BAYANGAN
SEMU
ANTARA
GELANDANGAN DENGAN PEMILIK CAFE
Cerita nasehat oleh NURHADI, M.Pd
Pada suatu hari seorang
gelandangan tua berjalan lemah gemulai di trotoar tidak jauh dari sebuah cafe
terbuka (open bars). Dia berhenti disebuah pohon kayu rindang dan bersandar
sambil duduk beralaskan koran. Tidak jauh dari tempat duduknya seorang koki
cafe sedang membakar ayam sambil mengoles panggangannya dengan minyak goreng. Udara
harumnya masakan semerbak terbang kemana-mana dan juga sampai ke hidungnya. Menikmati
harumnya masakan membuat gelandangan tua itu kelaparan. Untunglah dia teringat
bekal bungkusannya ada didalam ransel, diambilnya bungkusan itu dan dibukanya.
Gelandangan tua itu mulai
menikmati nasi putih yang ada dalam bungkusan. Cara menikmati nasinya adalah
dengan menghirup udara panggang ayam yang tidak jauh dari tempat ia duduk. Sekali
hirup disusul dengan sesuap nasi begitu seterusnya. Kelihatannya gelandangan
ini menikmati makanannya dengan lahap, sehingga mengundang perhatian bagi pemilik cafe. Diperhatikannya secara terus
menerus dan akhirnya didekatinya gelandangan itu. Ketahuanlah bahwa gelandangan
itu hanya memiliki nasi putih saja, dengan kata lain berarti gelandangan ini
bisa makan lahap akibat menikmati harumnya panggang ayam yang sedang dimasak
koki.
Melihat keadaan ini, pemilik cafe
merasa dirugikan karena si gelandangan bisa makan enak adalah akibat bau
panggang ayam. Juragan cafe memprotes kepada gelandangan, “hei, kamu makan enak
adalah karena menikmati bau panggang ayam saya, kamu harus bayar Rp. 1.000”,
gelandangan itu menjawab “saya tidak memakan panggang ayam mu, tidak pantas
saya membayar”. Mereka akhirnya bertengkat berlawan-lawan kata dan mengundang
perhatian para pengunjung yang ada disekitar itu.
Pertengkaran itu tidak ada
usainya satu sama lain tidak ada yang mengalah. Akhirnya kedua belah pihak
sepakat membawa kasus ini ke pengadilan. Sesampai di pengadilan pemilik cafe
memberikan laporan kepada hakim. Tidak berselang waktu lam kedua belah pihak
dihadirkan di meja persidangan. Hakim memulai pertanyaan kepada gelandangan tua
berdasarkan seluruh laporan tuntutan pemilik cafe.
“Benarkah kamu tidak mau membayar
ayam panggang pemilik cafe ini?” tanya hakim kepada gelandangan. Bapak tua itu
langsung menjawab “saya tidak ada memakan ayam panggangnya, kenapa saya harus
membayar?”, pak hakim melanjutkan pertanyaan “bukankah kamu makan lahap karena
menikmati ayam panggang pemilik cafe ini?”, dijawab kembali oleh gelandangan
itu bahwa ia tidak memakan ayam panggang, hanya memakan nasi putih miliknya
saja. Pak hakim mengajukan pertanyaan pula kepada pemilik cafe, “benarkah
demikian saudara pemililk cafe?”. Pemilik cafe menjawab “benar pak, tetapi dia
makan lahap sambil menghirup udara panggang ayam saya”. Pak hakim baru
mengetahui persoalan yang sebenarnya.
Akhirnya hakim ketua dengan
beberapa hakim anggota berunding sambil membuat keputusan yang paling bijak. Saat
itu baik penuntuk maupun yang dituntut sama-sama sabar menunggu keputusan
hakim. Sampailah akhirnya keputusan hakim dibacakan.
“Saudara penuntut dan saudara
yang dituntut ikut saya ke halaman pengadilan”. Ketiganya berjalan menuju
halaman pengadilan. Saat itu udara sangat panas, matahari berada tegak lurus
diatas kepala. Pak hakim mengambil uang recehaan tukar Rp. 1.000 dan menyuruh
gelandangan itu memegang uang tersebut. Sinar matahari menyinari uang perak tersebut,
dan pak hakim penyuruh gelandangan itu memiringkan sedikit pegangan uangnya. Saat
yang bersamaan pemilik cafe disuruh menampung dengan tangan, dan cahaya
pantulan uang tepat jatuh di tampungan tangan pemilik cafe.
Pak hakim berkata “keputusan
pengadilan hanya seperti ini, saudara pemilik cafe kamu hanya dapat bayangan
uang Rp. 1.000 ditelapak tanganmu, dan kamu saudara gelandang tua bebas demi
hukum”. Kasus ini selesai dan ditutup.
Pemilik cafe
baru menyadari kesalahannya bahwa dia tidak ada dirugikan, kelahapan makan
sambil menghirup udara ayam panggang itu hanya bersifat semu tidak jauh bedanya
dengan keputusan hakim yang menjatuhkan uang bayangan Rp. 1.000 ke tangan
pemilik cafe.