Selasa, 19 Juli 2016

Meninjau Kerajaan Melayu Islam Pontianak Kalimantan Barat





Meninjau Kerajaan Melayu Islam Di Pontianak Kalimantan Barat

Pada suatu hari di bulan desember 2015 Penulis pergi ke Pontianak Kalimantan Barat meninjau silsilah dan kerajaan melayu Islam di Pontianak Kalimantan Barat. Keberangkatan dimulai dengan penerbangan Garuda Airways dari Sultan Syarif Kasim pekanbaru menuju jakarta tepat pukul 09.00 pagi. Penerbangan disambung lagi dari jakarta Soekarno Hatta Airport menuju bandara Supadio kalimantan barat tepat pukul 02.00 sore, sampai di kalimantan pukul 04.00 sore. Bagi penulis destinasi menuju kalimantan adalah yang pertama kali. Keindahan pulau kalimantan yang hijau kelihatan dari atas pesawat, terutama ketika pesawat hampir mendarat. jumlah penduduk Kalimantan Barat adalah sekitar 5.323.985 jiwa terdiri dari suku Dayak (55 %), Tionghoa ( 18 ), Melayu (17 % ), Jawa (18 %), dll (10 %).

Penulis menginap di Hotel Aston, pada sore menjelang senja menyempatkan diri melihat-lihat kota Pontianak. Penulis sempat menikmati kopi hitam Pontianak dengan cangkir tembikar berbibir tebal. Sepintas mata memandang kelihatan gadis-gadis yang molek sebagai pelayan café kedai china. Selepas shalat maghrib, penulis menikmati hidangan kuliner Seafood ala kalimantan, hidangan terasa nikmat diiringi oleh musik ngamen jalanan yang menghampiri restoran malam tempat penulis singgah.
Pada pagi keesokan harinya selesai menikmati sarapan di hotel Aston, perjalan pertama penulis adalah menuju kantor perpustakaan dan arsip kotamadya pontianak, kehadiran saya disambut langsung oleh Kepala Kantor, setelah berdiskusi beberapa jam tentang informasi budaya dan sejarah akhirnya penulis langsung menuju tempat-tempat bersejarah yang diinformasikan kepala kantor perpustakaan arsip kota pontianak tadi.





Penulis menghampiri istana kerajaan melayu pontianak yang berdiri pada abad 17. Kerajaan ini adalah turunan campuran melayu bugis dan turunan Arab. Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie yang memerintah pada tahun  (1771 – 1819 ). Selanjutnya diteruskan oleh putra mahkotanya yaitu ( Sultan syarif Osman Alkadrie ) tahun (1819 -1855). Kerajaan selanjutnya dipimpin oleh Sultan syarif Hamid I Alkadrie tahun (1855 -1872), seterusnya Sultan Syarif Yusuf Alkadrie (1872 – 1895), seterusnya Sultan Syarif Muhammad Alkadrie (1895 -1944), kemudian Sultan Syarif Thaha memimpin dari tahun (1944 – 1945 ), dan kerajaan melayu pontianak terakhir adalah Sultan Syarif Hamid II ( 1945 – 1971). Kerajaan Melayu Islam Pontianak ini berdasarkan hukum Syar’i yang bersumber dari Al quran dan Hadits negeri ini semasa kerajaan islam sangat berjaya dan rakyat makmur sejahtera.


Penduduk Islam pontianak adalah penduduk yang taat beribadah ditandai dengan berdirinya masjid kerajaan dipinggir sungai Kapuas sejak abad 17. Seluruh bahan mesjid ini terdiri dari kayu hutan kalimantan pilihan, terbukti bangunan ini masih utuh sampai sekarang.



Kesultanan pontianak mengalami 25 tahun tanpa pemimpin setelah Sultan Hamid I wafat. Pada tanggal 30 maret 1978 Sultan Hamid I adalah menteri negara pada era kemerdekaan yang merancang lambang garuda pancasila.
Tanggal 15 Januari 2004 Syarif Abu Bakar Bin Syarif Mahmud Alkadrie bergelar pangengan was perdana agung dinobatkan sultan pontianak ke IX. 


































Masterplan Istana Kerajaan Pontianak yang baru


Pengikut