan manusia memiliki hubungan yang sangat erat dengan kehidupan seluruh
kosmos. Dalam Biosentrisme manusia dianggap sebagai salah satu makhluk hidup
dari alam semesta yang mempunyai rasa saling ketergantungan dengan makhluk
hidup lainnya di alam semesta. Biosentrisme merupakan teori yang memiliki suatu
pandangan yang menempatkan alam sebagai yang memiliki nilai tertinggi yang
lepas dari kepentingan manusia. Jadi biosentrisme bertolak belakang dengan
teori antroposentrisme yang menyatakan bahwa hanya manusia dan kepentingannya
lah yang mempunyai nilai tertinggi. Teori biosentrisme juga dapat di katakan
teori yang memiliki pandangan bahwa makhluk hidup bukan hanya manusia saja.
3. Ekosentrisme adalah merupakan lanjutan dari
biosentrisme yang merupakan teori bahwa makhluk hidup mempunyai nilai dan
berharga pada dirinya sendiri. Sebagai lanjutan, ekosentrisme sering disamakan
dengan biosentrisme baik dari sudut pandang maupun dari pengertiannya sendiri,
karena adanya banyak kesamaan di antara Biosentrisme Dan Ekosentrisme. Kedua
teori Biosentrisme Dan Ekosentrisme sangat bertolak belakang dengan cara
pandang teori antroposentrisme yang merupkan teori etika lingkungan yang
memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta.
4. Ekofeminisme adalah merupakan sebuah bentuk telaah
lingkungan yang ingin menggugat dan medobrak cara pandang dominan yang berlaku
pada masyarakat modern dan sekaligu menawarkan sebuah cara pandang dan prilaku
baru untuk mengatasi krisis lingkungan sekarang ini. Ekofeminisme menawarkan
sebuah telaah krisis atas akar dari semua krisis lingkungan dewasa ini.
Ekofeminisme juga menawarkan visi-visi alternatif masa depan yang lebih ramah
lingkungan.
5. hak azazi alam adalah klaim atas yang dimiliki dan di
kuasai sejak awal mula, yaitu sejak adanya entitas. Jadi hak asasi manusia
adalah hak manusia yang dimiliki sejak lahir. Demikian pula pola makluk hidup
lainnya, sejauh mana menerima bahwa mereka memiliki hak asasi, itu berarti hak
tersebut dimiliki sejak mereka lahir, tumbuh dan ada di dalam alam semesta ini.
Ini berarti hak tersebut tidak diberikan sehingga tidak boleh dirampas atau di
tiadakan oleh siapapun, termasuk oleh pemerintah (negara). Tidak ada pihak lain, termasuk negara, yang boleh merampas
hak asasi itu.
b. Perbedaan
masing-masing teori etika lingkungan
-
Antroposentrisme menyatakan manusia
sebagai pusat dari sistem alam semesta.
-
Biosentrisme menyatakan manusia adalah bagian dari alam
semesta sehingga manusia memiliki hubungan timbal balik dengan seluruh kosmos
(saling ketergantungan). Jadi biosentrisme menolak teori antroposentrisme yang
menyatakan manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta.
-
Ekosentrisme menyatakan setiap makhluk
hidup memiliki nilai dan berharga pada dirinya sendiri. Menolak teori
antroposentrisme dan merupakan kelanjutan dari teori biosentrisme.
-
Ekofeminisme sebuah telaah krisis atas akar dari semua krisis
lingkungan dewasa ini juga menawarkan visi-visi alternatif masa depan yang
lebih ramah lingkungan.
-
Hak azazi alam
menekankan kepada hak yang dimiliki sejak lahir/sejak adanya entitas setiap
makhluk hidup.
c. Faktor
penyebab kerusakan lingkungan di negera ini adalah :
-
Kerusakan
lingkungan akibat peristiwa alam
Kerusakan lingkungan bisa terjadi
karena faktor alam. Perubahan kondisi udara, air, tanah dan berbagai faktor
abiotik lainnya bisa saja menyebabkan kerusakan lingkungan. Berikut ini
beberapa peristiwa alam yang bisa mengakibatkan kerusakan lingkungan, antara
lain:
·
Peristiwa
gunung berapi, yaitu aktivitas vulkanisme yang mengakibatkan letusan dan
membuat berbagai komponen dalam gunung seperti asap, abu, lahar, lava, debu dan
lainnya keluar hingga mengganggu lingkungan hidup di sekitarnya.
·
Peristiwa
gempa bumi, yaitu aktivitas pergerakan lempengan bumi yang menyebabkan getaran
dengan kapasitas tertentu dan bisa menyebabkan tanah longsor, bangunan roboh,
tsunami dan berbagai kerusakan lainnya.
·
Peristiwa
badai dan angin topan.
-
Kerusakan
lingkungan akibat ulah manusia
Selain disebabkan oleh faktor-faktor
gejala alam, perilaku dan ulah manusia juga menjadi faktor penyebab kerusakan
lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap lingkungan hidup sekitar kita.
Beberapa perilaku seperti penebangan
hutan secara liar, pemanfaatan lahan yang tidak tepat, aktivitas industry
perusahaan yang membuang limbah sembarangan, asap knalpot kendaraan bermotor
yang menyebabkan polusi dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut secara langsung
dan tidak langsung berdampak pada rusaknya lingkungan hidup di sekitar kita dan
mengganggu kehidupan di masa depan.
d. Solusi
kerusakan lingkungan di negara ini adalah :
-
Upaya pelestarian lingkungan hidup
Agar kehidupan yang seimbang dan
berjalan dengan baik bisa dirasakan hingga kemudian hari, maka kita perlu
mengupayakan pelestarian lingkungan hidup dengan maksimal. Caranya yaitu
dengan:
·
Menghindari
berbagai perilaku yang dapat mencemari lingkungan.
·
Membuang
sampah pada tempatnya atau mendaur ulang bahan-bahan sampah yang dapat
dijadikan berbagai jenis barang berguna.
·
Mengurangi
pemakaian kendaraan bermotor untuk mencegah polusi dan pencemaran udara.
·
Melakukan
penghijauan di berbagai tempat dan pusat kota.
·
Menanamkan
sikap peduli dan prihatin terhadap kondisi lingkungan hidup sekitar pada
keluarga supaya lebih menghargai dan mencintai lingkungannya.
-
Upaya
penegakan hukum lingkungan hidup.
Khususnya kerusakan alam oleh ulang
tangan manusia harus diberikan sanksi hukuman.
-
Pemerintah
pusat atau pemerintah daerah harus mengeluarkan RTRW (Ruang Tata Ruang Wilayah)
yang wajib dipatuhi oleh semua pihak.
2.
Matakuliah : Etika
Lingkungan Hidup (bagian II)
Penerapan etika
lingkungan dalam mengatasi permasalahan lingkungan hidup yang terus terjadi
seperti banjir, kebakaran hutan, sampah dan limbah.
a.
Kerusakan Hutan
Upaya untuk memulihkan hutan yang
rusak adalah sebagai berikut:
(1)
dalam jangka pendek adalah penegakan
hukum. Hal ini sangat penting untuk mencegah
praktek-praktek ilegal logging dan perambahan hutan yang semakin luas.
(2)
Hendaknya kegiatan pembangunan
memperhatikan aspek lingkungan. Hal ini seringkali dilanggar oleh pelaksana
pembangunan.
(3)
Upaya penanaman kembali hutan yang
telah rusak. Penghijauan telah dilakukan namun belum efektif memulihkan kondisi
hutan.
(4)
Dalam jangka menengah dapat dilakukan
sosialisasi dan pendidikan lingkungan pada orang dewasa terutama yang tinggal
di sekitar hutan lindung dan konservasi.
(5)
Dalam jangka panjang pendidikan
lingkungan menjadi salah satu pelajaran muatan lokal baik di SD, SMP, SLTA
maupun di perguruan tinggi.
b.
Penurunan
keanekaragaman hayati
Upaya untuk mencegah punahnya flora
dan fauna langka tersebut antara lain adalah:
(1) konservasi in-situ: upaya pelestarian flora
dan fauna langka beserta ekosistemnya di kawasan konservasi. Contoh, Luas hutan
konservasi di Bengkulu adalah 426.203,23 ha.
(2) konservasi ex-situ: UNIB telah mencoba
membiakan Raflesia alnordi dengan menggunakan kultur jaringan, tapi belum
berhasil.
(3)
program penangkaran satwa langka.
(4)
Penyuluhan tentang penangkaran satwa secara intensif.
(5) Memberikan pendidikan kepada masyarakat
tentang keanekaragaman hayati dan manfaatnya bagi masyarakat.
(6)
Peningkatan kemampuan sumber daya manusia.
(7) Memasukkan keanekaragaman hayati ke dalam
kurikulum SD, SMP, SMU serta perguruan tinggi.
(8) Memperluas habitat satwa liar.
c.
Kualitas air
Pengolahan air di
PDAM saat ini memerlukan cukup banyak tawas yang berfungsi sebagai pengikat
partikel lumpur. Nilai zat padat tersuspensi dan nilai kekeruhan yang tinggi
ini disebabkan oleh aktivitas lain di hulu sungai. Air yang digunakan oleh PDAM
juga terindikasi tercemar batubara. Air sumur di daerah peternakan ayam
mengandung banyak Ecoli yang sangat tinggi. Praktek pemotongan liar juga
masih marak dilakukan oleh masyarakat, sehingga dapat menurunkan kualitas air.
Kerusakan hutan juga dapat menurunkan mutu air sebagai akibat peningkatan zat
padat terlarut dan zat padat tersuspensi serta kekeruhan. Kerusakan hutan juga
disinyalir sebagai salah satu sebab turunnya volume air di danau Dendam.
d.
Pengaruh industri
·
Meskipun
industri masih belum banyak tetapi perencanaan pembangunan industri selanjutnya
harus memperhatikan aspek lingkungan. Selama ini, pembangunan industri kurang
memperhatikan aspek lingkungan.
·
Aktivitas
industri yang paling besar adalah penambangan batubara dan indutri pertanian
(perkebunan). Penambangan batubara mempengaruhi mutu air di DAS Bengkulu-Lemau,
DAS Seluma Atas dan DAS Dikit Seblat. Pengaruh industri batubara antara lain
meningkatkan zat padat tersuspensi, zat padat terlarut, kekeruhan, zat besi,
sulfat dan ion hidrogen dalam air yang dapat menurunkan pH. Masalah ini dapat
dikurangi dengan cara pengolahan limbah yang standard dan minimisasi kebakaran.
·
Perkebunan
terutama karet dan kelapa sawit. Akibat aktivitas ini terjadi peningkatan
senyawa organik pada air, adanya sisa-sisa pestisida di DAS, peningkatan zat
pada tersuspensi dan terlarut, peningkatan kadar amonia, peningkatan kadar
minyak dan lemak, mempengaruhi pH dll. DAS yang terkena aktivitas ini adalah
DAS Dikit Seblat, DAS Bengkulu-Lemau, badan sungai Pisang (Ipuh), sungai Betung
(Muko-muko), sungai Simpang Tiga (Tais), sungai Bengkulu, dan sungai Sinaba
(Ketahun).
e.
Persampahan
Solusi permasalahan sampah antara
lain sebagai berikut:
(1) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sampah pemukiman. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah
umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, keadaan lingkungan permukimana.
(2)
Program pengelolaan sampah permukiman.
(3)
Dimasukkan ke dalam kurikulum SD, SPM,
SMA.
Upaya yang telah dilakukan :
-
lomba
semacam bangunpraja tingkat desa.
-
Pilot
project pengolahan sampah. Sayang tidak berlanjut.
-
Program
adipura.
-
Lokakarya
tentang pengelolaan sampah kepada kepala desa dan camat.
-
Adanya
Perda yang mengatur persampahan, tapi belum dijalankan secara efektif.
f.
Pelestarian
lingkungan
Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan agar masyarakat berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan antara
lain:
(1)
tingkat pendidikan.
(2)
Peningkatan penghasilan.
(3)
Pengetahuan tentang kearifan lokal.
(4) Penerapan sistem pertanian konservasi
(terasering, rorak – tanah yang digali dengan ukuran tertentu yang berfungsi
menahan laju aliran permukaan–, tanaman penutup tanah, pergiliran tanaman, agroforestry,
olah tanam konservasi – pengolahan yang tidak menimbulkan erosi.
g.
Pemanasan global
Pemanasan global
adalah peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi. Sejak akhir abad 18 suhu
rata-rata global bumi telah meningkat sekitar 0,4 – 0,8°C. Para ilmuwan
memperhitungkan bahwa suhu rata-rata bumi akan meningkat menjadi 1,4 – 5,8°C
pada tahun 2100. Nilai peningkatannya menjadi lebih besar dibandingkan dengan
nilai-nilai peningkatan yang pernah terjadi sebelumnya.
3.
Matakuliah : Ekologi,
Ekosistem lahan basah (Wetland) Bagian I
a.
Ekosistem lahan basah secara komprehensif adalah wilayah daratan yang digenangi air atau memiliki kandungan air yang
tinggi, baik permanen maupun musiman. Ekosistemnya mencakup rawa, danau,
sungai, hutan mangrove, hutan gambut, hutan banjir, limpasan banjir, pesisir,
sawah, hingga terumbu karang. Lahan ini bisa ada di perairan tawar,
payau maupun asin, proses pembentukannya bisa alami maupun buatan.
Lahan basah memiliki peran penting
dalam kehidupan umat manusia. Ekosistemnya menyediakan air bersih,
keanekaragaman hayati, pangan, berbagai material, mengendalikan banjir,
menyimpan cadangan air tanah, dan mitigasi perubahan iklim.
b.
Fungsi
ekosistem lahan basah :
-
Fungsi
daerah resapan air
·
Memperbaiki kualitas air, dengan cara menahan unsur hara, sampah-sampah
organik dan kiriman endapan yang terjadi akibat run off.
·
Mengurangi pengaruh buruk banjir, yang langsung ke muara dengan
menahan air tersebut dan melepaskannya pada musim kering.
·
Melindungi daerah-daerah pinggiran atau pesisir dari
kemungkinan erosi.
·
Memulihkan kembali persediaan air tanah yang berpotensi kekurangan
air pada musim kering
·
Penyedia makanan dan produk lain, misalnya ikan untuk
manusia baik untuk konsumen sendiri atau diperdagangkan.
·
Cagar alam, termasuk untuk jenis jarang dan terancam punah, tempat
mencari makan, berkembang biak, dan tempat istirahat.
·
Menambah peluang untuk rekreasi, melihat burung, berburu
burung laut, potografi dan pendidikan luar.
-
Fungsi
keanakaragaman hayati
Keanekaragaman hayati atau
biodiversitas bukanlah sekedar angka yang menunjukkan kekayaan jenis tumbuhan,
hewan dan mikroorganisme, tetapi lebih luas mencakup variasi, variabilitas dan
keunikan genetik (gene), jenis (spesies) dan ekosistemnya. Beragamnya agroekologi
lahan rawa menyebabkan beragamnya keanekaragaman hayati termasuk flora dan
memungkinkan tumbuhnya berbagai jenis tanaman, baik tanaman pangan, tanaman
buah-buahan maupun tanaman obat-obatan. Hutan yang digenangi air bersifat
musiman ataupun permanen ini memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya.
Jenis flora yang sering terlihat memenuhi hutan perairan ini seperti ramin
(Gonystylus sp), terentang (Camnosperma sp.), durian burung (Durio carinatus),
kayu putih (Melaleuca sp), sagu (Metroxylon sp), pandan, palem-paleman, rotan
dan berbagai jenis lainnya. Sedangkan faunanya yang tidak jauh berbeda dengan
yang ada pada hutan di darat, seperti harimau (Panthera tigris), rusa (Cervus
unicolor), buaya (Crocodylus porosus), Orang utan (Pongo pygmaeus), babi hutan
(Sus scrofa), badak, musang air, gajah dan berbagai jenis ikan.
-
Fungsi
rosot karbon
Gambut
memendam karbon dalam berbagai bentuk senyawa organik, Seperti
selulose,
hemiselulose, gula, protein, lignin, asam-asam organik, dan senyawa humik. Gambut
dalam ekosistem berfungsi sebagai rosot (sink) karbon. Daya memendam C. berkaitan
dengan laju pertumbuhan gambut. Makin cepat pertumbuhannya, makin besar daya
gambut memendam C.
-
Fungsi
pengelolaan limbah pencemar
1. Menghilangkan
logam berat yang mencemari tanah dan air tanah, seperti yang dilakukan di New
Zealand, lokasi : Opotiki, Bay of Plenty. Membersihkan tanah yang tercemar
cadmium (Cd oleh penggunaan pesticida) dengan menanam pohon poplar.
2. Membersihkan
tanah dan air tanah yang mengandung bahan peledak (TNT, RDX dan amunisi
militer) di Tennese, USA, dengan menggunakan metode wetland yaitu kolam yang
diberi media koral yang ditanami tumbuhan air dan kemudian dialirkan air yang
tercemar bahan peledak tersebut.. Tumbuhan yang digunakan seperti: Sagopond
(Potomogeton pectinatus), Water stargas (Hetrathera), Elodea (Elodea
Canadensis) dan lain-lain.
3. Pengolahan
limbah domestik dengan konsep fitoremediasi dengan metoda Wetland, seperti yang
diterapkan di beberapa tempat di Bali dengan sebutan wastewater garden (WWG)
atau terkenal dengan Taman Bali seperti yang terlihat di Kantor Camat Kuta,
Sunrise School, dan Kantor Gubernur Bali. Wetland ini berupa kolam dari
pasangan batu kemudian diisi media koral setinggi 80 cm yang ditanami tumbuhan
air (Hydrophyte) selanjutnya dialirkan air limbah (grey water dan effluent dari
septictank). Air harus dijaga berada pada ketinggian 7 cm atau 10 cm dibawah
permukaan koral agar terhindar dari bau dan lalat/serangga lainnya.
-
Fungsi
penyanggah perubahan iklim
Pemeliharaan
lahan basah sangat strategis dalam mengadaptasi terjadinya perubahan iklim
akibat global warming yang disebabkan oleh kerusakan lahan basah. Pemerintah
harus mempertahankan keberadaan lahan basah. Jika dibiarkan terbakar atau rusak
maka akan melahirkan karbon beracun yang memicu global warming.
c. Fungsi sosial ekonomi dari ekosistem
lahan basah.
-
Pemeliharaan
ikan pada lahan basah dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.
Mempertahankan
lahan basah dan dimanfaatkan tempat pemeliharaan ikan memiliki nilai ekonomi
kepada masyarakat sekitarnya.
-
Penanaman
pohon sagu yang silih berganti dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.
4.
Matakuliah :
Ekologi, Ekosistem lahan basah (Wetland) Bagian II
a.
Ekologi lahan basah
-
Definisi
lahan basah
wilayah
daratan yang digenangi air atau memiliki kandungan air yang tinggi, baik
permanen maupun musiman. Ekosistemnya mencakup rawa, danau, sungai, hutan
mangrove, hutan gambut, hutan banjir, limpasan banjir, pesisir, sawah, hingga
terumbu karang.
Menurut Poniman dkk (2006), wilayah
lahan basah memiliki beberapa karakteristik yang
unik yaitu:
1. Merupakan
dataran rendah yang membentang sepanjang pesisir,
2. Merupakan
wilayah yang mempunyai elevasi rendah,
3. Beberapa
tempat dipengaruhi oleh pasang surut untuk di wilayah dekat dengan pantai,
4. Dipengaruhi
oleh musim yang terletak jauh dari pantai,
5. Sebagian
besar wilayah ini tertutupi dengan gambut.
-
Definisi
Ekologi
ilmu
yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang
lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos
("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik
interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan
lingkungannya.
-
Fungsi ekologi
lahan basah
Fungsi Ekologi Lahan Basah Cenderung Mengarah Pada Jasa
a. Lahan basah sebagai HABITAT
Merupakan habitat berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang
bernilai ekonomis (i.e padi; ikan arwana; dll) Data menunjukkan, dari 179
spesies yang dilindungi, menurut Wetland Data Base PHPA/Wetland International,
sebagian besar berhabitat di lahan basah. Daerah seperti mangrove merupakan
tempat mencari makan burung migran yang singgah dan masuk dalam konvensi
pelestarian spesies migran (Bonn convention)
b. Lahan Basah sebagai
PENGATUR FUNGSI HIDROLOGI
Tempat penampungan air (sumber air dan hujan). Pemasok air ke
aquifer (kantung air), air tanah, dan lahan basah lain didataran lebih rendah –
yang untuk selanjutnya sebagai penyedia air bagi kawasan sekitar dan menjaga
tinggi kolom air tanah untuk dimanfaatkan sebagai sumur dangkal. Menjaga iklim
mikro ekosistem sekitar lahan basah, dengan cara mempertahankan penguapan lokal
untuk menjaga kelembaban dan turunnya hujan.
Mempertahankan keberadaan lapisan air tanah guna mencegah intrusi
air laut ke daratan fungsi Lahan Basah di pesisir.
Kasus di Jakarta –
intrusi air laut karena alih fungsi lahan basah berimbas intrusi air laut
hingga radius 15 km dari pantai.
Vegetasi lahan basah memberikan pengaruh dalam proses penguapan
air dan mengurangi kecepatan aliran air permukaan sehingga melemahkan kekuatan
air yang merusak.
c. Lahan Basah untuk MENJAGA KUALITAS AIR.
Proses pengurangan
kecepatan aliran air oleh vegetasi akan berpengaruh pada percepatan pengendapan
sedimen dan penjernihan air. Vegetasi mampu menyerap unsur hara dan bahan
pencemar yang berlebihan sehingga dapat menjaga kualitas air.
Di
India, AS dan Kanada telah dibangun rawa buatan untuk mengolah limbah dari
perkotaan dan industri agar supaya difungsikan sebagai penyerap pencemaran
d. Lahan Basah sebagai PENCEGAH BENCANA ALAM
Danau atau situ, dam, rawa
dan dataran banjir mempunyai kemampuan menyimpan kelebihan air yang dicurahkan
saat musim hujan menjadi fungsi ganda untuk pencegahan banjir dan persediaan
kemarau.
Mangrove, padang lamun dan
terumbu karang mempunyai fungsi ekologis sebagai pelindung pantai dengan
kemampuannya memecah kekuatan ombak dan arus, serta membantu mengikat sedimen
dan menstabilkan substrat sehingga tidak mudah mengalami erosi.
e. Lahan Basah untuk MENJAGA SISTEM DAN PROSES-PROSES ALAMI
Vegetasi di hutan gambut
dan hutan rawa membantu proses penyerapan CO2 di udara melalui
proses fotosintesis sehingga mencegah pemanasan global tetapi lahan gambut
mempunyai resiko, dimana endapan karbon yang dikandungnya jika dilepaskan
sekaligus atau dibakar akan mempercepat proses pemanasan global.
o
Terumbu karang dapat
membentuk pulau karang dan pantai berpasir putih.
o
Mangrove
dapat mempercepat proses sedimentasi yang pada akhirnya akan membentuk lahan
baru di pesisir.
b. Pra
proposal disertasi (framework)
Bagian awal
-
Sampul proposal
|
-
|
-
Bagian utama
Bab I Pendahuluan
Bab II Tinjauan Kepustakaan
Bab III Metodologi
c. Perdagangan
karbon
Dalam konteks
perdagangan tentu ada penjual, pembeli dan barang dagangan itu sendiri, yang
diperankan secara berturut turut adalah negara-negara pemilik hutan (penyerap
karbon, carbon sink), negara-negara industri (penghasil karbon, emitor), dan
karbon (dalam senyawa CO2). Jual-beli karbon ini akan dilakukan melalui suatu
bentuk skim yang disepakati bersama secara standar internasional dan sebagai
konsekwensinya negara penjual wajib mempertahankan dan menjaga kondisi
hutannya.
Mengapa karbon
diperdagangkan?
Pada awalnya
timbul rasa ketidakpuasan dan ketidakadilan oleh negara-negara yang masih
memiliki hutan dan umumnya miskin dan berkembang yang merasa selalu ditekan
untuk tetap menjaga hutannya demi kepentingan internasional tanpa memperoleh
kompensasi apapun. Di satu sisi negara-negara ini dipaksa untuk mempertahankan
kondisi hutannya agar tetap berfungsi menyerap karbon di udara
sekaligus menjaga karbon yang ada di dalam tanah agar tidak lepas ke udara, tapi di sisi lain negara-negara industri kaya terus saja melepas CO2 melalui kegiatan industri mereka. Konon sekitar 85% emisi karbon yang ada di atmosfir berasal dari negara-negara ini. Sudah sepantasnya mereka inilah pihak yang paling bertanggung jawab dalam menciptakan pemanasan global. Nah, agar kita tidak hanya bertugas menjaga hutan saja maka disusunlah mekanisme perdagangan karbon yang dimaksudkan sebagai kompensasi tugas jaga tersebut.
sekaligus menjaga karbon yang ada di dalam tanah agar tidak lepas ke udara, tapi di sisi lain negara-negara industri kaya terus saja melepas CO2 melalui kegiatan industri mereka. Konon sekitar 85% emisi karbon yang ada di atmosfir berasal dari negara-negara ini. Sudah sepantasnya mereka inilah pihak yang paling bertanggung jawab dalam menciptakan pemanasan global. Nah, agar kita tidak hanya bertugas menjaga hutan saja maka disusunlah mekanisme perdagangan karbon yang dimaksudkan sebagai kompensasi tugas jaga tersebut.
Hubungannya
dengan ekologi lahan basah.
Lahan basah harus dipertahankan oleh
setiap negara dan membiarkan berkembangnya ekosistem terutama lahan gambut
harus terjaga, hutan mangrov dan hutan lahan basah lainnya berguna untuk
menyerap karbon, disamping fungsi lahan basah lainnya sebagai pencegah banjir
dan persediaan air tawar.
5.
Matakuliah :
Ekosistem dan keanekaragaman hayati (Bagian I)
-
Nilai penting
biodiversitas bagi manusia
-
Faktor-faktor yang menyebabkan
degradasi biodiversitas
Faktor Penyebab Menghilangnya
Keanekaragaman Hayati
1.
Hilangnya Habitat
Daftar
Merah IUCN (Internasional Union for Conservation of Nature) menunjukkan bahwa
hilangnya habitat yang diakibatkan dari manajemen pertanian dan hutan yang
tidak berkelanjutan yang menjadi penyebab terbesar dari hilangnya
keanekaragaman hayati. Jumlah penduduk yang semakin bertambah menyebabkan
semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Sedangkan lahan yang tersedia
bagi hewan dan tumbuhan semakin sempit yang digunakan sebagai tempat tinggal
penduduk, dibabak untuk lahan pertanian atau dijadikan lahan industri.
2.
Pencemaran Tanah, Udara, dan Air
Zat
pencermar (polutan) merupakan produk buangan yang dihasilkan dari aktivitas
manusia. Polutan mencemari air, udara, dan tanah. Polutan berbahaya bagi
organisme. Nitrogen dan sulfur oksida yang dihasilkan dari kendaraan bermotor
yang jika bereaksi dengan air maka membentuk hujan asam yang merupakan hujan
yang merusak ekosistem. Berlebihan menggunaan chlorofluorocarbon (CFC)
menyebabkan lapisan ozon yang terdapat di atmosfer berlubang. Dampak dari
masalah tersebut adalah intensitas sinar ultraviolet yang masuk ke bumi semakin
meningkat yang mengakitbakan berbagai masalah-masalah seperti berkurangnya
biomassa fitoplankton di lautan yang menyebabkan terganggunya keseimbangan dari
rantai makanan organisme.
3.
Perubahan Iklim
Sebagian
penyebab dari perubahan Iklim adalah pencemaran udara oleh gas karbon dioksida
(CO2) yang dapat menyebabkan efek rumah kaca. Menurut pendapat Raven (1995),
efek rumah kaca yang meningkatkan suhu udara 1-3 C dengan jangka waktu sekitar
100 tahun. Kenaikan suhu tersebut menyebabkan es dikutub akan mencair dan
menyebabkan kenaikan permukaan sekitar 1-2 m yang berakibat terjadinya
perubahan struktur dan fungsi ekosistem lautan.
4.
Eksploitasi Tanaman dan Hewan
Eksploitasi
tumbuhan dan hewan secara berlebihan biasanya untuk komoditas yang nilai
ekonomi tinggi, seperti kayu hutan untuk bahan bangunan dan ikan tuna sirip
kuning yang berharga mahal dan banyak diminati, namun hal ini mengakibatkan
efek negatif bagi kepunahan spesies, apalgi tidak diimbangi dengan usaha
pengembangbiakkannya.
5.
Adanya Spesies Pendatang
Masuknya
spesies dari luar ke suatu daerah seringkali mendesak spesies lokal yang
sebenarnya merupakan spesies penting dan langka yang terdapat didaerah
tersebut. Sebagian spesies asing tersebut dapat menajdi invasih dengan
menguasai ekosistem. Contohnya ikan pelangi (Melanotaenia ayamaruensis) merupakan
spesies endemik Danau Ayamaru, Papua Barat. Ikan pelangi terancam punah karena
dimangsa oleh ikan mas (Cyprinus carpio) yang dibawa dari jepang dan
menjadi spesies yang invasif di danau tersebut.
6.
Industrilisasi Pertanian dan Hutan
Umumnya
para petani menanam tumbuhan atau memelihara hewan yang sifatnya unggul dan
menguntunkan, sedangkan bagi tumbuhan dan hewan yang kurang unggul dan kurang
menguntungkan akan disingkirkan. Selain dari itu, jika suatu lahan pertanian
atau hutan industri umumnya hanya ditanami oleh satu jenis tanaman
(monokultur), seperti karet, teh, dan kopi. Dampaknya akan menurunkan
keanekaragaman hayati tingkat spesies.
-
Langkah-langkah
manajemen yang mesti ditempuh dalam pengendalian biodiversitas
Berikut ini upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
melestarikan keanekaragaman hayati di Indonesia antara lain sebagai berikut:
1.
Perlindungan alam
Alam
merupakan tempat manusia hidup sekaligus tempat untuk memperoleh bahan
kebutuhannya. Dari alam, manusia mendapatkan makanan dan energi. Kebutuhan
manusia yang diperoleh dari lingkungannya bukan hanya sesaat, melainkan selama
spesies itu ada sehingga kebutuhan itu tetap ada, bahkan makin meningkat. Untuk
dapat menyediakan kebutuhan hidup secara berkesinambungan itu, manusia harus
selalu berusaha menjaga kelestarian keanekaragaman hayati. Perlindungan dan
pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia telah dilaksanakan semenjak
pemerintahan Hindia Belanda, tepatnya tahun 1912, yang berpusat di Bogor.
Setelah merdeka, perlindungan alam dilaksanakan oleh Departemen Kehutanan dan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.
Perlindungan
alam dapat dikelompokkan menjadi perlindungan alam umum dan perlindungan alam
khusus.
a. Perlindungan alam
umum Perlindungan alam secara umum berarti melindungi semua komponen alam
secara keseluruhan yang meliputi kesatuan flora, fauna, dan tanahnya.
Perlindungan alam secara umum dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai
berikut:
·
Perlindungan alam ketat adalah
perlindungan alam yang tidak memperbolehkan campur tangan manusia dalam usaha
perlindungannya. Biasanya daerah ini digunakan untuk kepentingan ilmiah atau
penelitian, misalnya, Taman Nasional Ujung Kulon dan Pulau Panaitan
·
Perlindungan alam terbimbing adalah
perlindungan alam di bawah bimbingan para ahli, misalnya di kebun raya dan
taman nasional
·
Taman nasional. Biasanya meliputi
daerah yang luas, tidak boleh ada bangunan tempat tinggal maupun industri, dan
biasanya berfungsi sebagai tempat rekreasi. Beberapa contoh taman nasional
yaitu Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (+ 15.000 ha), Taman Nasional
Kerinci Seblat (+ 1,5 juta ha), dan Taman Nasional Meru Betiri (+ 50.000 ha).
Ciri-ciri taman nasional, antara lain: (a) tersedianya kawasan yang cukup luas
bagi pengembangan satu atau lebih ekosistem yang tidak banyak dijamah oleh
manusia. Dalam kawasan ini berkembang jenis tanaman dan hewan yang memiliki
nilai ilmiah; (b) karena kepentingannya yang khas bagi ilmu pengetahuan,
pengelolaannya berada di tangan pemerintah; (c) karena memiliki unsur ilmu
pengetahuan dan daya tarik ilmiah, kawasan ini dapat dikunjungi dan dikelola
untuk kemanfaatan manusia, tanpa mengubah ciri-ciri ekosistem
b. Perlindungan alam
khusus Perlindungan alam khusus berarti melindungi unsur alam tertentu. Sebagai
contoh perlindungan botani untuk melindungi tumbuhan tertentu; perlindungan
zoologi untuk melindungi hewan tertentu; perlindungan geologi untuk melindungi
formasi geologi tertentu; perlindungan antropologi untuk melindungi suku bangsa
tertentu; dan perlindungan suaka margasatwa untuk melindungi hewan tertentu.
2.
Pengawetan hutan
Hutan
adalah ciptaan Tuhan yang merupakan sumber keanekaragaman hayati yang sangat
besar manfaatnya bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya sehingga kita harus
memelihara keaslian hutan tersebut. Akan tetapi, akhir-akhir ini manusia
cenderung melakukan perusakan hutan. Hutan yang terpelihara dengan baik dapat
memperkaya hidup manusia secara material dan spiritual sehingga manusia harus
berusaha untuk memelihara semaksimal mungkin keanekaragam hayati tersebut.
Adapun tujuan dari pengawetan hutan, antara lain, sebagai berikut.
-
Menjaga keanekaragaman hayati, baik
flora maupun fauna, dengan mencegah tindakan manusia yang dapat merusak
macam-macam flora dan fauna yang masih asli
-
Menjaga keseimbangan air di musim
penghujan dan musim kemarau. Humus menggemburkan tanah. Tanah yang gembur mampu
menahan air hujan. Selain itu, pada musim kemarau, sungai dan sumur tetap
berair karena air-air tanah itu keluar sebagai mata air
-
Mencegah erosi. Permukaan tanah
mudah tererosi. Tanah terlindung oleh humus dan terikat akar. Pada saat terjadi
hujan humus akan menghambat terlemparnya butiran-butiran tanah permukaan dari
tempatnya sehingga terhindarlah dari erosi
-
Mencegah banjir. Terjadinya erosi
akibat hutan gundul menyebabkan berkurangnya humus serta pendangkalan sungai dan
danau sehingga dapat terjadi banjir pada musim penghujan
-
Sumber perekonomian. Penyediaan kayu
untuk berbagai industri terpentin dan rotan merupakan hasil hutan yang sangat
besar pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia
Tindakan yang dapat dilakukan untuk pengawetan hutan
diantaranya sebagai berikut:
-
Tidak melakukan penebangan pohon di
hutan secara semena-mena, tetapi dilakukan dengan sistem tebang pilih
-
Mengusahakan agar penebangan pohon
diimbangi dengan penanaman kembali
-
Mengadakan peremajaan hutan dan
reboisasi, yaitu menanami kembali bekas hutan yang telah rusak
-
Mencegah kebakaran. Kerusakan hutan
yang paling besar terjadi karena kebakaran. Jika terjadi kebakaran hutan, harus
diusahakan pemadaman secepat mungkin
3.
Perlindungan margasatwa
Menjaga
keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekosistem, harus diusahakan agar tidak
ada satu atau lebih komponen ekosistem yang mengalami kepunahan. Oleh sebab
itu, usaha pelestarian keanekaragaman hayati harus dilakukan secara terpadu,
artinya dalam suatu pelestarian itu, seluruh komponen ekosistem harus
dilestarikan secara keseluruhan. Sikap manusia sangat berpengaruh terhadap
perlindungan satwasatwa langka yang mulai terancam kepunahan ini. Manusia harus
sadar bahwa makhluk hidup apa pun jika telah punah, keberadaannya di alam tidak
dimungkinkan lagi. Upaya untuk melestarikan hewan-hewan langka adalah sebagai
berikut :
-
Membuat undang-undang perburuan
dengan aturan-aturannya yang meliputi batas-batas daerah perburuan, masa berburu,
jumlah hewan yang boleh diburu, jenis hewan, umur, jenis kelamin hewan, dan
yang paling penting adalah hasil buruan tidak untuk diperjualbelikan
-
Membiakkan hewan-hewan langka yang
hampir punah, misalnya dengan mengisolasi hewan-hewan tertentu, memelihara, dan
membiakkannya kemudian dilepaskan kembali ke asalnya
-
Memindahkan hewan langka yang hampir
punah ke tempat lain yang habitatnya lebih sesuai dan lebih aman
-
Mengambil telur hewan-hewan tertentu
pada saat tertentu untuk kemudian menetaskannya, membiakkannya, dan
mengembalikannya ke habitat semula
6.
Matakuliah :
Ekosistem dan keanekaragaman hayati (Bagian II)
a.
Pengayaan spesies dengan variasi
fenotip
Fenotipe ialah penyebab terjadinya
variasi dalam satu jenis, fenotipe merupakan factor lingkungan dan factor gen,
sehingga dapat dituliskan rumus :
F=G+L
·
F= Fenotipe atau sifat yang tampak
·
G= Genotipe atau sifat yang tidak
tampak dalam gen
·
L= Lingkungan
-
Pengayaan spesies dengan variasi
genotip
-
Variasi genetik adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan variasi dalam urutan DNA di setiap genom. Variasi genetik yang
membuat kita semua unik atau berbeda, baik dalam hal warna rambut, warna kulit
atau bahkan bentuk wajah kita.
-
Variasi Genetik yaitu variasi yang dihasilkan oleh
factor keturunan (gen) yang bersifat kekal dan diwariskan secara turun temurun
dari satu sel ke sel yang lain. Jika gen berubah, maka sifat-sifat pun akan
berubah. Sifat-sifat yang ditentukan oleh gen disebut genotif. Ini dikenal
sebagai pembawa.
-
Variasi non genetik atau variasi lingkungan yaitu yang
ditentukan oleh factor lingkungan seperti intensitas cahaya, kelembaban, pH
tanah, dll. Keadaan factor-faktor lingkungannya sama dengan pohon yang pertama,
sekalipun demikian hasil panennya berbeda. Pengetahuan yang memadai tentang
komposisi lingkungan akan menentukan genotif yang sesuai untuk kondisis
tertentu.
b.
Ekosistem service,
perubahan hutan gambut primer menjadi kebun kelapa sawit skala besar.
Dampak
negatif yang terungkap dari aktivitas perkebunan kelapa sawit diantaranyai:
1. Persoalan
tata ruang, dimana monokultur, homogenitas dan overloads konversi. Hilangnya
keaneka ragaman hayati ini akan memicu kerentanan kondisi alam berupa
menurunnya kualitas lahan disertai erosi, hama dan penyakit.
2. Pembukaan lahan sering kali
dilakukan dengan cara tebang habis dan land clearing dengan cara pembakaran
demi efesiensi biaya dan waktu.
3. Kerakusan
unsur hara dan air tanaman monokultur seperti sawit, dimana dalam satu hari
satu batang pohon sawit bisa menyerap 12 liter (hasil peneliti lingkungan dari
Universitas Riau) T. Ariful Amri MSc Pekanbaru/ Riau Online). Di
samping itu pertumbuhan kelapa sawit mesti dirangsang oleh berbagai macam zat
fertilizer sejenis pestisida dan bahan kimia lainnya.
4. Munculnya
hama migran baru yang sangat ganas karena jenis hama baru ini akan mencari
habitat baru akibat kompetisi yang keras dengan fauna lainnya. Ini disebabkan
karena keterbatasan lahan dan jenis tanaman akibat monokulturasi.
5. Pencemaran
yang diakibatkan oleh asap hasil dari pembukaan lahan dengan cara pembakaran
dan pembuangan limbah, merupakan cara-cara perkebunan yang meracuni
makhluk hidup dalam jangka waktu yang lama. Hal ini semakin merajalela
karena sangat terbatasnya lembaga (ornop) kemanusiaan yang melakukan kegiatan
tanggap darurat kebakaran hutan dan penanganan Limbah.
6. Terjadinya
konflik horiziontal dan vertikal akibat masuknya perkebunan kelapa sawit. sebut
saja konflik antar warga yang menolak dan menerima masuknya perkebunan sawit
dan bentrokan yang terjadi antara masyarakat dengan aparat pemerintah akibat
sistem perijinan perkebunan sawit.
7. Selanjutnya,
praktek konversi hutan alam untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit
seringkali menjadi penyebab utama bencana alam seperti banjir dan tanah longsor
7.
Matakuliah : Sosio
Ekonomi Lingkungan
1.
A. Perbedaan Ekonomi Lingkungan dan Ekonomi
Sumberdaya
a.
Ekonomi lingkungan
ilmu
yang mempelajari perilaku atau kegiatan manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya
Alam (SDA) dan lingkungannya yang terbatas sehingga fungsi atau peranan SDA dan
lingkungan tersebut dapat dipertahankan dan bahkan penggunaannya dapat
ditingkatkan dalam jangka panjang atau berkelanjutan.
Dari
sudut pandang ekonomi, masalah lingkungan timbul, karena biaya lingkungan tidak
dimasukkan ke dalam biaya produksi, sehingga menyebabkan kerugian bagi orang
lain atau pasar. Dalam hal ini, masalah lingkungan menyebabkan inefisiensi
alokasi sumber daya alam dan lingkungan dalam proses produksi.
Dalam
konteks tersebut, SDA dan lingkungan menjadi (1)penyedia bahan baku (2)penyedia
fasilitas (3) wadah untuk limbah
Dampak
pencemaran SDA dan lingkungan, yang menimbulkan biaya yaitu:
·
Menurunnya
kuantitas SDA dan lingkungan sebagai penyedia bahan baku
·
Menurunnya
kualitas SDA dan lingkungan sebagai fungsi dasar ekologis
·
Menimbulkan
ketidaknyamanan pada manusia
·
Memberikan
dampak yang buruk kepada kesehatan dan produktivitas
b.
Ekonomi Sumberdaya
-
Ekonomi sumber daya alam berkaitan
dengan pasokan, permintaan, dan alokasi sumber daya alam bumi. Salah satu
tujuan utama dari ekonomi sumber daya alam adalah untuk lebih memahami peran
sumber daya alam dalam perekonomian dalam rangka mengembangkan metode yang
lebih berkelanjutan dalam mengelola sumber daya tersebut guna memastikan
ketersediaannya untuk generasi mendatang.
-
Ekonomi sumber daya alam adalah bidang
transdisipliner penelitian akademis dalam ilmu ekonomi yang bertujuan untuk
mengatasi hubungan dan saling ketergantungan antara ekonomi manusia dengan
ekosistem. Fokusnya adalah bagaimana mengoperasikan ekonomi dalam batasan
ekologi sumber daya alam. Ekonomi dan bidang kebijakan berfokus pada aspek
manusia dari masalah lingkungan. Ekonomi sumber daya alam juga berkaitan dengan
energi. Thermoeconomists berpendapat
bahwa sistem ekonomi selalu melibatkan materi, energi, entropi, dan informasi.
Thermoeconomics didasarkan pada proposisi bahwa peran energi dalam evolusi
biologis harus didefinisikan dan dipahami melalui hukum kedua termodinamika tetapi
dalam hal ekonomi seperti kriteria produktivitas, efisiensi, dan terutama biaya
dan manfaat dari berbagai mekanisme untuk menangkap dan memanfaatkan energi
yang tersedia untuk membangun biomassa dan melakukan kerja. Akibatnya, ekonomi
sumber daya alam sering dibahas dalam bidang ekologi ekonomi, yang dengan
sendirinya terkait dengan bidang keberlanjutan dan pembangunan berkelanjutan.
c.
Perbedaan
ekonomi lingkungan dengan ekonomi sumberdaya
Pada
ekonomi lingkungan mengkaji biaya-biaya yang timbul akibat pengeksploitasian
SDA, sedangkan ekonomi sumberdaya alam semata-mata hanya mengkaji keuntungan
yang didapatkan dari eksploitasi sumber daya alam guna untuk pembangunan
berkelanjutan
B. Ekonomi lingkungan tidak ramah pada ekonomi
mikro
-
Ekonomi
lingkungan
ilmu yang
mempelajari perilaku atau kegiatan manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya Alam
(SDA) dan lingkungannya yang terbatas sehingga fungsi atau peranan SDA dan
lingkungan tersebut dapat dipertahankan dan bahkan penggunaannya dapat
ditingkatkan dalam jangka panjang atau berkelanjutan.
Dari sudut pandang
ekonomi, masalah lingkungan timbul, karena biaya lingkungan tidak dimasukkan ke
dalam biaya produksi, sehingga menyebabkan kerugian bagi orang lain atau pasar.
Dalam hal ini, masalah lingkungan menyebabkan inefisiensi alokasi sumber daya
alam dan lingkungan dalam proses produksi.
Dalam konteks
tersebut, SDA dan lingkungan menjadi (1)penyedia bahan baku (2)penyedia
fasilitas (3) wadah untuk limbah
-
Ekonomi
mikro
cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku konsumen dan
perusahaan serta penentuan harga-harga pasar dan kuantitas faktor input,
barang, dan jasa yang diperjualbelikan. Ekonomi mikro meneliti bagaimana
berbagai keputusan dan perilaku tersebut memengaruhi penawaran dan
permintaan atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga; dan bagaimana harga,
pada gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa
selanjutnya.[1][2] Individu yang melakukan kombinasi konsumsi
atau produksi secara optimal, bersama-sama individu lainnya di pasar, akan
membentuk suatu keseimbangan dalam skala makro; dengan asumsi bahwa semua hal
lain tetap sama (ceteris paribus).
Kebalikan dari ekonomi mikro ialah ekonomi makro, yang membahas aktivitas ekonomi secara
keseluruhan, terutama mengenai pertumbuhan
ekonomi, inflasi, pengangguran, berbagai kebijakan perekonomian yang
berhubungan[1], serta dampak atas beragam tindakan
pemerintah (misalnya perubahan tingkat pajak) terhadap hal-hal
tersebut.[3]
-
Penjelasan
Ekonomi lingkungan tidak ramah terhadap
ekonomi mikro.
Ekonomi mikro dalam
jangka panjang pasti akan berdampak kepada kerusakan alam/lingkungan, oleh
karena itu jelas tidak ramah terhadap ekonomi lingkungan. Konsep baru yang
ditawarkan dari praktik ekonomi mikro harus mengacu kepada pembangunan
berkelanjutan (swistainable development) yang merupakan hasil komprensi Rio de
Jeneiro 1992. Semua negara berkembang harus melahirkan undang-undang lingkungan
hidup yang tujuannya adalah ramah terhadap lingkungan.
2.
Eksternalitas dan penyebab munculnya
Eksternalitas adalah biaya yang harus ditanggung
atau manfaat tidak langsung yang diberikan dari suatu pihak akibat aktivitas
ekonomi.[1]
Eksternalitas sering disinggung ketika muncul dampak negatif dari suatu
aktivitas ekonomi.
Contoh eksternalitas yaitu pencemaran udara
yang mengganggu kesehatan dan lingkungan dan semua itu harus ditanggung oleh
masyarakat sendiri. Contoh eksternalitas yang positif yaitu individu yang
alergi terhadap imunisasi diuntungkan oleh masyarakat yang telah diimunisasi
karena penyebaran penyakit tidak sampai ke individu tersebut. Kredit karbon
adalah salah satu mekanisme pembayaran atau mengambil keuntungan dari faktor
eksternalitas.
Jika eksternalitas telah jelas
terlihat, maka pelaku aktivitas ekonomi dapat diberikan pilihan atau diwajibkan
untuk membayar dampak tersebut atau mengklaim keuntungan yang telah
diberikannya melalui undang-undang yang berlaku. Atau pelaku aktivitas ekonomi
dapat mengubah produk atau metode produksinya untuk meminimalisir dampak
negatif eksternal.
Eksternalitas itu dapat terjadi dari
empat interaksi ekonomi berikut ini :
1. Efek
atau dampak satu produsen terhadap produsen lain (effects of producers on
other producers).
2. Efek
atau dampak samping kegiatan produsen terhadap konsumen (effects of
producers on consumers)
3. Efek atau dampak dari suatu konsumen
terhadap konsumen lain (effects of consumers on consumers)
4. Efek akan dampak dari suatu konsumen
terhadap produsen (effects of consumers on producers)
3.
Hubungan antara ekonomi dan lingkungan
Hubungan antara
pertumbuhan ekonomi dan lingkungan secara umum dianggap ontroversial. Teori
ekonomi tradisional memosisikan trade-off antara pertumbuhan ekonomi dan
kualitas lingkungan. Sejak awal 1990-an, literatur empiris dan teoretis
berkembang pesat pada Kurva Lingkungan Kuznets (EKC) yang hasilnya telah
menyimpulkan bahwa hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan lingkungan bisa
menjadi positif; dan karenanya pertumbuhan merupakan prasyarat untuk perbaikan
lingkungan.
Dalam kegiatan
ekonomi produksi dan konsumsi suatu barang dapat menimbulkan manfaat atau
menghasilkan produk yang bernilai guna pada pemiliknya atau pada orang lain.
Sebaliknya, kegiatan ekonomi juga dapat menghasilkan dampak yang merugikan atau
menurunkan daya guna bagi orang lain. Keadaan suatu proses dapat menimbulkan
manfaat maupun kerugian pada orang lain disebut eksternalitas (Grafton, et al.,
2004).
Dalam konsep
ekonomi pencemaran merupakan suatu eksternalitas yang terjadi jika satu atau lebih
individu mengalami atau menderita kerugian berupa hilangnya kesejahteraan
mereka (Monke & Pearson, 1989). Meskipun setiap kegiatan ekonomi dapat
menimbulkan eksternalitas, ahli ekonomi tidak merekomendasikan untuk
menghilangkan eksternalitas. Hal ini karena ekternalitas optimal tidak harus
sama dengan nol. Pandangan bahwa bebas eksternalitas bukan merupakan keputusan
yang optimal, dapat dijelaskan dengan dua hal, yaitu: pada dasarnya lingkungan
itu cenderung memiliki kemampuan asimilatif sehingga pada tingkat pencemaran
tertentu, lingkungan masih dapat mengatasi secara alamiah; dan kenyataan
menunjukkan bahwa pada tingkat tertentu, kegiatan ekonomi masih mampu mengatasi
persoalan pencemaran ini dengan menggunakan teknologi pembersih limbah (Turner &
Pearce, 1991).
8.
Matakuliah :
Filsafat ilmu dan isu-isu kontemporer
JURNAL PENELITIAN YANG SUDAH PENULIS BACA
No
|
Author, year
|
Title
|
Tools
|
Variables
|
Findings
|
Limitation
|
Conclusion and Discussion
|
Implication
|
Results
|
1
|
S.Elancheliyan
1, Dr J. Krishnakumar. 10 oktober 2013
|
Environmental
noise from construction site power
systems and its mitigation.
Kebisingan
lingkungan dari suara genset dan mitigasinya.
|
Noise intensity is measured in
decibel units [1], [2]. The decibel
scale is
logarithmic; each 10-decibel increase represents a tenfold increase in noise
intensity
|
Power
Generators, Noise Effects, Noise Mitigation
|
Engine exhaust – Without an exhaust silencer, this
ranges from 120 dB(A) to 130 dB(A) or more and is usually reduced
by a
minimum of 15 dB(A) with a standard silencer.
Suara
bising mesin tanpa peredam bunyi, berkisar dari 120(dB) sampai 130 (Db) atau
lebih dan biasanya turun 15(dB) melalui pemasangan alat standar peredam .
|
Generator noise.
Suara bisisng genset.
|
1. Perlu program perlindungan pendengaran dan kesadaran yang
efektif.
2. Mitigasi thdp kebisingan genset adalah subjek penting. |
Perlu diadakan peredam bunyi generator melalui alat perisai generator.
-
|
Penurunan kebisingan dapat dilakukan dengan
memasang alat peredam suara pd mesin genset.
|
2
|
Linda
Tondobala.
Mei 2011
|
PEMAHAMAN TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA
DAN
TINJAUAN TERHADAP KEBIJAKAN DAN PERATURAN TERKAIT
|
1.Undang-Undang No.26 Tahun 2007
tentang
Penataan Ruang.
2.
Kawasan rawan bencana gempa bumi.
(indo, 240 gunung api.
70
gunung api aktif.)
|
Mitigasi
Bencana dan Penyelenggaraan Penataan Ruang di sulawesi.
|
Sehubungan indonesia timur rawan gempa,
perlu dilakukan penataan ruang sesuai UU no. 26 tahun 2007.
1. perlu perencanaan pembangunan ekonomi wilayah
dan kota.
2. Perlu pembangunan kependudukan,
sosial dan budaya.
|
Rencana tata ruang, menghindari dampak
bencana gempa bumi di sulawesi
|
1. Perlu diarsir peta resiko bencana di
Sulawesi.
2. Perlu di rencanakan peta sumber daya
a. peta rencana pembangunan ekonomi dan
kota
b. Peta renacana pembangunan penduduk
sosial dan budaya
|
Untuk meminimalisir bencana alam, perlu
diketahui ruang resiko bencana dan perlu direncanakan dimana pembangunan ekonomi , perkotaan
serta dimana rencana pembangunan kependudukan , sosial dan budaya.
|
Mitigasi
bencana alam
|
3
|
Tri Joko Sri Haryono1, Toetik Koesbardiati, Sri Endah Kinasih.
2010
|
Model
Strategi Mitigasi Berbasis Kepentingan Perempuan pada
Komunitas
Survivor di Wilayah Rawan Banjir
Mitigation
Strategic Model Based of Woman Needsr,in Survivor
Community
At flood areas
|
komunitas survivor, mitigasi, manajemen bencana berbasis
gender, penanganan bencana,
|
Mitigasi
dan manajemen bencana berbasis gender,
|
Indonesia rawan bencana;
Bencana Geologi(gempa bumi,
gunung api, longsor, tsunami)
Bencana Hidrometeorologi (banjir)
|
1)
faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya bencana
banjir
di Jawa Timur khususnya Kabupaten Lamongan dan Bojonegoro? 2) bagaimana
pandangan
masyarakat
(baik laki-laki maupun perempuan) terhadap bencana banjir? dan 3) bagaimana
penyusunan
kebijakan
mitigasi di Kabupaten Lamongan dan Bojonegoro, apakah sudah sesuai gender
|
Managemen Penanganan bencana melibatkan laki dan perempuan.
|
Dalam penangan bencana agar jangan
didominasi kaum pria, juga bisa melibatkan perempuan
|
Meminimalisir
korban bencana dengan pemberdayaan
pria dan wanita
|
4
|
Jay R. Sklar.
2003
|
Interference
Mitigation
Approaches
for the Global
Positioning
System
(Pendekatan
pengaruh mitigasi dalam GPS)
|
The satellite-based Global Positioning System
(GPS)
Satelit GPS
|
Interference
Mitigation
Approache.for
GPS
(pendekatan
pengaruh mitigasi dengan GPS)
|
Evolusi GPS dalam meliter terus
berkembang utk kegunaan sipil dan meliter seluruh dunia
|
GPS for mitigation
|
Satelit GPS menjadi suatu alat penting
utk meliter dan sipil.
Performance Satelit GPS masa depan
semangkin berkualitas tinggi, terhindar dari ganngguan gangguan, saat ini
sedang diadakan perbaikan uji di laboratorium lincon
|
Penggunaan satelit GPS semangkin lancar
|
Teknologi
Mempermudah manusia
|
5
|
Setya Winarno. Tahun 2011
|
House Seismic Vulnerability And
Mitigation Strategies: Case Of Yogyakarta City
(kerentanan seismik terhadap rumah
dan strategi mitigasi, kasus di jokjakarta)
|
Survey 402 rumah di Jogjakarta
|
kerentanan gempa rumah di Kota
Yogyakarta sebagai salah satu bahaya gempa tinggi
|
84,8% rumah di
Yogyakarta rentan terhadap gempa
|
Gempa jogjakarta
|
A. kerentanan gempa terhadap rumah jogjakarta karena (1) kurangnya pengetahuan dengan pembangun, (2) kurangnya kesadaran, dan (3) tidak adanya komitmen politik.
B. . Menonjol mitigasi strategi adalah (1) komitmen politik yang lebih luas dari pemerintah dan legislatif papan, (2) kesadaran berhubungan dengan gempa oleh semua pemangku kepentingan untuk proses pembangunan, dan (3) pengetahuan yang diperlukan. pembangun untuk memberikan konstruksi akhir-produk tahan gempa |
Membangun
rumah kedepan harus menggunakan bahan
resisten terhadap gempa.
|
peningkatan
kinerja seismik rumah di kota-kota besar di Indonesia adalah
sangat diperlukan. |
6
|
Irianto Uno.
Tahun 2012
|
POTENSI BAHAN GALIAN DAN
MITIGASI BENCANA ALAM
DI WILAYAH SULAWESI TENGAH
|
Proses geologi, bahan galian, potensi bencana
|
optimalisasi terhadap pemanfaatan bahan galian dan secara bijak mengelola
lingkungan
|
proses geologi tersebut juga terkait dengan
potensi bencana.
|
Bahan galian di sulawesi
|
Sulawesi meiliki potensi sumber daya
galian A,B dan C.
Perlu dilakukan strategi
penanggulanagan bencana merujuk pada
1. landasan global; ISDR
2.Asian agreement on disarter
managemennt and emergency response
3.Rencana aksi Beijing
4. Strategi Yokohama
5. kerangka aksi hyogo
6.Landasan Nasional
|
Perlu disusun perencanaan
penangulanagan bencana dan mitigasi
|
pada dasarnya proses yang terjadi di bumi ini disatu sisi
memunculkan potensi sumber daya dan di sisi lainnya dapat menghadirkan
potensi bencana.
|