Meninjau Kerajaan Melayu Islam Di Pontianak Kalimantan Barat
Pada
suatu hari di bulan desember 2015 Penulis pergi ke Pontianak Kalimantan Barat
meninjau silsilah dan kerajaan melayu Islam di Pontianak Kalimantan Barat. Keberangkatan
dimulai dengan penerbangan Garuda Airways dari Sultan Syarif Kasim pekanbaru
menuju jakarta tepat pukul 09.00 pagi. Penerbangan disambung lagi dari jakarta
Soekarno Hatta Airport menuju bandara Supadio kalimantan barat tepat pukul
02.00 sore, sampai di kalimantan pukul 04.00 sore. Bagi penulis destinasi
menuju kalimantan adalah yang pertama kali. Keindahan pulau kalimantan yang
hijau kelihatan dari atas pesawat, terutama ketika pesawat hampir mendarat. jumlah
penduduk Kalimantan Barat adalah sekitar 5.323.985 jiwa terdiri dari suku Dayak
(55 %), Tionghoa ( 18 ), Melayu (17 % ), Jawa (18 %), dll (10 %).
Penulis
menginap di Hotel Aston, pada sore menjelang senja menyempatkan diri
melihat-lihat kota Pontianak. Penulis sempat menikmati kopi hitam Pontianak
dengan cangkir tembikar berbibir tebal. Sepintas mata memandang kelihatan
gadis-gadis yang molek sebagai pelayan café kedai china. Selepas shalat
maghrib, penulis menikmati hidangan kuliner Seafood ala kalimantan, hidangan
terasa nikmat diiringi oleh musik ngamen jalanan yang menghampiri restoran
malam tempat penulis singgah.
Pada pagi keesokan
harinya selesai menikmati sarapan di hotel Aston, perjalan pertama penulis
adalah menuju kantor perpustakaan dan arsip kotamadya pontianak, kehadiran saya
disambut langsung oleh Kepala Kantor, setelah berdiskusi beberapa jam tentang
informasi budaya dan sejarah akhirnya penulis langsung menuju tempat-tempat
bersejarah yang diinformasikan kepala kantor perpustakaan arsip kota pontianak
tadi.
Penulis menghampiri
istana kerajaan melayu pontianak yang berdiri pada abad 17. Kerajaan ini adalah
turunan campuran melayu bugis dan turunan Arab. Kerajaan ini didirikan oleh
Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie yang memerintah pada tahun (1771 – 1819 ). Selanjutnya diteruskan oleh
putra mahkotanya yaitu ( Sultan syarif Osman Alkadrie ) tahun (1819 -1855). Kerajaan
selanjutnya dipimpin oleh Sultan syarif Hamid I Alkadrie tahun (1855 -1872),
seterusnya Sultan Syarif Yusuf Alkadrie (1872 – 1895), seterusnya Sultan Syarif
Muhammad Alkadrie (1895 -1944), kemudian Sultan Syarif Thaha memimpin dari
tahun (1944 – 1945 ), dan kerajaan melayu pontianak terakhir adalah Sultan
Syarif Hamid II ( 1945 – 1971). Kerajaan Melayu Islam Pontianak ini berdasarkan
hukum Syar’i yang bersumber dari Al quran dan Hadits negeri ini semasa kerajaan
islam sangat berjaya dan rakyat makmur sejahtera.
Penduduk Islam
pontianak adalah penduduk yang taat beribadah ditandai dengan berdirinya masjid
kerajaan dipinggir sungai Kapuas sejak abad 17. Seluruh bahan mesjid ini
terdiri dari kayu hutan kalimantan pilihan, terbukti bangunan ini masih utuh
sampai sekarang.
Kesultanan pontianak mengalami 25 tahun tanpa pemimpin
setelah Sultan Hamid I wafat. Pada tanggal 30 maret 1978 Sultan Hamid I adalah
menteri negara pada era kemerdekaan yang merancang lambang garuda pancasila.
Tanggal 15 Januari 2004 Syarif Abu Bakar Bin Syarif Mahmud
Alkadrie bergelar pangengan was perdana agung dinobatkan sultan pontianak ke
IX.
Masterplan Istana Kerajaan Pontianak yang baru